Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Martabat Perempuan dan Dilema Kontes Kecantikan

7 Maret 2024   07:54 Diperbarui: 7 Maret 2024   07:58 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Peringatan Hari Perempuan Internasional (International Women's Day) pada tanggal 8 Maret sebagai bentuk apresiasi atas prestasi dan peran perempuan di seluruh dunia. Tahun ini, seperti dilansir situs UN Women, Tema Hari Perempuan Internasional 2024 adalah "Invest in women: Accelerate progress".Tema ini bertujuan untuk menyoroti minimnya investasi dana untuk upaya kesetaraan gender.

Awalnya Hari Perempuan Internasional diperingati sebagai hari aksi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan seperti hak memilih, hak bekerja, dan hak atas pendidikan. Seiring dengan perjalanan waktu, Hari Perempuan Internasional dijadikan momentum kampanye berbagai isu yang dihadapi oleh perempuan di seluruh dunia seperti kekerasan seksual, ketimpangan ekonomi, dan diskriminasi gender.

Dikutip dari situs United Nations, peringatan Hari Perempuan mulanya berawal dari unjuk rasa pekerja pakaian pada tahun 1908 di New York. Para perempuan melakukan protes terkait kondisi kerja di sana. Kemudain Konferensi Internasional Perempuan di Denmark mengusulkan agar tanggal 8 Maret dijadikan Hari Perempuan Internasional. Tanggal itu dipilih untuk memeringati aksi mogok kerja pada 1909 di New York City.

Konteks peringatan Hari Perempuan Internasional kali ini sangat merisaukan ketika kita membaca Laporan UNESCO yang berjudul "Education for All (EFA) Global Monitoring Report", pada intinya menyoroti rendahnya kesempatan bagi anak perempuan untuk menikmati pendidikan. Laporan UNESCO diatas klop dengan data statistik yang menyatakan bahwa angka partisipasi tingkat SMP baru mencapai 71 persen, angka partisipasi kasar tingkat SMA/SMK hanya sebesar 55 persen dan pendidikan tinggi hanya mencapai 15 persen. Tingkat partisipasi itu secara gradasi terus menurun dari tahun ke tahun. Tingkat partisipasi itu masih dikurangi dengan angka putus sekolah yang cukup tinggi. Laporan UNESCO tersebut bisa dijadikan indikator bahwa masih rendahnya kualitas kaum perempuan di negeri ini. Apalagi dampak krisis ekonomi global ebagian besar ditanggung oleh kaum perempuan.

Dalam era transformasi digital saat ini perempuan di seluruh dunia tak henti-hentinya dijadikan sebagai obyek fetish. Yakni obyek yang dipuja sekaligus dilecehkan karena mempunyai kekuatan pesona.Pada saat ini sistem ekonomi libido telah menenggelamkan seluruh dunia dengan berbagai menu ekstasi seksual. Dengan mata telanjang kita telah menyaksikan bahwa sistem kapitalisme global telah menjadikan tubuh wanita sebagai obyek fetish. Dalam sistem ekonomi libido, eksploitasi tubuh perempuan dikembangkan kedua arah, yakni sebagai nilai guna dalam konteks erotika dan tukar tubuh sebagai tanda.

Tepat sekali teori dari Yasraf Amir Piliang yang menyebutkan bahwa kapitalisme global telah membebaskan tubuh perempuan dari identitas tradisionalnya namun justru memenjarakan kembali dalam bentuk hutan rimba tanda-tanda sebagai bagian dari ekonomi politik kapitalisme.

Trilogi fungsi tubuh perempuan yakni sebagai fungsi organis-biologis-reproduktif telah bergeser kearah fungsi ekonomi dan politik. Puncak dari kegiatan global yang mendemonstrasikan obyek fetish adalah Penyelenggaraan Miss Word yang diikuti oleh perwakilan dari 135 negara. Namun begitu penyelenggaraan Miss Word merupakan paradoks karena bisa menjadi ajang promosi wisata dan ekonomi kreatif yang luar biasa.

Implikasi industri kreatif terkait dengan perempuan sempat krusial terkait penyelesaian kasus Miss Universe Indonesia. Antara martabat perempuan dan pengembangan ekonomi kreatif timbul kontradiksi.

Ilustrasi sesi acara kontes kecantikan ( sumber ABC Indonesia via Kompas.com )
Ilustrasi sesi acara kontes kecantikan ( sumber ABC Indonesia via Kompas.com )

Kontes Kecantikan yang Bermartabat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun