Melihat produk mainan anak yang dipajang di rak toko serba ada, hati saya sempat pilu. Pasalnya bermacam produk itu ternyata didominasi oleh produk impor, utamanya dari Cina. Saya teringat saat kecil dahulu, ketika mainan didominasi oleh produk kerajinan lokal dari bahan lokal juga. Produk mainan lokal atau produk mainan tradisional itu kini sangat jarang kita jumpai.
Bahkan dunia pendidikan, yakni untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang memiliki anggaran yang cukup besar, sayangnya juga dibelanjakan untuk mainan anak yang sebagian besar buatan luar negeri. Atau bisa juga mainan anak impor namun bungkusnya dibuat seolah-olah buatan pengrajin dalam negeri (lokal).
Sesuai dengan pernyataan Presiden Jokowi yang selalu menekankan penggunaan produk dalam negeri, maka seharusnya anggaran untuk pengadaan Pustaka Mainan (Toy Library) di lingkungan PAUD di seluruh Indonesia mestinya menggunakan produk dalam negeri dalam arti yang sebenarnya.Â
Pustaka Mainan adalah program layanan yang menyediakan tempat bermain serta berbagai alat mainan anak usia dini yang dapat diakses oleh anak usia dini, orangtua anak usia dini,dan/atau satuan pendidikan yang menyelenggarakan program PAUD dan membutuhkan tambahan sarana pembelajaran untuk peserta didiknya.
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini,Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar,dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam melaksanakan program bantuan pemerintah untuk Pustaka Mainan seharusnya menekankan penggunaan produk lokal. Karena produk lokal kualitasnya masih ada yang belum baik, maka pemerintah perlu bekerja sama dengan ahli desain kreatif dari berbagai perguruan tinggi tersebut untuk membantu sebagai konsultan para pengrajin yang tergolong UMKM untuk memperbaiki desain produk dan aspek lainnya. Sehingga produk mainan anak buatan pengrajin dalam negeri bisa tumbuh menghadapi persaingan.
Sekedar catatan, pelaksanaan Bantuan Pustaka Mainan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan mutu prasarana PAUD yang merupakan bagian dari strategi untuk mendukung peningkatan akses layanan PAUD berkualitas. Perlu mewujudkan tata kelola program bantuan yang baik (good) dan bersih (clean), terbuka (transparan), dan bertanggung jawab (accountable) yang semuanya itu berbasis penggunaan produk dalam negeri.
Pengembangan UMKM industri kreatif produk mainan anak di negeri ini kurang efektif dalam menghadapi persaingan global. Diperlukan konsultan untuk UMKM sektor industri kreatif berbasis desa yang mengajarkan prinsip eco product dan meningkatkan nilai tambah yang optimal.Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kabinet mendatang perlu perlu memberikan perhatian khusus kepada industri kreatif mainan anak. Produk mainan anak perlu perhatian khusus karena memiliki dampak ekonomi yang sangat prospektif. Terutama bagi industri mainan anak yang berbasis lokalitas dan berbau tradisional.
Media internasional The Wall Street Journal menulis sebanyak 85 persen mainan anak yang dijual di pasar global ternyata diproduksi oleh perusahaan di Cina.
Sekedar catatan produk impor mainan anak dari Tiongkok ke Indonesia setiap tahunnya mencapai 398 juta dollar AS. Bahkan Cina mengekspor mainan ke AS hingga 19,4 miliar dollar AS.
Jika kemampuan desain dan relevansi tema produk mainan anak buatan Indonesia bermutu baik, maka punya kesempatan mengisi ceruk pasar global. Oleh sebab itu Menparekraf dalam Kabinet Presiden Prabowo mendatang perlu gerak cepat membangkitkan industri lokal mainan anak.
 Tentunya dengan berbagai insentif dan program perbaikan desain. Industri kecil dan menengah (IKM) sektor mainan anak dan alat peraga pendidikan perlu perhatian khusus karena hal ini bisa menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Tidak semua anak usia dini mempunyai akses terhadap mainan anak yang sehat dan berkualitas.Kita sering melihat sikap orang tua yang menilai bermain dengan mainan hanya membuang waktu. Padahal menurut psikologi anak bermain merupakan salah satu cara untuk mengasah kemampuan motorik anak. Juga menumbuhkan proses kreatif sejak dini. Dengan mainan anak yang berkualitas buatan lokal, maka daya imajinasi bangsa juga ikut terbangun.
Kondisi anak-anak yang orang tuanya tergolong penduduk miskin perlu inisiatif untuk membentuk komunitas penyediaan mainan anak. Komunitas tersebut saat ini mulai tumbuh di beberapa komplek perumahan. Setiap anak dari keluarga yang tidak mampu mendapatkan pelayanan Pustaka Mainan Anak Kreatif secara gratis. Jangan sampai pelayanan ini terkooptasi oleh tukang mainan anak seperti bisnis atau usaha odong-odong dan sejenisnya.
Pentingya menyediakan alat main yang sesuai dengan kebutuhan usia anak. Permainan edukatif juga perlu disediakan untuk menunjang tumbuh kembang anak. Konsep ini memberikan pengalaman belajar yang berbeda untuk anak karena menyediakan ruang main untuk anak. Konsep itu juga bertujuan untuk mendukung keluarga dalam hal pengasuhan anak. Serta,meminjamkan mainan kepada lembaga PAUD dan orang tua.
Dengan memperbaiki Pustaka mainan anak di PAUD maka anak dalam periode usia dini sudah punya kesiapan belajar. Juga bisa merangsang atau menumbuhkan kesukaan belajar dan potensi anak karena sudah ada bibitnya dalam diri anak. [SRIM]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H