Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Berimajinasi Kurikulum Merdeka

31 Oktober 2022   12:13 Diperbarui: 30 November 2022   13:39 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berimajinasi - HuffPost / Pinterest

Murid bingung, guru juga bingung. Kondisi itu saya dapati ketika mengobrol dengan mereka. 

Obrolan sambil lalu tapi menarik itu kami lakukan ketika naik motor. Murid dan guru tersebut adalah penumpang saya ketika narik ojol

Sekar, murid kelas VII sebuah SMP di Salatiga bercerita tentang kesulitannya membuat proyek sekolah. 

Guru memberi tugas Sekar dan teman temanya sebuah proyek tentang tanaman. Mereka diminta guru untuk menanam dan mengamati pertumbuhannya. Tugas akhirnya adalah membuat masakan berbahan tanaman yang sama. 

Saya berkomentar, proyeknya menarik karena berkesinambungan serta menggabungkan soft skill dan hard skill. 

Masalahnya, Sekar dan beberapa temannya tidak tertarik dengan tanaman dan masak memasak. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

Proyek berbeda ditugaskan kepada Claudia. Siswi kelas XI sebuah SMA Negeri di Salatiga itu bercerita tentang tugas membuat mural. Gadis yang tidak bisa menggambar ini mengalami kesulitan mencari ide, apalagi menuangkannya di atas kertas.

Sekar dan Claudia ditugaskan secara berkelompok dengan teman kelas masing masing. Menurut kedua anak itu, beberapa temannya antusias dan tekun melaksanakan tugasnya karena sesuai dengan minat dan bakat mereka. Namun bagi yang tidak tertarik, mereka tampak ogah ogahan dan lebih banyak menganggur atau bermain. Akibatnya situasi tersebut malahan menganggu teman temannya bahkan murid kelas lain. 

Seorang guru, sebut saja Bu Arumi, sempat curhat mengalami situasi dan kondisi yang mirip dengan cerita anak anak di atas. Beliau yang mengajar di kelas X dan XI juga merasa terganggu dengan banyaknya murid kelas satu (SMA) yang justru berkeliaran pada saat melakukan proyek. 

Bu Arumi, sempat bertanya kepada anak anak yang berkeliaran tersebut. Jawaban mereka hampir sama; bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

Bu Arumi, yang mengajar Bahasa Inggris, juga bercerita. Beliau dan rekan rekan gurunya pernah memberi masukan kepada guru yang bertanggung jawab atas proyek murid murid kelas X. 

Jawaban guru penanggung jawabnya masih bingung dengan apa yang harus dilakukan. Walaupun guru tersebut sudah diberi pelatihan dan tutorial via aplikasi smartphone, namun karena Kurikulum Merdeka masih baru, guru tersebut belum terbiasa dalam penerapannya.

Ilustrasi berimajinasi - HuffPost / Pinterest
Ilustrasi berimajinasi - HuffPost / Pinterest

Saya  memaklumi situasi dan kondisi yang terjadi pada awal penerapan Kurikulum Merdeka. Banyak guru bingung karena daya tangkap yang berbeda terhadap materi kurikulum. Mereka juga tidak siap dengan kreasi dalam pengeja wantahannya. 

Jika gurunya bingung, apalagi anak didiknya. 

Sebagai mantan pekerja event organizer dan pendamping anak, saya berimajinasi menjadi seorang guru dengan Kurikulum Merdeka. 

Jika harus memberi tugas membuat mural secara berkelompok kepada anak didik, saya akan terlebih dahulu mencari anak-anak yang bisa/hobi menggambar. Jumlah kelompok akan disesuaikan dengan jumlah anak yang bisa menggambar. Intinya dalam satu kelompok harus ada satu anak yang bisa menggambar. 

Tiap kelompok akan saya bebaskan memilih tema untuk membuat gambar muralnya. 

Tema dan gambar mural didiskusikan anggota kelompok. Saya meminta mereka menyebut apa minat dan kesukaan masing masing anggota. 

Contoh kelompok A ada yang suka makan bakso dan olah raga sepakbola. 

Kesukaan anak anak tersebut diwujudkan dalam gambar muralnya. Anak yang bisa menggambar ditantang kreatifitasnya untuk menggambar sesuai permintaan anggotanya. 

Di lain pihak, anggota yang menyukai bakso juga mendapat tugas mengeksplor kesukaannya. Mereka harus bisa menjelaskan riwayat bakso, jenis-jenis, bahan, mengapa dia suka daging bulat itu. Saya juga meminta dia mencari di mana saja warung bakso yang enak. 

Sementara bagi anak yang suka sepakbola, dia bisa diminta bercerita tentang PSSI, klub dan pemain yang dia sukai, manfaat bermain bola dsb. 

Murid murid bisa mendapatkan informasinya via smartphone masing-masing.

Hasil dari gambar mural tadi kemudian dipresentasikan. 

Ada presenter umum yang menjelaskan garis besar mural tersebut, lalu detil detilnya (misakan gambar pesepakbola, bakso) dijelaskan oleh anak yang menyukainya. Murid tersebut mempresentasikan hasil eksplorasinya. 

Dengan demikian setiap anak akan melakukan tugasnya masing-masing sesuai dengan minat bakat dan kesukaanya. 

Jika dalam gambar mural tersebut bisa menggambarkan semua minat, bakat, kesukaan anggotanya maka setiap murid harus melakukan presentasi.

Tidak semua murid mahir berpresentasi. Mereka bisa bergiliran belajar dan melatih presentasi di kelompok. 

Pada saat latihan presentasi, anggota kelompok akan mengkritik dan memberi masukan kepada temannya yang belajar berpresentasi. Setiap anggota mendapat giliran presentasi, dikritik dan diberi masukan. 

Kegiatan ini bisa mengurangi waktu anak anak menganggur. Semua anak akan sibuk dengan tugas masing-masing serta belajar berpresentasi

Diharapkan pada saat kelompok melakukan presentasi dihadapan guru dan kelompok lain, mereka sudah siap dengan materi dan kemampuan berpresentasi.

Jika diperlukan, presentasi ini dilombakan dalam satu kelas atau satu sekolah. Beberapa guru diminta untuk menjadi juri.

Sebelum membuat tugas tersebut, terlebih dahulu saya berdiskusi dengan beberapa guru mata pelajaran. Barangkali ada guru hendak menitipkan sub bahasan dalam proyek mural itu. 

Misalkan guru ekonomi ingin menitipkan pelajaran tentang hitung dagang dan pemasaran, saya bisa meminta anak penyuka bakso untuk menjelaskan mengapa bakso langganannya laris. 

Apabila guru Bahasa Indonesia ingin menitipkan sub bahasan tentang Tata Bahasa, saya meminta anak anak membuat materi presentasi lewat tulisan. 

Intinya, dalam satu proyek mural bisa dinilai tingkat pengetahuan anak anak di berbagai mata pelajaran. Tinggal bagaimana saya dan para guru mengemasnya. 

Beberapa hal yang saya bisa ambil dari hasil imajinasi saya itu adalah murid-murid melakukan tugas sesuai minat bakat masing-masing, para guru juga bisa melakukan kolaborasi untuk demi mencapai tujuan pembelajaran. Masukan-masukan akan didapat baik dari anak ke anak, guru ke anak dan sesama guru karena proyek mural sudah menjadi proyek bersama. 

Saya bukan seorang guru sehingga tidak mengetahui seluk beluk mengajar maupun kisi-kisi dan materi Kurikulum Merdeka. Mungkin imajinasi saya kurang tepat bagi implemantasi Kurikulum Merdeka. 

Namun jika Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memerdekakan murid dan guru dalam tugas belajar mengajar, saya kira imajinasi tentang proyek mural di atas bisa diuji coba. 

Proyek dan tema bisa berbeda tetapi konsepnya sama yaitu, bebas memilih, bereksplorasi, kerja sama tim, multi mata pelajaran dan kolaborasi dengan guru lain. 

Nah, Bapak Ibu guru, apakah imajinasi saya masuk akal sehingga bisa diimplementasikan? 

Salatiga 311022.147

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun