Menjadi Guru Serabutan
Beginilah nasip menjadi guru serabutan, setiap pergantian kepsek pasti saya yang diminta untuk mendokumentasikan sebelum kepsek baru mulai bekerja, Mapel dihapus, sehingga ngak masuk lokal mengajar, bahkan anggapan teman kita makan gaji buta. Tapi bagi saya itu ngak jadi masalah yang penting saya berbuat dan bekerja sesuai juknis yang di keluarkan oleh pemerintah sebagai guru TIK.
Memang guru TIK ngak masuk lokal namun dari jam 7.30 di depan laptop tetap mengerkajan tugas sekolah sebagai guru, dan membantu bagi yang membutuhkan, hal seperti ini memang sudah lama dirasakan semenjak mapel TIK di hapus Mendikbud Moh Nuh tahun 2014, saya di lempar ke mapel Prakarya saya ikuti, bahkan menjadi IK saya lakukan sehingga saya banyak melakukan dinas luar yang surat tugasnya dari dinas Pendidikan, ada yang memahami tentang hal tugas saya ada yang tidak, namun bagi saya itu hal yang biasa untuk tantangan hari depan.
saya bergeral sebagai guru penggiat literasi yang dimulai dari GLS Gerakan Literasi sekolah agar saya bermanfaat bagi orang banyak, memeng di sekolah saya tidak begitu banyak yang memanfaatkan saya sebagai guru penggiat namun bagi saya tak jadi masalah yang penting saya berbuat untuk mencerdaskan anak bangsa dan tetap membimbing siswa siswi saya untuk berliterasi "Â Menulislah setiap hari apapun kejadian yang dialami, karena kalau tidak ditulis maka esok harinya kita akan lupa akan diari hari ini"
sehingga saya bermoto
"Hiduplah seperti air mengalir, walau banyak batu besar yang menghalanginya, hempasan batu karang yang menghadang namun dia akan tetap bermuara di tempat yang tenang"
Jalani kehidupan ini Allah akan memberikan petunjuk bagi orang yang sesat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H