Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dari Kompasiana Belajar Menata Kata

25 Oktober 2023   06:00 Diperbarui: 25 Oktober 2023   06:29 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin menghasilkan tulisan yang bermutu. Secara subyektif  saya beranggapan bahwa sebuah tulisan dianggap bermutu dari isi dan penulisannya. 

Artikel dengan tema dan isi hebat buat saya belum bermutu jika tidak dimengerti oleh pembaca awam. 

Misalkan ada sebuah artikel ditulis seorang pakar perbankan. Jika seorang ibu rumah tangga biasa tidak bisa memahami beda hutang  dan piutang dalam tulisan tersebut, maka saya menganggapnya artikel belum bermutu. 

Tulisan sendiri saya anggap belum bermutu. Semakin saya banyak membaca artikel di Kompasiana semakin yakin bahwa diri ini belum menjadi penulis bermutu. 

Saya tidak pernah belajar ilmu menulis. Artikel yang dibuat hanya berdasarkan literasi dan pengalaman pribadi. Oleh sebab itu jangan berharap bahwa tulisan saya tertata rapi sekaligus berisi. 

Gaya tulisan saya sering berbeda. Hal itu disebabkan oleh pengaruh gaya menulis para Kompasianer. Dengan beragamnya latar belakang penulis Kompasiana, gaya tulisan mereka menjadi bervariasi. 

Acek Rudy mengajarkan gaya menulis dengan plot twist jenaka. Felix Tani, jika sedang serius, tulisannya mendalam dengan teori teori yang dikuasai beliau. Ada pula penulis berbahasa milenial yang sering saya tunggu artikelnya. Saya lupa nama lengkapnya, kalau tidak salah ada kata Iluvtari. Kompasianer tersebut, yang sekarang entah dimana, tulisannya cocok dengan selera saya.

Baru baru ini saya gandrung membaca tulisan Mas Eko Wuryanto. Topik dan gaya tulisannya sederhana. Saya jadi teringat alm. Umar Kayam, seorang budayawan, cerpenis, pengajar dll. Beliau mengisi sebuah Kolom kebudayaan di Harian Kedaulatan Rakyat. Tulisan beliau dengan tokoh Pak Ageng dan Mr. Rigen banyak memotret kehidupan rakyat jelata dari sisi sosial budaya dan kritikan politik. 

Tentu saja pendapat saya sangat subyektif. Selera orang pasti berbeda, begitu pula dalam menentukan jenis tulisan yang disukai. 

Ada banyak lagi penulis bagus yang saya kagumi. Dari mereka mereka inilah saya belajar lagi menata kata lewat tulisan. 

Kadang saya sendiri merasa bingung. Jika keseringan membaca tulisan Acek Rudy, gaya tulisan saya akan mirip beliau. Lain kali karena sering menengok unggahan Iluvtari, bahasa milenial yang saya bawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun