Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nasib Buku Cetak di Antara BSE dan Platform Digital Pendidikan

25 Januari 2025   14:10 Diperbarui: 25 Januari 2025   15:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia pendidikan dibuat terkejut oleh kebijakan pemerintah Swedia yang baru saja memutuskan untuk mengubah sistem pendidikan dengan kembali menggunakan buku-buku cetak sebagai media pembelajaran. Keputusan ini tentunya didukung oleh penelitian dan kajian yang sangat teliti. Nampaknya Keputusan Swedia akan diikuti oleh banyak negara di dunia.

Bicara masalah buku cetak, masyarakat juga terkesima ketika Presiden RI Prabowo Subianto memborong banyak buku cetak, mulai dari buku bertema sejarah hingga ekonomi, saat singgah di toko buku langganannya di New Delhi, India, pada Jumat (24/1).Kunjungan ke toko buku ini berlangsung di sela-sela kunjungan kenegaraannya di India.

Keputusan kembali lagi ke buku cetak dilakukan setelah 15 tahun lamanya sistem pendidikan di Swedia menggunakan perangkat digital seperti komputer dan tablet. Awalnya, Swedia optimis bahwa penggunaan perangkat digital bisa mengubah sistem pendidikan menjadi lebih mudah diakses dan mempersiapkan para siswa bertransformasi menuju era digitalisasi.

Pada 2009, negara itu pun memutuskan untuk mengganti seluruh buku cetak dengan perangkat digital sebagai media pembelajaran. Namun fakta berkata lain, transisi pendidikan itu tidak memberikan hasil yang diharapkan.

Beberapa kalangan mengaku menghadapi tantangan, salah satunya adalah keterampilan dasar berupa membaca dan menulis para siswa yang semakin menurun. Pendidik juga menyadari bahwa siswa kesulitan berkonsentrasi dan mengingat informasi saat menggunakan layar digital ketimbang dengan metode pembelajaran berbasis buku cetak.

Apakah nasib buku cetak akan bersemi lagi?

Presiden Prabowo Subianto membeli sejumlah buku cetak di toko buku langganannya di New Delhi, India. (Foto: sosmed @prabowo) 
Presiden Prabowo Subianto membeli sejumlah buku cetak di toko buku langganannya di New Delhi, India. (Foto: sosmed @prabowo) 

Kondisi perbukuan di Indonesia saat ini diwarnai dengan transformasi buku sekolah elektronik (BSE) dan penggunaan layanan sistem pendidikan dalam bentuk platform digital.

Sayangnya belum ada platform yang ideal. Meskipun kementerian pendidikan telah mengucurkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Afirmasi dan Kinerja. Anggaran sebesar Rp 2,85 triliun dialokasikan untuk program digitalisasi sekolah. Program digitalisasi sekolah akan direalisasikan kepada 30.227 sekolah melalui BOS Afirmasi, dan 6.004 sekolah melalui BOS Kinerja.

Melalui program ini, pemerintah akan memberikan sarana pembelajaran di sekolah berupa tablet kepada 1.753.000 siswa kelas 6, kelas 7 dan kelas 10 di seluruh Indonesia, khususnya sekolah yang berada di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun