Mohon tunggu...
S.Melani AS
S.Melani AS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

explore the world through writing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontruksi Patriarki dalam Nyanyian Angsa Karya W.S Rendra: Feminisme Helene Cixous

9 Februari 2024   20:32 Diperbarui: 9 Februari 2024   20:54 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sastra adalah hasil ekspresi manusia yang diekspresikan melalui bahasa. Sastra sering kali membahas fenomena maskulin dan feminisme. Kedua pembahasan ini tidak pernah terlewatkan dalam karya sastra, terutama isu feminisme. Isu-isu feminisme selalu menjadi perbincangan hingga saat ini dalam dunia sastra. Isu ini muncul karena adanya sistem patriarki. Salah satu karya sastra yang menampilkan isu feminisme adalah puisi Nyanyian Angsa karya W.S Rendra.

Nyanyian Angsa merupakan puisi karya W.S Rendra yang menceritakan tentang penderitaan Maria Zaitun. Maria Zaitun adalah seorang pelacur yang telah kehilangan kesuciaannya.  Ia terpaksa menjadi pelacur karena faktor ekonomi. Sulitnya mencari pekerjaan memaksa Maria untuk menjadi seorang pelacur. 

Tokoh dalam puisi ini menjadi pelacur merupakan bukti adanya sistem patriarki. Sehingga perempuan melihat dirinya sebagai kaum inferior. Hal ini merupakan konstruksi dari patriarki. Oleh karena itu, seorang feminis Perancis Helene Cixous mengkritik fenomena ini.

Helene Cixous adalah seorang penulis dan kritikus yang mengembangkan gagasan feminisme melalui tulisannya yang berjudul "The Laugh of the Medusa". Cixous mengkritik keras sistem patriarki atau adanya oposisi biner karena dengan adanya hal tersebut, perempuan akan selalu terpinggirkan dan menjadi yang kedua. 

Bahkan karena patriarki, Cixous mengatakan bahwa perempuan tidak mengenali tubuhnya dan bahkan membenci dirinya sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Nurrachman (2023: 283) bahwa "Men have committed the greatest crime against women. Insidiously, violently, they have led them to hate women, to be their own enemies, to mobilize their immense strength against themselves, to be the executants of their virile needs (Laki-laki telah melakukan kejahatan terbesar terhadap perempuan. 

Secara diam-diam, dengan kejam, mereka telah membuat perempuan membenci perempuan, menjadi musuh bagi dirinya sendiri, mengerahkan kekuatannya yang luar biasa untuk melawan dirinya sendiri, menjadi pelaksana kebutuhan kejantanannya)". Oleh karena itu, Cixous ingin agar perempuan menulis tentang tubuh mereka. Hal ini juga terjadi pada perempuan bernama Maria Zaitun dalam puisi Nyanyian Angsa karya W.S Rendra.

Puisi Nyanyian Angsa secara keseluruhan menggambarkan suara perempuan melalui Maria Zaitun. Melalui sosok tersebut, perempuan yang memiliki pengalaman serupa menemukan suaranya untuk menyuarakan pengalamannya.  Dari kisah Maria Zaitun, terlihat jelas bahwa sistem patriarki ini masih ada.


Maria Zaitun namaku.
Pelacur yang sengsara.
Kurang cantik dan agak tua.

Kutipan puisi di atas menyiratkan konstruksi patriarki terkait marjinalisasi perempuan dengan identitas yang disandang Maria Zaitun. Ia adalah seorang pelacur dan tentu saja, ia berkali-kali ditindas oleh laki-laki. Ia juga menjadi objek seksual laki-laki. Dalam puisi ini, karena identitasnya, Maria Zaitun tidak hanya menjadi objek laki-laki tetapi juga dipandang rendah oleh perempuan dan juga lingkungannya seperti pada baris /Teman-temannya membuang muka/.

Pandangan rendah terhadap perempuan telah berlangsung sejak lama. Bahkan dalam konsep patriarki, tubuh perempuan adalah sepenuhnya milik laki-laki, bukan perempuan. Sehingga, ketika seorang perempuan mencoba mengeksplorasi tubuh dan seksualitasnya, tentu akan dianggap sebagai aib. Oleh karena itu, Cixous mengatakan bahwa perempuan harus merebut kembali tubuh mereka agar dapat menjadi subjek, bukan objek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun