Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan Tingkatkan Kreativitas dan Produktivitas Kelas Menengah

2 Maret 2024   12:18 Diperbarui: 12 Maret 2024   13:53 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ekonomi Ramadan (sumber KOMPAS/PRIYOMBODO) 

MOMENTUM bulan suci Ramadan sangat tepat untuk meningkatkan daya kreativitas dan produktivitas kelas menengah. Potensi ekonomi Ramadan bisa menumbuhkan usaha rintisan kelas menengah. Selain itu membaiknya silaturahmi antara warga bangsa pada bulan suci ini bisa mendorong perbaikan peluang kerja baru dan menambah kompetensi pribadi.

Bulan suci Ramadan saat yang tepat untuk memasarkan produk lokal serta menumbuhkan UMKM atau usaha rintisan atau startup dengan sentuhan yang lebih inovatif. Greget Ramadan bisa memperluas lapangan kerja dan menggenjot produktivitas usaha.

Perlu dipersiapkan jauh hari agar momentum diatas bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh Masyarakat luas dan pemerintah daerah untuk merebut potensi ekonomi bulan Ramadan. Pemerintah jangan hanya sibuk mempersiapkan infrastruktur perhubungan untuk mudik lebaran. Mestinya juga mengelola seoptimal mungkin potensi ekonomi Ramadan sehingga bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi secara berkelanjutan. Yang pada gilirannya bisa membentuk kelas menengah yang lebih kuat.

Selama ini program difusi inovasi yang dijalankan oleh pemerintah sering mati angin, lantaran kurang mengait dengan aspek ekonomi kerakyatan. Pada saat bulan Ramadan seperti inilah kreativitas dan inovasi produk lokal mendapat angin dan bisa terdorong maju. Salah satu contohnya terlihat dengan produk aneka kue lebaran hingga paket lebaran yang sarat daya kreativitas.

Pada prinsipnya kreativitas melekat pada individu warga bangsa utamanya kelas menengah, pemerintah sebaiknya berfungsi sebagai fasilitator yang baik. Benih-benih kreativitas masyarakat tidak akan tumbuh subur tanpa disertai dengan penguatan sistem inovasi. Sayangnya sistem inovasi di negeri ini masih belum kondusif dan sulit terserap oleh masyarakat luas. Mestinya hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai lembaga riset bisa dibagikan kepada masyarakat utamanya UMKM. Seperti misalnya riset tentang bahan pangan dan teknologi produksi yang terkait dengan nilai tambah.

Potensi ekonomi Ramadan dan acara mudik lebaran sebaiknya digarap lebih kreatif dan inovatif oleh pemerintah daerah dengan membuat semacam event atau pameran yang mempromosikan produk dan potensi daerahnya. Selain itu juga bisa dilakukan bursa kerja di dalam maupun luar negeri. Karena pada saat Ramadan hingga Idul Fitri biasanya digunakan oleh pencari kerja untuk menggali informasi atau mencari tahu tentang prosedur yang benar menjadi buruh di kota atau menjadi buruh migran.

Spiritual bulan Ramadan dan acara mudik lebaran bisa menjadi momentum emas untuk menunjukkan berbagai macam inovasi daerah yang telah dihasilkan. Pemudik memiliki tujuan spiritual untuk bersilaturahmi dengan kerabat di kampung halaman. Kemudian bernostalgia mendatangi tempat-tempat yang pernah terpaut di hati sembari mencari produk kenangan atau makanan tradisional. Dalam kesempatan seperti inilah bermacam produk lokal menemukan momentum untuk unjuk promosi. Apalagi masing-masing daerah memiliki keunikan produk.

Arus pemudik juga merupakan sarana yang sangat strategis untuk memasarkan produk UMKM. Para pemudik akan kembali ke tempat asalnya dengan membawa buah tangan dari kampungnya. Momen inilah yang harus ditangkap oleh pemerintah daerah dengan membuat pameran produk daerah sepanjang bulan Ramadan hingga Idul Fitri. Selain itu acara diatas juga bisa menjadi forum bagi investor untuk menyeleksi produk-produk unggulan sebagai komoditas ekspor.

Biasanya produk-produk yang menemukan momentum di saat lebaran adalah industri makanan tradisional dan barang kerajinan. Untuk itulah pemerintah daerah mestinya memberikan insentif kepada industri makanan tradisional dan pengrajin berupa tambahan modal dan bahan baku, teknologi pengemasan serta tempat pemasaran yang memadai dalam rangka menyambut Ramadhan. Selain itu, pesona tempat-tempat wisata daerah juga akan banyak dikunjungi. Dengan demikian dibutuhkan kreativitas dan inovasi bagi pengelola obyek wisata. Misalnya dengan menampilkan atraksi dan hal-hal unik.

Kreativitas merupakan kinerja otak kanan dan merupakan produk dari pikiran yang divergen. Kreativitas bukan hanya terpaku dalam aspek seni dan budaya saja. Namun memiliki spektrum yang lebih luas. Dalam situasi persaingan dunia yang sengit sekarang ini diperlukan training untuk lebih mengaktifkan kinerja otak kanan. Yang pada gilirannya bisa menggenjot daya kreativitas masyarakat. Pentingnya penyelarasan pola pikir kreatif masyarakat dalam berbagai disiplin ilmu. Karena pola pikir kreatif selama ini acap-kali diidentikkan dengan desain teknik.

Padahal modus kreativitas bisa lahir dari berbagai disiplin ilmu lalu bersenyawa menjadi produk yang bermutu. Itulah sebabnya lembaga desain terkemuka yakni IDEO semakin giat mencari momentum untuk bisa berkreasi secara unggul dan mengglobal dengan cara mensinergikan pegawainya yang memiliki latar belakang berbeda. Lalu semuanya melakukan proses kreatif untuk memberikan nilai tambah. Perlu disadari bahwa kekuatan ekonomi dunia di masa yang akan datang sangat ditentukan oleh faktor atau value manusia, yakni talenta, imajinasi, dan kreativitas.

Dengan demikian Bulan Ramadhan merupakan saat yang tepat untuk memperbaiki proses kreatif bagi individu dan lembaga. Proses kreatif itu akan ditunjang oleh transformasi digital yang saat ini sedang berlangsung. Dengan adanya bermacam aplikasi dan platform digital membuat orang semakin gampang melakukan kreativitas kolaboratif dengan pihak lain. Keleluasaan orang untuk melakukan kolaborasi telah melahirkan bermacam kreativitas dan inovasi baru. Tak pelak lagi, sekarang ini jutaan orang bisa tergabung dalam kreativitas kolaboratif yang melahirkan proses bisnis dan pranata ekonomi baru.

Pekerja tambang sedang berbuka puasa (Sumber: AP Photo/Kemal Softic)
Pekerja tambang sedang berbuka puasa (Sumber: AP Photo/Kemal Softic)

Masalah Produktivitas Kelas Menengah

Bulan Ramadan yang penuh berkah mestinya juga dimanfaatkan untuk memperbaiki produktivitas masyarakat. Bukan saatnya lagi bulan Ramadan menjadi kesempatan untuk bermalas-malas diri dan membuang-buang waktu. Boleh dikata bahwa bulan Ramadan selama ini identik dengan hari "setengah" liburan bagi kaum pekerja. Mereka kurang sungguh-sungguh dalam bekerja dan menjadikan puasa sebagai faktor yang membolehkan mereka bekerja santai dan seenaknya. Padahal hakekat puasa tidak seperti itu.

Bulan Ramadan sebaiknya justru digunakan untuk menggenjot produktivitas kerja. Bukan malah mengurangi waktu kerja. Apalagi pegawai di negeri ini sudah diberi sederet hari libur nasional. Banyaknya jumlah libur nasional bagi pegawai pernah digugat oleh pelaku ekonomi dan industri karena berpengaruh negatif terhadap produktivitas. Sudah sering ada keberatan dari pelaku usaha yang diwakili oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) terkait dengan keputusan pemerintah yang sering menambah cuti bersama.

Bulan Ramadan dan libur panjang juga berimplikasi kepada membengkaknya anggaran subsidi yang dikeluarkan pemerintah, khususnya subsidi energi, terutama BBM kepada kendaraan pribadi. Dari sudut etos kerja dan situasi bangsa yang sulit sekarang ini mestinya pegawai lebih bekerja keras dengan waktu kerja yang ketat. Tanpa diberikan tambahan hari libur pun sebetulnya pegawai di Indonesia khususnya ASN kerjanya bisa dibilang masih santai dan kurang produktif jika dibandingkan dengan negara maju. [SRIM]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun