Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Bola

Penonton Kecewa Melihat PertandinganTimnas U17 vs Australia U17

28 Oktober 2024   14:05 Diperbarui: 28 Oktober 2024   15:55 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penonton Kecewa /Kim hanbin-Pinterest

Timnas Indonesia U17 lolos ke final Piala Asia U17, apakah Anda Bangga? 

Melihat pertandingan semalam antara Timnas Indonesia U17 melawan Timnas Australia di babak kualifikasi piala Asia 2025, rasa rasanya saya ingin mengamuk tapi takut darah tinggi kumat, ingin tertawa namun takut dosa. 

Bayangkan saja, sejak menit 70 hingga 90 bola dikuasai kesebelasan Australia. Bukannya menyerang tetapi mereka saling oper sesama pemain, ganti gantian lagi! Praktis selama 20 menit tidak terlihat sama sekali seni permainan sepakbola menyerang dan bertahan. 

Penonton pastinya hanya bisa melongo, ngedumel tanpa bisa berbuat apa apa. Suporter Indonesia yang datang ke stadion terdengar bersorak Huuu.... tanda kecewa. 

Apa mau di kata, permainan tetap berlangsung seperti itu. Tidak ada niat timnas Australia menyerang, pun tidak ada pemain Indonesia ingin merebut bola. Alhasil skor tetap 0-0 hingga pertandingan berakhir. 

Garuda muda lolos ke final Piala Asia Tahun 2025 namun rasanya kok ampang. Itu istilah para perokok yang rokok yang diisapnya tidak berasa alih alih mendapat kenikmatan. Saya tidak merasakan kegembiraan sama sekali. Saya yakin buanyaaak penonton lain juga merasakan hal yang sama. 

Silahkan membaca atau menonton komentar para netizen dan youtuber. Kata katanya hampir sama; kecewa malu, lucu, jengkel. 

Yang berkata puas hanya pelatih timnas U17 Nova Arianto dan pengurus PSSI Arya Sinulingga. Target PSSI sudah terpenuhi! 

Seumur umur nonton pertandingan sepakbola ribuan kali, baru kali ini saya lihat strategi seperti itu. Se-gajah gajahnya sepakbola dimainkan, rasanya ya tidak sekebangetan itu. Apa Pelatih kedua tim tidak ada rasa malu dan sungkan kepada penonton ya? Tidak menyerang dan tidak ada gol menjadi sebuah keberhasilan.

Jose Mourinho, pelatih sensasional yang menerapkan strategi pragmatis 'Yang Penting Hasil', tidak pernah menginstruksikan timnya untuk tidak menciptakan gol. Instruksi Maurinho; unggul harus diusahakan lalu bikin strategi parkir bus agar lawan tidak menciptakan gol balasan. 

Pertandingan semalam berlangsung beda. Setelah sempat berbalas serangan yang membuat jantung penonton Australia dan Indonesia empot empotan hingga menit ke 60-an, tiba tiba pertandingan menjadi selow selow saja. Kedudukan 0-0 dan tidak ada serangan sama sekali dari kedua pihak untuk membuat gol. Mulanya penonton menduga tim sedang mengatur nafas dan membuat strategi baru. 

Aje gile! Apa yang terjadi tampak diluar nurul. Permainan berlanjut dengan bola hanya digulirkan bolak balik ke kaki sesama pemain Australia ditengah lapangan. Aksi itu terjadi selama 20 menitan, Hampir separo waktu di babak kedua! 

Strategi apa pula itu? 

Mungkin tim pelatih kedua kesebelasan mendapat informasi bahwa kedua tim sudah lolos jika kedudukan draw sehingga mereka membuat strategi main aman. 

Sah sah saja jika ingin bermain aman, namun caranya sungguh membagongkan. Sangat tidak mendidik para pemain muda yang mestinya diajari untuk berjuang pantang menyerah, kalah menang yang penting sudah usaha. 

Pemain usia muda mestinya diajak bermain dan bersenang-senang, menunjukkan bakat karakter dan intelegensi mereka sebelum masuk ke ranah profesional. 

Apa yang dipertunjukkan semalam seolah olah pemain hanya dibuat seperti robot; menjalankan instruksi demi target pelatih terpenuhi. Saya kasihan melihat ekpresi pemain Australia yang tampak pasrah dengan instruksi pelatihnya. 

Mestinya kedua pelatih malu dengan Timnas Guam dan Timnas Mariana Utara. Dari keduanya belajar tentang sportifitas dan kegembiraan.

Meskipun tahu pasti akan dibantai tim lain karena beda kualitas, mereka tetap bermain dengan semangat. Alhasil kedua kesebelasan itu kebobolan puluhan gol. 

Di pertandingan pertama Timnas Guam digelontor 33 tanpa balas oleh Timnas Tajikistan sementara Mariana Utara dibobol Timnas Australia 19 gol. Kalau kita melihat kedua pertandingan tersebut, walaupun dibobol berkali kali, ada usaha timnas Guam dan Timnas Mariana untuk menyerang, membuat gol. 

Mereka juga tetap menjalani pertandingan kedua dan seterusnya dengan semangat, sportifitas dijunjung tinggi. Makanya banyak netizen kita yang kemudian mendukung dan memberi semangat Guam atas perjuangan mereka.

Apakah demi memenuhi target PSSI kemudian sportifitas disingkirkan? 

Mari kita tunggu komentar Erick Tohir dan Shin Tae-yong jika melihat pertandingan itu.

Salatiga, 281024.205

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun