Naksir tidak membuat saya tergila gila sehingga berkelakuan seperti para fans JKT 48. Saya tidak menyimpan gambar, video atau selalu update kegiatan beliau. Ketika buka Google lalu ada foto beliau, saya baru ingat kalau masih naksir.Â
Situasi dan kondisi naksir ini berbeda saat saya masih sering mengalami cinta ala monyet dan masih bujang.Â
Saat kecil dulu, saya juga naksir cewek, terutama penyanyi cilik. Masih ingat Cicha Koeswoyo, Dina Mariana, Faradila (Ratapan Anak Tiri) Sandi, dan Ira Maya Sopa?Â
Para penyanyi cilik itu benar benar terkenal se-Indonesia tapi bukan dari Sabang hingga Merauke. Dulu TV itu hanya bisa dilihat di daerah tertentu yang ada listrik dan sinyal TV. Saya tidak yakin tahun 80-an kotak ajaib itu bisa disaksikan disana.Â
Para artis cilik itu wara wiri bergantian mengisi beberapa acara musik atau main film hingga di kenal digandrungi banyak orang termasuk saya. Jadilah saya naksir mereka.Â
Naksir di jaman kuda gigit besi itu pelampiasannya membayangkan, berangan angan. Bagaimana rasanya bisa bertemu secara langsung apalagi menjadi pacar mereka. Pasti jadi terkenal dan kaya raya.Â
Menginjak usia remaja saya gantian naksir artis lain. Yessy Gusman salah satunya. Pasangan Rano Karno dalam film Gita Cinta dari SMA dan Puspa Indah Taman Hati ini berwajah manis melankolis.Â
Kalau naksir yang ini rasanya pingin memeluk sang artis untuk menghiburnya. Dalam dua film tadi, Yessy Gusman berperan sebagai gadis yang cintanya tidak berakhir dengan bahagia. Dia harus berpisah dengan cowok pujaaan hatinya.Â
Lanjut ke usia dewasa, saya juga naksir beberapa aktris. Tamara Blezinky dan Nadya Hutagalung adalah korban taksiran saya.Â
Situasi naksir ini agak berbeda. Karena waktu itu saya kerja di sebuah Event Organizer, saya bertemu dengan salah satunya.Â
Tindakan saya apa?Â