Mohon tunggu...
Sri Maryani
Sri Maryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Emosional Intelligence yang Dikemukakan oleh Daniel Goleman

12 November 2024   18:23 Diperbarui: 12 November 2024   18:28 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Latar belakang Emosional Intelligence (EI):

Latar belakang teori Emotional Intelligence (EI) atau kecerdasan emosional berasal dari pemahaman bahwa kecerdasan manusia tidak hanya melibatkan kemampuan intelektual (IQ) saja, tetapi juga kemampuan mengelola dan memahami emosi. Teori ini pertama kali diperkenalkan dalam konteks psikologi pada akhir abad ke-20, dengan berbagai penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk menjelaskan kesuksesan dan kesejahteraan seseorang.

Teori Emotional Intelligence (EI) atau kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Daniel Goleman adalah pendekatan yang menekankan pentingnya pengelolaan emosi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja, hubungan sosial, dan pengembangan diri.

Menurut Goleman, kecerdasan emosional melibatkan lima komponen utama:


Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Kesadaran diri adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan memahami bagaimana perasaan tersebut mempengaruhi pikiran, sikap, dan perilaku.
Orang dengan kesadaran diri yang tinggi dapat mengenali kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan motivasi mereka dengan lebih jelas.
Mereka biasanya tidak terbawa emosi secara berlebihan dan memiliki rasa percaya diri yang baik.


Pengelolaan Diri (Self-Management)

Pengelolaan diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi negatif dan mengelola respons emosional dalam berbagai situasi.
Termasuk dalam pengelolaan diri adalah kemampuan untuk tetap tenang, berpikir jernih di bawah tekanan, dan beradaptasi dengan perubahan.
Pengelolaan diri yang baik memungkinkan seseorang untuk menjaga sikap positif dan tidak bereaksi impulsif ketika menghadapi tantangan atau konflik.


Motivasi Diri (Self-Motivation)

Motivasi diri adalah dorongan internal untuk mencapai tujuan, bertindak proaktif, dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.
Orang dengan motivasi diri yang tinggi biasanya memiliki komitmen terhadap tujuan pribadi atau profesional dan mampu bangkit dari kegagalan.
Selain itu, mereka memiliki pandangan yang optimis terhadap masa depan dan cenderung gigih dalam mewujudkan impian mereka.


Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan memahami perasaan, perspektif, dan kebutuhan orang lain.
Melalui empati, seseorang dapat lebih peka terhadap sinyal emosional dari orang di sekitarnya, yang sangat penting dalam membangun hubungan dan menyelesaikan konflik.
Dalam dunia kerja, empati penting untuk memahami rekan kerja, klien, atau bawahan, sehingga dapat berinteraksi dengan lebih efektif.


Keterampilan Sosial (Social Skills)

Keterampilan sosial melibatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara positif, termasuk dalam komunikasi, kolaborasi, dan memimpin.
Orang yang memiliki keterampilan sosial yang baik mampu membangun hubungan yang sehat, mempengaruhi orang lain secara positif, dan bekerja sama dalam tim.
Ini termasuk kemampuan memecahkan konflik, berkomunikasi dengan jelas, serta memberikan umpan balik yang membangun.
Relevansi Kecerdasan Emosional di Berbagai Aspek Kehidupan
Menurut Goleman, kecerdasan emosional memiliki pengaruh besar dalam banyak aspek kehidupan, termasuk:

Lingkungan Kerja: EI penting dalam kepemimpinan, kerja sama tim, dan komunikasi. Pemimpin dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih berhasil dalam mengelola tim dan mencapai tujuan.
Kehidupan Pribadi: EI membantu dalam membangun dan menjaga hubungan interpersonal, karena orang yang mampu mengelola emosinya sendiri dan merespons emosi orang lain dengan baik cenderung memiliki hubungan yang lebih sehat.
Pengembangan Diri: EI membantu dalam mengenali area yang perlu diperbaiki dalam diri, mengembangkan ketahanan emosional, dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Manfaat Mengembangkan Kecerdasan Emosional
Mengembangkan kecerdasan emosional memberikan banyak manfaat.

Keterbatasan IQ dalam Menjelaskan Kesuksesan
Selama bertahun-tahun, IQ dianggap sebagai penentu utama dalam keberhasilan akademis dan profesional seseorang. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa IQ hanya menjelaskan sebagian kecil dari faktor yang menentukan kesuksesan individu. Banyak orang dengan IQ tinggi yang tidak sukses, sementara banyak yang sukses dengan IQ rata-rata. Hal ini mendorong para peneliti untuk mencari faktor-faktor lain, yang kemudian mengarah pada pengembangan konsep kecerdasan emosional.

Peran Emosi dalam Pengambilan Keputusan dan Perilaku Sosial
Emosi memengaruhi cara kita berpikir, mengambil keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain. Emosi yang tidak dikelola dengan baik bisa menyebabkan konflik, stres, dan keputusan yang impulsif. Pemahaman tentang bagaimana emosi bekerja dan bagaimana mereka dapat dikelola menjadi fokus utama dalam memahami kecerdasan emosional.

Penelitian Awal oleh Peter Salovey dan John D. Mayer
Konsep EI pertama kali dikembangkan secara formal oleh dua psikolog, Peter Salovey dan John D. Mayer, pada awal 1990-an. Mereka mendefinisikan EI sebagai kemampuan untuk memonitor emosi diri dan orang lain, membedakan perasaan yang berbeda, serta menggunakan informasi tersebut untuk membimbing pemikiran dan tindakan. Definisi ini menekankan bahwa kecerdasan emosional melibatkan baik kemampuan untuk memahami emosi maupun keterampilan untuk mengelolanya.

Popularisasi oleh Daniel Goleman
Teori EI semakin populer ketika Daniel Goleman, seorang psikolog dan penulis, mempublikasikan bukunya Emotional Intelligence pada tahun 1995. Goleman mempopulerkan ide bahwa kecerdasan emosional memainkan peran yang besar dalam keberhasilan hidup, bahkan melebihi IQ dalam banyak hal. Dalam bukunya, Goleman menguraikan lima komponen utama kecerdasan emosional: kesadaran diri, pengelolaan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.

Implikasi dalam Dunia Kerja dan Kehidupan Pribadi
Dalam konteks profesional, penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berperan penting dalam kepemimpinan, kolaborasi, dan kemampuan adaptasi. Pemimpin dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih efektif dalam memotivasi tim, menangani konflik, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Demikian pula, dalam kehidupan pribadi, kecerdasan emosional membantu individu mengelola stres, memahami perasaan pasangan atau teman, serta membangun hubungan yang lebih harmonis.

Pergeseran Menuju Soft Skills
Latar belakang lainnya adalah meningkatnya kebutuhan akan soft skills (seperti komunikasi, empati, dan kemampuan kerja sama) dalam berbagai bidang profesional. Dengan banyaknya pekerjaan yang membutuhkan interaksi dan kolaborasi dengan orang lain, kemampuan emosional menjadi semakin penting.

Kesimpulan
Latar belakang kecerdasan emosional didasari pada pandangan bahwa IQ bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan dan bahwa pengelolaan emosi adalah keterampilan penting untuk menjalani kehidupan yang produktif dan harmonis. Melalui pengembangan kecerdasan emosional, individu dapat lebih siap menghadapi tantangan pribadi maupun profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun