Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kiara Payung, Jans Park dan Potensi Usaha Florikultura

25 Februari 2024   22:35 Diperbarui: 25 Februari 2024   22:42 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Destinasi Wisata Jans Park  (dokpri )

Destinasi wisata Kiara Payung dan Jans Park di Sumedang memiliki potensi usaha florikultura yang masih terpendam.Dua destinasi itu bisa bersinergi dan menciptakan pasar lokal hingga global.

Mengunjungi Kiara Payung kita bisa mampir dulu di Jans Park. Kiara Payung dikenal sebagai bumi perkemahan, terletak di Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Memiliki pemandangan yang indah dan vegetasi yang beragam.

Kiara Payung juga merupakan kawasan hutan yang memiliki fungsi konservasi sekaligus fungsi wisata. Lokasinya tidak jauh dengan kampus beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Padjadjaran (Unpad), IPDN, Ikopin dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebelum menjadi bumi perkemahan, awalnya Kiara Payung adalah perkebunan karet yang dikelola oleh pemerintah daerah, kemudian oleh H. Mashudi ditransformasikan sebagai kawasan perkemahan.

Batu Prasasti Pramuka di Bumi Perkemahan Kiara Payung (dokpri ) 
Batu Prasasti Pramuka di Bumi Perkemahan Kiara Payung (dokpri ) 

Konon, nama Kiara Payung berasal dari bahasa Sunda, yaitu kiara (pohon) dan payung (bernaung). Bumi Perkemahan Kiara Payung dikelola Kwartir Daerah Pramuka Jawa Barat. Menjadi tempat perkemahan untuk Pramuka dengan berbagai kategori. Bumi Perkemahan Kiara Payung ini juga pernah dipakai sebagai kegiatan pramuka baik tingkat internasional maupun tingkat nasional. Seperti contohnya kegiatan yang bersifat nasional yaitu penyelenggaraan Jambore Nasional pada tahun 2006 yang dihadiri oleh sekitar 50 ribu peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

Pemerintah juga menjadikan Kiara Payung sebagai Taman Kehati. Merupakan kawasan pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi in-situ dan/atau ex-situ. Program Taman Kehati adalah program Kementerian Lingkungan Hidup yang diselenggarakan untuk menyelamatkan berbagai spesies tumbuhan asli/lokal yang memiliki tingkat ancaman sangat tinggi terhadap kelestariannya atau ancaman yang mengakibatkan kepunahannya. Keanekaragaman hayati (kehati) lebih dari sekedar menggambarkan jumlah jenis makhluk hidup, akan tetapi keanekaragaman hayati juga mengandung makna keragaman, keberbedaan dan kekhasan makhluk hidup. Keanekaragaman hayati memiliki peran serta kontribusi yang nyata dan menjadi aset bagi pembangunan daerah sebagai penyediaan pangan,sandang, papan, obat-obatan dan bahan baku industri.

Taman Kehati Kiara Payung harus dikelola dengan baik demi kepentingan generasi mendatang. Sayang sekali beberapa infrastruktur pendukungnya sudah banyak yang rusak sehingga perlu direnovasi atau dibangun lagi sesuai dengan kondisi kekinian. Taman Kehati memiliki luas 15 Hektar dengan pembagian kawasan dalam 8 blok. Memiliki Jenis koleksi tanaman langka berjumlah 137 jenis. Beberapa jenis tanaman langka itu kini ada yang tumbuh raksasa. Fauna yang dijumpai dari kelas serangga (insecta), reptil, mamalia, dan aves. Koleksi tanaman langka itu antara lain Damar Agathis dammara Araucariaceae, Gandaria Bouea gandaria BI. Anacardiaceae, Gempol, Nauclea orientalis L. Rubiaceae, Gmelina Gmelina philippensis Cham. Verbenaceae, Hantap gede Sterculia macrophylla Vent . Sterculiaceae, Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae, Huru Batu Litsea cassiaefolia Bl. Lauraceae, Huru gede Litsea robusta Lauraceae. Huru kacang Litsea amara Lauraceae, Huru Leueur Persea rimosa (Bl.)Kosterman Lauraceae, Huru manuk Litsea mappacea (Bl.) Boerl. Lauraceae, Huru minyak Litsea resinosa Bl. Lauraceae, Huru sintok Cinnamomum sintok BI. Lauraceae

 

Destinasi Wisata Jans Park  (dokpri )
Destinasi Wisata Jans Park  (dokpri )

Jans Park dan Potensi Usaha Florikultura

Jatinangor yang merupakan wilayah Kabupaten Sumedang memiliki destinasi wisata flora bernama Jatinangor National Flower Park atau biasa disebut Jans Park. Destinasi tersebut bisa menjadi pendorong tumbuhnya usaha florikultura bagi masyarakat disekitarnya. Potensi florikultura tidak mengenal istilah resesi sehingga perlu segera dikembangkan.

Jans Park menyuguhkan tempat wisata dengan konsep taman bunga beserta bangunan ikonik ala negeri dongeng. Menjadi salah satu pelopor wisata flora di Indonesia dengan luas mencapai 7.5 hektar. Kawasan Jans Park terlihat mencolok dari kejauhan karena bangunannya yang warna-warni. Saat mulai memasuki kawasan Jans Park, pengunjung dapat melihat bangunan menyerupai model istana di eropa dan bangunan masjid ala Rusia yang berwarna-warni. Di depan bangunan tersebut, terdapat hiasan menara putih berbentuk menyerupai jamur. Suasana depan Jans Park ini sangat ikonik dan instagramable.

Sesuai dengan namanya, daya tarik Jatinangor National Flower Park berada pada taman bunganya yang luas dan memiliki berbagai varian jenis bunga. Jans Park juga dihiasi oleh gedung bangunan warna-warni seperti di negeri dongeng. Oleh karena itu, terdapat banyak sekali spot foto instagramable. Selain berfoto, pengunjung juga dapat membawa pulang bunga krisan sebagai oleh-oleh.

Jans Park wisata favorit keluarga (dokpri ) 
Jans Park wisata favorit keluarga (dokpri ) 

Potensi usaha florikultura khususnya bunga potong (cut flower) di Kawasan sekitar Jans Park dan Kiara Payung perlu ditumbuhkan. Program untuk mengembangkan sektor usaha florikultura khususnya bunga potong tidak cukup hanya dengan bantuan permodalan. Dibutuhkan juga pengetahuan praktis seperti proses kreatif, manajemen mutu, pencitraan produk, jaringan pemasaran dan teknik pengemasan.

Selain itu pentingnya pola kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara para petani dan pengusaha, karena pada umumnya pengusaha besar bunga potong selain menguasai pasar juga menguasai teknik budidaya. Pola kemitraan mengarah kepada simbiosis mutualisme dimana pengusaha besar akan mendapatkan pasokan bunga yang bermutu dengan volume yang cukup, sehingga pengusaha tidak perlu harus mengeluarkan dana untuk membuka kebun sendiri. Sementara bagi para petani, pemasaran hasil produksinya akan lebih terjamin dan juga adanya pembinaan untuk alih teknologi budidaya yang lebih maju. Selain itu pengusaha besar tersebut juga dapat bertindak sebagai avalis kredit bagi para petani sebagai mitra usahanya.

Pengusaha bunga potong juga dituntut untuk dapat memperdagangkan produknya dalam keadaan segar. Konsumsi bunga potong lokal, nasional dan global semakin meningkat. Namun tantangannya juga semakin kompleks, untuk itu diperlukan teknologi yang bisa menghasilkan bunga potong berwarna-warni, bentuk yang menarik, tahan lama dan harganya kompetitif. Juga adanya segmen pasar untuk masyarakat golongan tertentu yang mempunyai selera eksklusif dan fanatik terhadap jenis bunga tertentu yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri, hal itu menyebabkan semakin meningkatnya impor bunga potong. Di lain pihak, lembaga-lembaga penelitian dan para nursery di dalam negeri telah mengembangkan varietas-varietas baru yang mempunyai daya saing yang kuat dengan produk impor, juga dengan adanya teknologi budidaya yang semakin dikuasai dan efisien menyebabkan harga jual bunga potong mampu bersaing dengan produk impor. [SRIM]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun