Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pohon Pepaya Saya: Iseng Iseng Berhadiah

16 November 2023   08:37 Diperbarui: 16 November 2023   09:13 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tunas buah pohon pepaya - dokpri

"Weh, wis tukul buahe.. " (Wah, buahnya sudah muncul). Begitu batin saya ketika menemukan beberapa tunas buah pepaya yang mulai terlihat. 

Sejak 4 bulan lalu saya mencoba menanam pohon pepaya ala tabulampot (tanaman buah dalam pot). Karena pekarangan kecil dan sudah disemen, cara menanam yang praktis itu saya pilih. 

Menanam ala tabulampot memang praktis. Kita hanya perlu menyediakan planter bag, media tanam dan bibit tanaman yang dikehendaki. Cara menanamnya juga mudah, sama seperti menanam tanaman dalam pot. 

Keuntungan menanam cara seperti ini adalah mudah menyiramnya dan bisa dipindah pindah. 

Saya pernah memindah beberapa tanaman hingga beberapa kali untuk mendapatkan sinar matahari bagi tanaman tersebut. Maklum di kanan kiri depan belakang rumah saya adalah tembok rumah tetangga. 

Kita juga tidak perlu alat berat seperti cangkul, cukup cethok untuk mengaduk semen saja. Keuntungan lainnya; mudah menyiangi gulma tanaman seperti rumput rumputan.

Sebenarnya saya bukan ahli tanaman dan tidak bermaksud membudi dayakannya. Saya menanam Pepaya dan beberapa tanaman buah lain hanya untuk berolahraga (?). Agak aneh memang, bercocok tanam kok untuk berolah raga. 

Ya, menanam memang bagian dari program menjaga kesehatan diri. Selain badan ini digerakkan dengan joging setiap hari, saya menambahnya dengan menyiram tanaman secara manual alias memakai gayung. Saya tidak memakai selang air meskipun tersedia. Ada variasi gerakan selain berjalan ketika merawat tanaman; jongkok, membungkuk, berdiri kembali. 

Hampir setiap hari saya bisa bolak balik menyiram tanaman di halaman rumah lebih dari 15 kali. Saya hitung total langkahnya berkisar 300-an langkah. Rentang waktu yang dihabiskan sekitar 20-30 menit. Lumayan bukan? 

Untuk menunjang program kesehatannya lagi, saya memilih pepaya untuk ditanam. Selain enak dan mudah ditanam, pepaya merupakan salah satu buah kaya nutrisi. Buah berbentuk lonjong itu mengandung vitamin A dan C yang bagus untuk kesehatan, termasuk mencegah kolesterol tinggi. 

Saya sendiri saat ini kondisi kesehatannya tidak ideal. Selain punya gula darah dan kolesterol diatas normal, ada penyakit asam urat yang juga mengancam. Makanya pepaya menjadi salah satu buah pilihan saya. 

Saya punya 5 buah pohon pepaya dalam tabulampot, semuanya jenis California. Tiga bibitnya saya beli, sedang duanya lagi hasil ndeder atau membuat bibit dari biji. Sengaja saya tanam dari sumber bibit berbeda agar bisa dibandingkan mana yang lebih baik. 

Ndeder itu mudah. Cukup beli buahnya, pilih yang kualitasnya bagus, nikmati daging buah dan sisihkan bijinya. Jemur biji biji tersebut selama 3 hari lalu tanam di media tanam. Masukan biji ke tanah sedalam 2 cm kemudian disiram. Tunggu saja sekitar 1 Minggu, nanti akan keluar kecambah, bakal pohon pepaya. 

Waktu itu saya tidak menanam melainkan menyebarkan bijinya secara acak. Tunas pohon pepayanya tumbuh tumpang tindih. Saya biarkan saja hingga tanaman tumbuh sekitar 3o cm. Dari pohon yang saling berhimpitan itu kelihatan mana tunas yang paling kuat dan tumbuh bagus. Tunas itulah yang saya pilih untuk ditanam. Yang lain saya potong potong untuk dijadikan pupuk alami. 

Untuk jenis buah pepayanya, saya pilih jenis California. Pepaya impor ini rasanya manis dan warna buah matangnya menarik. 

Umur bibit yang beli dan ndeder hampir sama, cuma beda satu bulanan saja. Bibit yang beli lebih tua. 

Pertumbuhan kelima bibit tersebut berbeda beda, walaupun media tanam dan pupuknya sama. Ada yang lebih subur dan tinggi, yang lain kelihatan stunting, meminjam istilah kondisi anak anak yang tumbuhnya terhambat. 

Pohon pepaya stunting. Tingginya hanya 2/3 dibanding pohon normal yang terlihat di belakangnya - dokpri
Pohon pepaya stunting. Tingginya hanya 2/3 dibanding pohon normal yang terlihat di belakangnya - dokpri

Penyebab pohon pepaya stunting saya cuma satu; kurang sinar matahari. Pohon pepaya yang cukup tersinari matahari tumbuh lebih tinggi dengan batang yang lebih gemuk. Sedangkan pohon yang sedikit kena sinar matahari, batangnya kurus dan pendek. 

Pohon pepaya yang normal kini sudah mulai berbuah di umur 4 bulan. Saya tidak memakai pupuk pabrik, cukup disirami dan diberi pupuk organik buatan sendiri. Bahannya EM4 (cairan berisi mikroorganisme yang dimati surikan) lalu dicamput cairan gula aren. 

Saya gembira ketika melihat kenyataan, pohon pepaya saya hanya setinggi 150 - 170 cm namun sudah berbuah. Hal itu berarti jika saatnya panen nanti, sekitar 3-4 bulan lagi, tingginya tidak sampai 2 meter. Saya tidak perlu bersusah payah naik tangga jika ingin memetiknya. 

Sebenarnya saya tidak berharap terlalu banyak saat menanam pohon pepaya itu. Selain iseng iseng dan berolah raga, saya juga ingin mengamati proses pertumbuhannya. . 

Satu pohon pepaya saya pernah terkena penyakit keriting daun. Katanya karena terkena virus. Semua pucuk daunnya menggulung kebawah. 

Awalnya saya ingin matikan saja pohon sakit itu agar jangan menulari pohon lainnya. Namun akhirnya tidak jadi saya matikan karena sayang. Saya potong batangnya dan menyisakan dua daun terbawah. 

Hanya dalam waktu seminggu di pucuk batang tersebut kemudian tumbuh 2 tunas baru, bercabang. Setelah daunnya agak banyak dan tidak keriting, salah satu cabang saya potong.

Ternyata cara itu efektif untuk mengatasi penyakit keriting daunnya. Kini pohon tersebut tumbuh normal kembali dan mulai mengeluarkan tunas buah. Tinggi pohonnya baru 140 cm-an. What a surprise!.  Ternyata hasilnya lebih dari yang saya harapkan

Pohon pepaya yang pernah saya potong batangnya. Tingginya hanya 2/3 dibanding saudara kembarnya yang terlihat di belakang - dokpri
Pohon pepaya yang pernah saya potong batangnya. Tingginya hanya 2/3 dibanding saudara kembarnya yang terlihat di belakang - dokpri

Kini saya berharap banyak kelima pohon pepaya saya akan tumbuh dan menghasilkan buah bagus. 

Pelajaran yang saya dapat dari menanam pohon pepaya ini adalah; Asal mau usaha, hasilnya tidak mengecewakan. 

Saya bukan petani dan tidak punya ilmu bertani. Saya hanya punya niat lalu memperbanyak literasi dari membaca dan menonton video dari smartphone. 

Mungkin inilah yang dinamakan iseng iseng berhadiah. 

Salatiga, 15112023.192

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun