Saya sudah berbangga hati dan yakin tidak akan kena semprit admin K. Setelah 190 artikel lebih diunggah, tidak ada tanda tanda ada peringatannya.Â
Hal iti karena saya cukup berhati hati dalam merangkai kata. Jangan sampai melompat 'pagar' aturan yang disyaratkan Kompasiana.  Tidak menulis tentang pornografi, mengandung kebencian SARA, kampanye politik dan jualan produk adalah komitmen saya.Â
Eh, tetiba saya dapat surat cinta dari admin. Setelah saya baca, isinya peringatan bahwa artikel saya yang berjudul " KUR, Tak Semudah yang Dijanjikan " mengandung unsur ajakan jual beli.Â
Alamak, since when (sejak kapan) saya menjual sesuatu di blog ini. Seingat saya tulisan tersebut berisi keluhan sulitnya mengakses KUR. Tidak pernah ada niatan menjadikan blog ini sebagai lapak mencari sesuap nasi (Kalau bisa membuat untung beras segudang Bulog baru saya pikir pikir lagi). Syukurlah, artikel tersebut bisa tayang kembali.Â
Setelahnya saya bolak balik membaca kembali tulisan tersebut. Tidak ada sebuah katapun yang dihapus atau ditandai melanggar aturan.Â
Penasaran saya mencoba meneliti kembali. Perasaan memang ada sesuatu hilang.Â
Olala, akhirnya ketemu juga. Poster warung yang saya lampirkan tidak ada entah kemana. Ternyata gambar berisi daftar menu beserta harganya raib, dihilangkan admin K. Mungkin karena di poster tersebut ada nama warung saya. Hal itu kemudian menjadi tersangkanya.Â
Padahal poster dilampirkan untuk memperkuat maksud tulisan bahwa saya ingin menambah menu baru. Kalau sebelumnya hanya menjual bubur ayam, akan ada olahan lain yang saya tawarkan. Untuk itu saya mencoba mengajukan KUR karena butuh modal tambahan.
Saya tidak mencantumkan kata kata ajakan membeli produk. Oleh sebab itu tidak ada kata atau kalimat dalam artikel tersebut dihapus.
Kejadian memberi saya, dan mungkin Anda, pemahaman baru tentang aturan Kompasiana. Walaupun tidak bermaksud promosi atau menjual sesuatu namun pencantuman gambar poster berisi merk usaha sendiri bisa berakibat dikirimi surat cinta.Â