Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pengembangan One Pesantren One Product Perlu Sel Kreatif

3 Mei 2024   16:03 Diperbarui: 3 Mei 2024   16:14 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk Ponpes peserta One Pesantren One Product (OPOP) mengikuti Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) 2023. (Sumber : Republika )

Pemerintah daerah berusaha menumbuhkan program One Pesantren One Product (OPOP). Diharapkan program ini bisa menghasilkan aneka produk unggulan yang berbasis lokalitas dan menghasilkan nilai tambah yang berarti. Kreativitas merupakan kata kunci keberhasilan OPOP.

Pemerintah daerah mengucurkan anggaran yang cukup besar untuk menjadikan OPOP sebagai leading sector dari Dinas UKM. Program berisi kegiatan pelatihan, pendampingan, bimbingan, konsultansi, workshop, penyuluhan, advokasi, pengembangan kemitraan, gelar produk pesantren atau pameran.

Dibanding provinsi lain, Jawa Barat mendahului program OPOP. Pemda Provinsi Jabar pun mengumumkan pondok pesantren yang menjadi Juara Tingkat Provinsi pada program OPOP 2022, yakni Pondok Pesantren PERSIS 259 Kab. Bandung, Pesantren Binaul Ummah Kab. Kuningan, dan Pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi, Kab. Sukabumi.

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Jawa Barat yang menjadi pengampu program OPOP menyatakan kinerja program serta jumlah penerima manfaat OPOP, sudah memenuhi target yang ditetapkan di awal yaitu realisasi sebanyak 5.018 pesantren dari target 5.000 pesantren hingga 2023.

Dari hasil monitoring dan evaluasi tahun 2022 program tersebut menunjukkan ada kenaikan omzet para peserta dengan tingkat variasi yang berbeda. Peserta OPOP 2022 mayoritas memilih jenis usaha makanan untuk mengangkat kemandirian ekonomi pesantren sebanyak 63 peserta. Kemudian, peternakan dengan 38 pesantren, perikanan 34 pesantren, pertanian 31 pesantren, fashion, perdagangan umum dan kerajinan masing-masing 24 pesantren, disusul minuman 18 pesantren dan 14 pesantren mengampu usaha jasa.

Program OPOP diharapkan mampu menghadirkan kemandirian ekonomi pesantren sekaligus menggerakkan perekonomian di sekitar pesantren. Program OPOP Jabar telah melakukan temu bisnis untuk mempertemukan antara pihak pondok pesantren dengan para pengusaha dan brand-brand terkenal tanah air dalam menciptakan iklim kolaborasi usaha. Brand-brand tersebut antara lain ShafCo, TransMart, Aprindo, Pegadaian, Bio Farma, Tokopedia, Kadin, BukaLapak, Pindad, Kunafe, Angkasa Pura, Telkom dan lain-lain.

Kedepan OPOP mesti dijadikan forum bergengsi untuk pengembangan produk atau konten lokal. Dengan filosofi bahwa dunia tengah memasuki era konseptual. Yang ditandai dengan sengitnya kompetisi global untuk menciptakan produk atau konten yang menarik dan bernilai tambah tinggi.

Pelatihan bisnis dan proses produksi yang merupakan bagian dari program OPOP perlu membentuk sel-sel kreatif dalam lingkungan pesantren. Sel kreatif itu merupakan komunitas santri yang akan dilatih oleh konsultan yang bisa membantu memperbaiki aspek desain, proses produksi, pengemasan dan media digital sebagai penetrasi pasar yang efektif.

Konsultan kreatif sebaiknya memberikan pengetahuan praktis terkait desain industri. Sehingga produk yang dihasilkan mengandung nilai seni terapan yang meliputi faktor estetika dan kegunaan atau usability yang harus dioptimalisasi agar dapat bersaing.

Peranan desain industri adalah menciptakan dan menerapkan solusi-solusi desain terhadap permasalahan yang ada pada bagian rekayasa atau engineering, faktor penggunaan atau usability, pemasaran, pengembangan merek dan penjualan. Pada prinsipnya, desain industri adalah persenyawaan antara rekayasa mekanis dengan seni. Desainer industri mempelajari fungsi dan bentuk serta relasi antara produk dengan penggunanya. Biasanya desainer industri bekerjasama dengan engineer dan marketing untuk mengidentifikasi kebutuhan dan harapan konsumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun