Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nasib Buku Cetak di Antara BSE dan Platform Digital Pendidikan

25 Januari 2025   14:10 Diperbarui: 25 Januari 2025   15:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Digitalisasi sekolah yang berbasis platform diatas bisa berkembang dan disinkronkan dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan. Apalagi Kondisi perbukuan nasional kini belum menggembirakan. Masih banyak kendala yang dihadapi oleh penulis buku, usaha perbukuan hingga kondisi percetakan. Buku pelajaran dan buku umum bisa diubah menjadi podcasting book maupun dalam versi video. 

Salah satu masalah krusial adalah terkait dengan penyediaan buku untuk mendukung kurikulum sekolah. Keterkaitan tersebut berimplikasi terhadap anggaran pendidikan yang semakin boros. Salah satu potensi pemborosan adalah penggunaan buku cetak sekali pakai bagi setiap siswa.

Esensi buku cetak sekali pakai juga tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Sayangnya hingga kini buku sekolah elektronik (BSE) konvensional yang bisa diunduh belum mencapai jumlah yang cukup. Program di atas perlu dibenahi lagi sehingga bisa efektif . BSE juga masih mengandung kelemahan karena belum tersedianya lembar kerja siswa ( LKS ) untuk mengerjakan tugas sekolah secara digital dalam sebuah platform.

Platform itu juga mencakup sistem buku teks terbuka yang bersifat dinamis dan kolaboratif. Apalagi telah didukung dengan  smartphone dengan kemampuannya yang searchability, interaktivitas, dan adaptif dengan jejaring sosial. Selain itu dengan platform bisa dilakukan siaran wisata virtual untuk menunjang pelajaran, seperti kunjungan ke museum.      

Eksistensi UU Sistem Perbukuan  lebih bermakna jika pemerintah melakukan reinventing dan restrukturisasi usaha BUMN perbukuan yakni PT Balai Pustaka. BUMN kelompok percetakan dan penerbitan tersebut memerlukan transformasi proses bisnis agar bisa bersaing menghadapi era broadband economy. Sebagai korporasi, PT Balai Pustaka membutuhkan SDM yang kreatif. Mereka itu adalah sosok yang memiliki mata baru dalam melihat perkembangan perbukuan dan penerbitan yang diakselerasi oleh mesin pembaca buku elektronik atau ebook reader.

Dunia perbukuan dan penerbitan semakin membutuhkan SDM yang kreatif yang mampu melihat segala sesuatu dengan cara berbeda yang luput dari penglihatan pihak lain. Dimasa mendatang penuh dengan tantangan bagi penerbit dan penulis buku. Untuk itu diperlukan kejernihan dan mata baru untuk melihat apa yang tengah dibutuhkan dan diinginkan oleh warga bangsa.

Pemihakan pemerintah secara total serta adanya sinergi antar lembaga pemerintah adalah faktor utama untuk mengembangkan PT Balai Pustaka. Totalitas pembenahan PT Balai Pustaka juga menjadi tuntutan DPR. Dalam hal ini Komisi VI DPR menilai bahwa sebagai usaha penerbitan dan percetakan milik negara harus melakukan sinergi usaha sesama BUMN dan lembaga pemerintah lainnya. Ada baiknya di lakukan sinergi dengan PT Telkom yang pada saat ini juga tengah meneguhkan langkah transformasi.

Pengembangan portofolio usaha PT Balai Pustaka mau tidak mau disesuaikan dengan teknologi perangkat pembaca buku elektronik atau ebook reader. Menurut survey ternyata perangkat pembaca buku elektronik ternyata membuat pemiliknya bisa menghabiskan waktu lebih lama ketimbang saat mereka masih membaca buku konvensional. Hasil survei diatas dilakukan oleh lembaga riset Marketing and Research Resources Inc terhadap sejumlah responden yang memiliki Kindle, iPad dan Sony Reader menunjukkan bahwa mereka kini membaca buku lebih sering.

Balai Pustaka, merupakan usaha penerbitan milik negara dengan sejarah panjang yang pernah berperan besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mendorong kemajuan, pendidikan, kebudayaan dan seni. Dimasa mendatang PT Balai Pustaka hendaknya melakukan diversifikasi usaha dengan berperan aktif menciptakan layanan sistem pendidikan nasional yang berbasis broadband economy.  

Layanan sistem pendidikan di atas memerlukan pengarang yang mampu membuat buku digital (eBook) kemudian diterbitkan dan dijual secara online via digital bookshop seperti halnya model bisnisnya Amazon, Barnes & Noble. Penerbit membundling e-Book dengan reader-nya baik yg berupa hardware (Kindle, Nook) maupun Software (eReader). Pengarang mendapatkan hak-nya (pembayaran) sesuai perjanjian dengan penerbit terkait copyright. Pengarang buku sekolah membuat konten buku sekolah digital (tipe konten : text, gambar, audio & multimedia, dengan format standar SCORM) yang dapat di update secara continous dengan fasilitas Content Authoring (CA) ) kemudian diterbitkan dan disewakan (Usage) secara Online atau Offline (bundling dengan eReader-nya baik yang berupa hardware dan/atau software). Untuk dapat membacanya, siswa menyewanya. Pengarang dan pengelola teknologi mendapatkan hak pembagian (revenue sharing) sesuai perjanjian berdasarkan jumlah penyewa (usage right).

Layanan sistem pendidikan yang diwujudkan oleh PT Balai Pustaka memerlukan kebijakan nasional yang progresif semacam OLPC (One Laptop Per Child) oleh BUMN seperti PT INTI atau LEN. Pada prinsipnya layanan sistem pendidikan yang dibanhun oleh Balai Pustaka mampu  mengintegrasikan portal sekolah dengan layanan pembelajaran. Seperti e-Academic, e-Learning Management, e-Authoring Learning, e-Library, dan Layanan Administrasi Sekolah. Sistem Sekolah. [SRIM]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun