Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Indonesia Negeri Bajakan

21 Oktober 2023   06:00 Diperbarui: 21 Oktober 2023   06:18 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika pergi ke daerah Glodok Jakarta Barat, gampang sekali menemukan film bajakan dalam bentuk piringan compact disc (CD). 

Tengok kanan kiri orang orang yang punya komputer. Kemungkinan besar ada program bajakan yang 'ngendon' disana. 

Pernahkan Anda menemukan iklan Smartphone merk Samsung tipe Galaxy dengan harga 1 jutaan? 

Masuk akal kah gadget kelas premium dijual semurah itu padahal harga resminya mencapai belasan juta? 

Ada istilah smartphone kopian yang asli tapi palsu. Casingnya mungkin asli tetapi isinya ga jelas asal usulnya alias bajakan. Mungkin yang dijual dalam iklan tersebut adalah HP kopian. 

Indonesia memang negeri bajakan. Banyak barang palsu beredar dengan bebas tanpa takut terkena razia. 

Tiga contoh diatas adalah pembajakan demi mendatangkan cuan. 

Saat ini ada lagi bajakan dalam bentuk lain yaitu bajakan politik. Membajak seorang tokoh terkenal demi meraih suara dalam pemilu. 

Dalam dunia keartisan, ada Eko Patrio, Venna Melinda dan banyak lagi yang beralih profesi sebagai anggota DPR. 

Apakah mereka dulu dibajak oleh partai politik atau membajakkan diri, kita tidak tahu. 

Hasilnya memang tokcer. Para artis tersebut mampu mendulang suara dan menjadi bagian dari anggota dewan yang terhormat. 

Sama sama untung. Partai lebih terkenal dan suara bertambah, artisnya duduk nyaman sebagai anggota dewan tambah susah payah lagi mencari job. 

Setahun lalu Sandiaga Uno masih menjadi kader partai Gerindra. Beberapa bulan menjelang Pilpres 2024, Sang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini 'dibajak' Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjadi kadernya. 

Entah apa yang menjadi motivasi mantan cawapres Prabowo Subianto ini. Kalau soal harta, kekayaaan Sandi sudah trilyunan. Ngomong soal kedudukan, politisi muda ini sudah menjadi menteri.

Namun konon kabarnya Sandi ingin menjadi cawapres. Jika masih di partai Gerindra, sepertinya sulit untuk diwujudkan karena capresnya, Prabowo Subianto, berasal dari partai yang sama. Sulit membentuk koalisi parpol kalau capres dan cawapresnya berasal dari partai yang sama.

Ada pandangan lain bahwa Sandiaga Uno tidak cocok lagi dengan sang ketum Gerindra. Entah karakternya atau visi misi politiknya, hanya yang bersangkutan yang tahu. 

Lebih dekat lagi, hanya beberapa Minggu yang lalu, jagad perpolitikan nasional dihebohkan oleh putra Presiden Jokowi yang ujuk ujuk menjadi Ketum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Juragan Sang Pisang itu baru tiga hari menjadi anggotanya. Kaesang di(b)ajak dari seorang pengusaha menjadi politikus.

Berita terkini; Gibran Rakabuming Raka digosipkan menjadi bacawapres Prabowo Subianto. 

Karena Prabowo dari partai Gerindra dan Gibran masih menjadi anggota PDIP, pencalonan itu dianggap sebagai pembajakan kader parpol. 

Usaha pembajakan itu ditengarai sudah berlangsung lama dan sistematis. Mulai dari pendekatan pribadi, Gibran diajak berkuda di rumah Prabowo, kunjungan Prabowo ke Solo hingga gugatan batas usia cawapres ke Mahkamah Konstitusi. 

Jika kemudian putra sulung presiden ini benar benar berhasil ditahbiskan menjadi cawapres mantan rival bapaknya,  maka peristiwa ini akan menjadi pembajakan politisi terbesar, terheboh dan tersukses. 

Indonesia memang pantas mendapat julukan negeri bajakan. Hampir semua bidang bisa dilakukan mengambil sesuatu tanpa susah payah menciptakannya. 

Masyarakat tinggal memilih. Mau menjadi pembajak, korban bajakan atau memanfaatkan barang bajakan. 

Kata pedagang pinggir jalan, "Mari silahkan. Dipilih, dipilih, dipilih... "

Salatiga, 21102023.181

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun