Muslimat Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan kemasyarakatan merupakan badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang berperan memajukan peradaban bangsa terutama kiprah kaum wanita.
Muslimat NU memiliki potensi 34 Pimpinan Wilayah di tingkat Provinsi, 534 Pimpinan Cabang di tingkat Kabupaten/Kota, 10 Pimpinan Cabang Istimewa, 5.222 Anak Cabang di tingkat Kecamatan serta lebih 36.000 Ranting di Tingkat Desa atau Kelurahan dengan jumlah anggota sekitar 34 juta anggota dari tingkat pusat hingga ranting, turut membantu berkontribusi secara nyata terhadap proses pembangunan bangsa.
Potensi Muslimat NU mempunyai fasilitas layanan antara lain 174 Panti Asuhan dan binaan, 3 Pondok Lansia, 110 layanan kesehatan berupa RS/RSB/BKIA/Klinik, sekitar 65.000 Majelis Taklim, 9.986
TK/RA, 14.350 TPQ/TPA, 4.622 PAUD,144 Koperasi Primer An-Nisa yang telah berbadan hukum, 2.223 Kelompok Bermain dan beberapa KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) dan Balai Latihan Kerja (BLK).
Keniscayaan bagi pengurus pusat hingga ranting untuk mencetak generasi Z dan milenial yang bisa disebut sebagai Muslimat 4.0 yang unggul dan adaptif dengan perkembangan zaman.
Konsekuensi bagi seluruh elemen bangsa agar bersiap diri menghadapi revolusi industri gelombang keempat atau Revolusi Industri 4.0. Generasi saat ini perlu menambah ilmu pengetahuan karena semakin banyak realitas yang sulit dikenali lagi.
Tantangan Muslimat 4.0 yang sudah didepan mata adalah masalah perubahan lapangan kerja yang semakin berbasis ekonomi digital. Semua jenis profesi menuju pekerjaan yang mengandalkan platform digital. Dari perekrutan tenaga kerja hingga metode bekerja semua dilakukan secara online. Akibatnya pasal perjanjian kerja dan beban kerja sudah berubah secara total. Istilah karyawan sudah berganti menjadi mitra, jam kerja menjadi sangat fleksibel. Pasal hak-hak normatif pekerja sudah sirna digantikan dengan aturan yang dikontrol oleh sistem digital.
Sosok Muslimat 4.0 perlu mentransformasikan dirinya dalam ber dwifungsi. Yakni fungsi menjadi pendukung ekonomi keluarga dan fungsi keduanya sebagai seorang ibu yang berkemampuan untuk mengatasi bermacam masalah keluarga. Salah satu persoalan krusial bangsa saat ini adalah masih banyaknya ibu rumah tangga yang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi keluarga. Akibatnya bisa fatal karena banyak anak-anak yang mengalami penyakit serius dan kelainan dalam pertumbuhan badan.
Muslimat NU sebagai salah satu ormas keagamaan turut aktif dalam pelaksanaan terciptanya peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan anak, dengan mensosialisasikan kepada para kader agar dapat melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap stunting melalui dibentuknya kader Ibu Asuh untuk anak yang terindikasi stunting.
Pada tahun ini Pimpinan Pusat Muslimat mendapat kepercayaan dari PT. PARAGON (WARDAH Kosmetik) melalui NUcare LazisNU untuk melakukan pembinaan dan pengkaderan dengan membentuk ibu asuh anak terindikasi stunting.
Muslimat NU perlu berperan memperluas lapangan kerja dan menumbuhkan profesi baru yang terkait dengan perempuan. Sosok Muslimat 4.0 perlu regulasi yang selama ini menghambat aktivitasnya di sektor ekonomi kreatif. Jangan ada lagi resistensi dan pembatasan di beberapa tempat terkait dengan bidang usaha perempuan, utamanya di sektor ekonomi kreatif. Salah satu sektor industri kreatif yang sering disoroti dan dipandang negatif oleh sementara pihak adalah industri spa yang kini telah eksis di berbagai pelosok negeri ini. Definisi Spa menurut International Spa Association (ISPA) adalah tempat yang didedikasikan untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui berbagai jasa profesional guna mendapatkan kesegaran pikiran, tubuh dan kesehatan jiwa.
Di masa mendatang semakin banyak sosok Muslimat 4.0 yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Juga menjadi tulang punggung perekonomian bangsa. Mereka menjadi pemimpin di berbagai start up dan menjadi pencipta model bisnis baru. Kondisi diatas sesuai dengan kajian Mckinsey, konsultan terkemuka dunia dalam laporannya yang berjudul "How Helping Women Helps Business". Kajian tersebut secara garis besar menyatakan bahwa selama satu dekade terakhir perempuan telah berperan meningkatkan 1,6 persen Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.
Tantangan bagi Muslimat 4.0 yang paling menjanjikan adalah menggeluti ekonomi kreatif. Gambaran singkat dari kinerja ekonomi kreatif menurut World Bank setiap tahunnya mencapai pertumbuhan 9 persen. Malah ada negara yang mengalami pertumbuhan hingga 15 persen, antara lain Inggris. Tak pelak lagi, selama lima tahun terakhir sekitar 7,5 persen PDB dunia adalah kontribusi dari industri kreatif. Pekerja kreatif akan terus tumbuh rata-rata diatas 7 persen setiap tahun.
Sayangnya, untuk mencetak Muslimat 4.0 sebanyak banyaknya masih terhambat oleh faktor pendidikan. Hal ini sesuai dengan laporan dari United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Ternyata Indonesia masih menduduki peringkat bawah negara yang di survei. Laporan UNESCO yang berjudul "Education for All (EFA) Global Monitoring Report" itu, pada intinya menyoroti masih rendahnya kesempatan bagi anak perempuan untuk menikmati pendidikan.
Laporan UNESCO diatas sesuai dengan data yang menyatakan bahwa angka partisipasi tingkat SMP baru mencapai 71 persen, angka partisipasi kasar tingkat SMA/SMK hanya sebesar 55 persen dan pendidikan tinggi hanya mencapai 15 persen. Tingkat partisipasi itu secara gradasi terus menurun dari tahun ke tahun. Tingkat partisipasi itu masih dikurangi dengan angka putus sekolah yang cukup tinggi. Laporan itu bisa dijadikan indikator masih rendahnya kualitas kaum perempuan di negeri ini yang dampaknya bisa berlarut-larut hingga beberapa tahun kedepan. [SRIM ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H