Seorang Tokoh jika merumuskan sesuatu pasti sudah betul-betul dipikirkan dan diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan.Â
Ketika Albert Einstein merumuskan E=mc kuadrat untuk menghitung energi, massa dan kecepatan, si rambut putih itu tentunya sudah menelitinya dengan cermat dan benar. Terbukti hukum itu hingga sekarang tetap dipakai dan Albert Einstein diakui kejeniusannya.Â
Beberapa waktu lalu Pak Jokowi dalam acara bersama relawannya dalam Gerakan Nusantara Bersatu mengatakan bahwa rakyat Indonesia harus memilih pemimpin/presiden yang rambutnya putih dan wajahnya berkerut.Â
Pak Jokowi saat ini adalah presiden 2 periode yang mampu membawa Indonesia lepas dari masalah pandemi Covid 19. Barusan beliau memimpin pertemuan G20 yang dianggap sukses luar biasa oleh banyak pemimpin dunia. Ketokohan Pak Jokowi diakui tidak saja di dalam negeri, namun juga dunia internasional. Maka ketika beliau merumuskan sesuatu, kebenarannya jangan diragukan lagi.Â
Menurut Pak Jokowi, seseorang yang berambut putih dan berwajah penuh kerutan tandanya pemimpin yang memikirkan dan memperhatikan rakyatnya. Saking memikirkan rakyatnya hingga penampilannya sampai berubah sedemikian rupa.Â
Menanggapi pernyataan tersebut saya jadi berpikir bahwa selama ini rakyat Indonesia telah salah pilih presidennya sejak 2014 lalu.Â
Kalau kita menganggap bahwa teori Pak Jokowi tentang rambut putih dan wajah kerutan itu benar, maka bisa dipastikan Pak Jokowi bukanlah presiden yang memikirkan rakyatnya.Â
Meskipun wajah Pak Jokowi penuh kerutan, beliau tidak beramput putih. Pada saat terpilih menjadi presiden beliau berambut hitam. Dan hingga kini, 8 tahun semenjak ditetapkan menjadi presiden, rambut beliau tetap hitam.
Seperti teori beliau sendiri, berarti Pak Jokowi bukan pemimpin yang memikirkan rakyat.Â
Betuk atau tidak?Â
Salatiga, 291122.150
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H