Mohon tunggu...
Sri Kuala
Sri Kuala Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bayar Dua Ratus Lima Puluh Ribu Sebelum Foto di Pantai Ini

17 Mei 2016   16:03 Diperbarui: 20 Mei 2016   21:03 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menikmati pemandangan disini sungguh luar biasa indah dan menakjubkan...siapa yang tidak kenal Bali...seluruh dunia mengaguminya. Saya ingin bercerita sedikit bahwa, minggu kemaren, saya bersama ke empat teman saya berlibur ke pulau dewata ini. Hari ke dua di sana adalah hari yang kami nanti- nantikan, yaitu foto- foto dengan menggunakan dress code " ala -ala emak-emak masa kini....hehehehe.

Dengan menyewa seorang fotografer yang ada di Bali seharga lima ratus ribu rupiah dengan waktu dua jam dan menyewa mobil seharga tiga ratus ribu rupiah/ hari plus supir, kami pun meluncur ke tempat yang telah di pilih di daerah Tegal Wangi. Sesampainya di daerah yang di tuju, kamipun di buat terpesona oleh keindahan pantainya. Setelah bersiap-siap hendak memulai sesi foto- foto bersama fotografer, seorang bapak paruh baya menghampiri kami sambil membawa karcis. "Ibu mau foto-foto ya....harus bayar dua ratus lima puluh ribu rupiah"

"Loh koq bayar pak....kan nggak ada tiket masuk dan tanda harus membayar"

"Iya..di sini harus bayar ...itu yang foto- foto buat prewed juga bayar"

"Kita kan foto bukan untuk prewed tapi untuk foto - foto biasa " 

Dan kamipun bersitegang untuk tidak membayar karena tidak ada peraturan yang mengharuskan untuk membayar....tapi si bapak tak kalah ngotot mengharuskan kami untuk membayar sambil memperlihatkan karcis biasa dengan stempel prewed.

" Aturannya mana pak dari pemda kalau kami harus membayar"

" Ini pantai pribadi, yang buat aturan yang punya tanah " jawab si bapak dengan tenangnya. 

Takut merasa di tipu kamipun bertanya kepada fotografer apakah harus membayar dan si fotografer mengiyakan. 

Tak mau bersitegang dan kecewa karena kami sudah bersiap - siap untuk di foto, maka kamipun menawar dengan membayar  seharga dua ratus ribu rupiah dan si bapak pun pergi. Menurut saya pemda setempat harus turun tangan dan melihat hal ini, kalau memang harus membayar harus menuliskan tanda atau plang papan di lokasi tersebut bahwa tanah tersebut adalah milik pribadi dan dikenakan bayaran untuk pengambilan foto- foto. Jika aturannya ada dan jelas, mungkin wisatawan yang ingin foto- foto di sana tidak kaget seperti kami yang tiba- tiba di haruskan membayar sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah.

Menurut saya juga, amat sangat mahal membayar dua ratus lima puluh ribu rupiah untuk sesi foto- foto yang tidak lebih dari dua jam sudah pasti selesai. Beberapa kali wisata ke Bali, baru kali ini saya foto- foto di haruskan membayar. Saya kurang tahu apakah di lokasi lainnya yang ada di Bali berlaku juga seperti ini...mudah- mudahan tidak ada, karena amat sangat di sayangkan kalau harus membayar lagi di lokasi lainnya hanya untuk pengambilan foto- foto pribadi.

Jika kita ingin berfoto di lima lokasi dan di haruskan membayar seperti ini, waaahhh bisa- bisa selama di Bali kita tidak punya foto- foto bagus. Oh ya pada saat kami di sana lumayan bnyk yang ingin foto- foto prewed di sana, baik dari dalam maupun luar negeri. Info dari fotografer semakin sore lokasi ini semakin ramai yang ingin berfoto karena pemandangan dan pantainya sangat bagus. Coba kita hitung jika yang berfoto sehari minimum sepuluh group dikali dua ratus lima puluh ribu/ group...... Hitung saja penghasiilan/ harinya dengan modal pemandangan indah ciptaannya.

Saran saya kepada pemilik tanah pribadi, bikin aturan yang jelas kepada wisatawan apakah harus membayar atau tidak. Jika ini masih milik negara...berharap pemerintah segera memperhatikan hal ini dan membuat aturan yang jelas agar wisatawan dalam dan luar negeri percaya bahwa ini adalah peraturan resmi...Bali adalah kota wisata bertaraf International, kalau hal seperti ini ada di Bali rasanya ya koq yaaa nggak pantes gitu...... Wass.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun