Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perlu melakukan transformasi program. Tidak hanya mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). Namun juga menekankan program yang bisa mewujudkan keluarga bahagia, yang bisa mengatasi kerenggangan keluarga serta memperbaiki pola asuh anak.
Dengan kelembagaan yang telah eksis, program BKKBN terkait pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) sebaiknya juga menekankan pola asuh anak yang sesuai dengan kondisi zaman. Saatnya transformasi program BKKBN bukan hanya terfokus pada pendekatan pelayanan kontrasepsi, tetapi sebuah upaya mewujudkan keluarga sejahtera, keluarga berkualitas dengan bertumpu pada implementasi fungsi keluarga yang bahagia.
Sejarah telah mencatat keberhasilan BKKBN dalam mengelola kebijakan kependudukan, yang ditandai dengan penghargaan Global Statesman Award dari Population Institute, Amerika Serikat, dan pada 1989 Presiden Soeharto menerima penghargaan tertinggi di bidang kependudukan dan keluarga berencana berupa United Nations Population Award dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), penghargaan yang sama baru diraih kembali pada 2022.
Kini Indonesia telah menjadi center of excellence kependudukan dunia. Namun apa artinya jika masalah kerenggangan keluarga dan masalah komunikasi dalam keluarga memburuk. Transformasi BKKBN bertujuan mewujudkan Indonesia menjadi bangsa yang memiliki norma keluarga kecil sebagai prasyarat bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat.
Kondisi ketenagakerjaan dan masalah perkotaan menyebabkan pola asuh anak mengalami pergeseran. Kecenderungan hubungan anak dan orangtua menjadi renggang perlu terapi harmonisasi dan kesehatan jiwa dengan kanal digital. BKKBN perlu membuat kanal atau platform untuk konsultasi dan advokasi keluarga terkait dengan masalah psikologi keluarga dan motivasi keluarga serta perlindungan hukum bagi anggota keluarga.
Gaya pengasuhan anak sebenarnya bukan faktor tunggal pembentuk kepribadian seseorang. Namun, setiap gaya pengasuhan akan menghasilkan tipe anak yang berbeda. Hal lain yang berpengaruh pada terbentuknya kepribadian seseorang adalah faktor lingkungan (nurture) dan internal (nature). Secara garis besar, ada tiga tipe gaya pengasuhan, yakni otoriter, permisif, dan apresiatif. Perlu kanal digital yang bisa diakses secara luas untuk konsultasi dan berisi konten-konten berkualitas terkait dengan pola asuh anak dan solusinya.
Mestinya BKKBN mampu memberi pembekalan bagi para orangtua agar dapat meningkatkan keterampilan komunikasinya agar menjadi efektif dan tepat sasaran. Perlu media digital yang dibangun oleh BKKBN untuk membantu orangtua membangun hubungan positif dan berkualitas antara remaja dan orangtua sehingga keluarga dapat berperan sebagai sumber informasi dan tempat belajar yang terpercaya bagi anak.
Profil remaja yang sedang mencari jati diri mengalami sejumlah perubahan,baik fisik maupun psikis. Perubahan secara fisik dan emosi, tidak jarang membuat remaja tidak nyaman, bahkan merasa aneh dan ketakutan. Sayangnya, remaja sering kesulitan mengungkapkan kekhawatirannya dengan lugas. Akibatnya, orangtua atau orang di sekitarnya sering salah paham atau memberikan respon yang tidak sesuai. Ini seringkali berakhir pada buruknya hubungan orangtua dan remaja. Atau dengan kata lain telah terjadi kerenggangan keluarga dengan mengkambing hitamkan pola asuh anak yang salah.
Perubahan juga terjadi pada aspek kecerdasan atau kognitif. remaja mulai mampu secara abstrak memikirkan berbagai kemungkinan terhadap sebuah kondisi yang dihadapinya. Namun, ini belum disertai kemampuan mengambil keputusan yang baru akan berfungsi optimal saat masa dewasa awal. Akibatnya, banyak tindakan remaja yang dinilai orang dewasa sebagai tidak pikir panjang, terburu nafsu, seenaknya sendiri, dan sejenisnya.
Secara teoritis, gaya pengasuhan adalah serangkaian sikap orangtua kepada anaknya. Gaya pengasuhan ini seringkali tidak disadari oleh orangtua karena mereka hanya melakukan apa yang mereka pikir perlu dilakukan berdasarkan pengalaman, termasuk pengalaman ketika diasuh orang tuanya dulu.Padahal, zaman sudah berganti.