Mohon tunggu...
S.Melani AS
S.Melani AS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

explore the world through writing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontruksi Patriarki dalam Nyanyian Angsa Karya W.S Rendra: Feminisme Helene Cixous

9 Februari 2024   20:32 Diperbarui: 9 Februari 2024   20:54 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian penilaian Maria terhadap fisiknya dalam kalimat /kurang cantik dan agak tua/ merupakan standar kecantikan yang selama ini dibentuk oleh laki-laki. Bentuk konseptualisasi yang demikian membuat Maria Zaitun tidak dapat mengeksplorasi dirinya sendiri karena tidak mengenali tubuhnya sendiri karena konseptualisasi perempuan dari laki-laki. 

Sehingga secara sadar atau tidak sadar Maria Zaitun juga telah turut melanggengkan sistem patriarki ini. Karena hal ini pula, ia diusir oleh majikannya karena tidak lagi menghasilkan uang, yang terdapat pada bait pertama /Hari ini kamu harus pergi/.

Sipilis membakar tubuhnya.
Penuh borok di klangkang
di leher, di ketiak, dan di susunya.

Kemudian pada bait-bait berikutnya seperti yang tertera di atas, dikatakan bahwa Maria Zaitun memiliki banyak borok dan sifilis. Hal ini menjadi bukti penindasan norma patriarki terhadap Maria Zaitun. Dengan kondisinya tersebut, Maria ditolak oleh seorang dokter dan pendeta karena mereka menganggap Maria Zaitun menjijikkan dan pendosa. 

Hal ini merupakan bentuk patriarki yang terjadi karena Maria Zaitun tidak sesuai dengan norma yang ada. Oleh karena itu, Cixous ingin mendobrak sistem patriarki ini karena telah mempengaruhi aspek-aspek dalam kehidupan Maria Zaitun, seperti kesehatan fisik, kesehatan reproduksi, seksualitas, dan hak-haknya sebagai seorang perempuan.

Jadi kesimpulannya, puisi ini menggambarkan kekuasaan patriarki atas perempuan yang menyebabkan ketidakadilan bagi perempuan. Hal ini digambarkan melalui tokoh Maria Zaitun yang tertindas karena ketidakadilan sistem patriarki yang mempengaruhi kehidupannya sebagai perempuan. 

Ketidakadilan yang diterima oleh Maria Zaitun dikarenakan posisinya sebagai perempuan yang terpinggirkan karena pusat kekuasaan dan dunia dipegang oleh laki-laki. Hal ini menjadikan perempuan sebagai objek sedangkan laki-laki sebagai subjek karena selalu dilanggengkan oleh praktik-praktik sosial. 

Oleh karena itu, puisi ini mengajak untuk mengkritik dan melawan konstruksi patriarki dan mendorong perempuan untuk mengenali tubuhnya dan menjadikan dirinya sebagai subjek, bukan objek. Inilah yang diinginkan oleh Cixous selama ini.

Semoga bermanfaat! See you in the next post!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun