Proses ini lazim dinamai sebagai identifikasi (identification), baik dalam psikologi maupun sosiologi. Sikap dan perilaku ini terwujud melalui pembelajaran atau asimiliasi yang subsadar (subconscious) dan nir-sadar (unconscious), Marmawi Rais (2012)
Pak Harto adalah role model pada jamanya, tegas, cerdas penuh kharisma dan seorang smiling general. Tutur kata, tindak tanduk, cara kerja dan karakternya menjadi panutan masyarakat pada jamanya. Lebih khusus orang orang dekatnya dan para kadernya di Golkar. Secara sadar ataupun tidak internalisasi nilai sosok Pak Harto sudah menjadi identitas para kader Golkar dan masyarakat luas baik secara psikologis maupun sosiologis.Â
Hal inilah yang membuat Golkar masih eksis sampai saat ini. Pak Harto adalah Golkar dan Golkar adalah Pak Harto. Mereka yang memilih Golkar adalah orang orang yang setia dengan nilai nilai pak Harto. Bahkan beberap partai yang lahir pasca reformasi merupakan pecahan golkar yang tentu saja mewarisi nilai nilai daripada pak Harto.
Untuk mencapai internalisasi nilai diperlukan proses dan waktu cukup lama serta intensitas yang cukup. Internalisasi nilai tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat. Tentu yang menangi jaman pak Harto masih ingat bagaimana setiap saat beliau menghiasi kaca TVRI, radio, media cetak, dan ruang publik lainya. Semua yang dilakukan pak Harto adalah proses internalisasi nilai visi dan misinya yakni  penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam melalui binaan, bimbingan dan sebagainya, agar ego menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standart yang diharapkan. Heni (1989)
Kebangkitan Trah Pak Harto dan Masa Depan Golkar
Megawati trah pak Karno dengan penuh perjuangan dan kesabaran sukses memelihara nilai nilai Soekarnoisme atau setidaknya sikap militansi pada Soekarno. PDIP tetap eksis bahkan memenangkan Pemilu Legislatif dan Presiden pada 2014 lalu. Dalam beberapa survei terakhir elektabilitas PDIP tetap nomor satu dan mengalami peningkatan signifikan. Banyak pihak menyangsikan masa depan PDIP jika tidak dipimpin trah Soekarno.
PKB ketika dipimpin Gus Dur mengalami puncak kepercayaan dari warga Nahdliyin dan simpatisan Nahdliyin karena sosoknya dianggap mewarisi nilai nilai kakeknya Hasyim Asyari dan ayahnya Wahid Hasyim serta nilai nilai NU sejati.Â
Pada Pemilu 1999 PKB memperoleh suara 12,6 persen berada di empat besar. Pemilu 2004 memperoleh suara 12,61 persen berada ditiga besar setelah Golkar dan PDIP. Namun kemudian PKB kehilangan figur Gus Dur sebagai simbol kemewahan dan merupakan figur NU. Kini semuanya buyar, Hanta Yudha (2014).
SBY selain performannya yang sangat baik juga sangat dibantu oleh Ibu Ani sebagai trah Jenderal Sarwo Edhi Wibowo, dimana dalam persepsi masyarakat Jenderal Sarwo adalah komandan penumpas PKI. Nilai penumpas PKI mendapatkan apresiasi luas dikalangan masyarakat Indonesia.Â
Namun SBY gagal melakukan internalisasi nilai  sosok Jenderal Sarwo maupun dirinya sendiri kepada masyarakat bahkan masyarakat memberikan gelar "bapak Pencitraan dan peragu".  Partai Demokrat akhirnya ditinggalkan pemilihnya. AHY putra SBY gagal dalam kontestasi Pilkada Gubernur DKI Jakarta.
Merujuk teori dan fakta fakta yang ada, jika trah pak Harto memimpin Partai Golkar dalam hal ini Mbak Titik, maka kemungkinan besar para militan pak Harto akan kembali berbondong bondong membesarkan Golkar. Boleh jadi mereka rindu memenangkan Partai Golkar seperti masa Orba sebagai persembahan rasa terimakasih kepada Pak Harto.Â