Anda sudah punya atau ingin memelihara hewan? Hewan apa yang Anda punya atau ingin dipelihara?Â
Saya pernah memelihara 3 jenis hewan yaitu kelinci, hamster dan kucing. Pengalaman saya mungkin bisa menjadi rujukan.Â
Tahun 2011, saat masih tinggal di Surabaya, saya pernah memelihara kelinci. Itu hewan yang pertama kali saya pelihara.Â
Kelinci menjadi pilihan karena bertahun tahun sebelumnya ketika kerja di Bali, saya pernah melihat hewan bertelinga panjang itu dipelihara dirumah teman WNA.Â
Kelinci bernama Bob itu sangat jinak. Saat dipanggil namanya, Bob langsung datang dengan melompat lompat. Dia melihat kearah saya dan menatap dengan manis seakan minta dielus. Karena tatapan itulah saya jatuh cinta dengan kelinci dan dan bertekad suatu saat akan memeliharanya.Â
KELINCI Jilid 1
Akhirnya ketika sudah punya tempat tinggal sendiri (walau rumah kontrakan), kelinci saya beli untuk dipelihara. Saat itu saya sudah punya anak pertama berumur 1,5 tahunan.
Kelinci adalah hewan yang aman dipelihara dan menjadi teman main anak anak. Binatang itu tidak mencakar, tidak menggigit dan bulunya juga aman terutama jenis yang berbulu mirip karpet.
Saya membeli 2 ekor anak kelinci jenis New Zealand berumur 3 bulan beserta kandang, tempat makan minum dan perlengkapan yang lain.Â
Anak saya senang sekali dengan datangnya teman baru. Setiap hari dia bermain dengan kelinci kelinci tersebut. Dipegang, dielus diberi makan, begitulah teman barunya dimanjakan.Â
Si sulung itu sudah bisa berjalan sebelum berusia 10 bulan, makanya sebelum berumur 2 tahun, pertumbuhannya sudah bagus. Dia bisa leluasa bermain dengan kelinci layaknya bermain dengan boneka.Â
Namun ada suatu hal yang harus diperhatikan:
'Siapkan pengetahuan dan ketrampilan sebelum memelihara binatang jika tak ingin mereka cepat mati'
Kesalahan ketika pertama kali membeli kelinci adalah kami tidak paham cara memeliharanya. Yang kami tahu kelinci itu menggemaskan, makanannya wortel dan sayuran.Â
Tiga hari di rumah kami, kedua kelinci itu mencret mencret. Karena tak tahu cara mengobatinya, 2 hari setelah mencret keduanya mati. Ada rasa sedih dan menyesal, tetapi karena memang ingin punya hewan peliharaan, kami membeli sepasang kelinci lagi.Â
Kali ini saya bertanya kepada penjual kelincinya, bagaimana cara memberi makan kelinci. Jawabnya, sayur harus dilayukan dulu sebelum diberikan ke kelinci dan sekali sekali diberi pelet khusus kelinci. Berbekal info tersebut saya kemudian melakukan metodenya. Beli pelet lalu sayur yang akan diberikan, dilayukan terlebih dulu.Â
Awalnya metode itu berhasil. Lima hari kami pelihara, sepasang kelinci itu masih sehat dan lincah bermain. Namun menginjak hari keenam, kelinci mencret lagi. Hari ketujuh, keduanya mati bergiliran.Â
Saya ke pasar hewan dan membeli sepasang lagi. Kali ini info dari pedagang, kelinci mati karena kedinginan, kandang harus rapat. Saya pulang dengan pengetahuan baru.Â
Kandang kelinci lalu diberi pelindung agar kelinci tak kedinginan, makan sesuai anjuran pedagang, harapan kelinci berumur panjang membuncah.Â
Harapan tak sesuai kenyataan. Hanya beberapa hari sepasang kelinci itu bertahan, keduanya mati menginjak hari kesembilan. Saya putus asa dan kapok memelihara kelinci lagi. Kelinci ternyata binatang peliharaan yang mudah mati.Â
Karena tetap ingin pelihara hewan, kali ini kami memutuskan membeli hamster. Binatang kecil itu juga tak berbahaya untuk anak anak dan sepertinya tak sulit merawatnya
Setelah mempelajari cara memeliharanya, kami membeli sepasang hamster jenis Campbel beserta kandang dan perlengkapannya. Campbel yang kami beli sudah cukup besar, berumur 3 bulanan. Kata pedagangnya, hamster berumur sekian tak rawan mati.Â
Betul saja, hamster memang binantang yang mudah dipelihara. Cukup makan minum, kandang bersih dan ada tempat bermainnya, hamster kami terlihat sehat dan aktif bermain.Â
Sepasang mahluk kecil nan lucu itu setiap saat keluar dari lorong mainan dan menjalankan roda putar yang disediakan. Kali ini kami sukses memilih dan memelihara binatang.Â
Tiga bulan kemudian, hamster kami sudah beranak. Jumlahnya cukup banyak yaitu 10 ekor. Sesuai yang kami pelajari dari buku bacaan, hamster pejantan harus dipisah agar tak memangsa bayinya sendiri. Kami sediakan ember besar sebagai tempat tinggal si jantan.Â
Satu bukan kemudian, anak hamster sudah besar dan bisa dipisah dari induknya. Semua anak hamster hidup dan tumbuh sehat. Kami satukan lagi induk dan pejantan hamster di kandang, sementara anak anaknya dipindah ke ember besar.Â
Tak lama kemudian induk hamster hamil lalu melahirkan. Kami pisah lagi dan diperlakukan sama seperti kelahiran pertama. Hamster bertambah banyak sehingga perlu kandang lagi.
Kami memutuskan membeli ember daripada kandang. Harga ember lebih murah tetapi lebih luas dari pada kandang. Bertambah bulan, bertambah banyak pula hamster peliharaan kami. Dalam waktu 6 bulan jumlahnya sudah puluhan ekor.Â
Karena terlalu banyak yang harus dipelihara, akhirnya kami memutuskan menukar hamster kami dengan makanan, pasir dan kawul (serpihan kayu yang dipasah) untuk alas kandang. Sebagian hamster itu kami tukar dengan hamster campbel lain dengan warna dan corak berbeda. Alhasil Hamster kami menjadi warna warni bulunya.Â
Akhirnya jika hamster beranak dan anaknya sudah cukup besar, kami bawa ke pedagang dan ditukar dengan makanan, pasir, kawul dan hamster lain. Selain menghemat pengeluaran, hal itu juga cara kami membatasi jumlah hamster peliharaan.Â
Kami bukan peternak hamster, makanya tidak pernah menjualnya. Jika ada teman yang ingin memelihara, dengan senang hati kami akan memberinya sepasang.Â
O ya, pemangsa hamster ada banyak karena mereka tak punya senjata untuk mempertahankan diri. Tikus, kucing dan curut/celurut dengan mudah memangsa hamster. Beruntung rumah kami sangat rapat sehingga aman dari para pemangsa tersebut.Â
Ada beberapa hamster yang  bisa dimangsa celurut. Mereka biasanya yang berhasil meloncat dari ember lalu pergi keluar rumah. Salah satu kekurangan memelihara hamster di ember adalah hamster bisa lolos karena meloncat.Â
Karena pindah ke Salatiga, akhirnya semua hamster kami berikan ke pedagang dan teman teman. Kami tak ingin beresiko hamster mati saat pindahan atau tidak bisa beradaptasi di udara Salatiga yang lebih dingin. Yang jelas, kami sudah sukses memelihara hamster.Â
KELINCI LAGI
Tahun 2020 Anak anak sudah cukup besar. Yang sulung perempuan berumur 10 tahun, sedang si cowok bungsu 7 tahun. Mereka bisa belajar tanggung jawab dengan memelihara binatang.Â
Di Salatiga rumah kami punya halaman yang cukup luas, 3o m2 di depan dan 20 m2 di belakang rumah. Kami memutuskan memelihara kelinci lagi. Kesuksesan memelihara hamster membuat kami bisa move on dari trauma kegagalan memelihara kelinci.Â
Dua kelinci berpindah tempat dari kandang pedagang ke rumah. Kali ini kami sudah mempersiapkan diri segalanya untuk memelihara binatang lucu itu.Â
Ilmu pengetahuan memang tak berbohong, setelah mempelajari dengan cermat dan diterapkan pada kedua kelinci season 2, mereka bisa lolos dari kematian. Dua bukan kelinci kami pelihara, mereka tetap sehat sehat saja.Â
Namun ada satu masalah yang terjadi, kedua kelinci itu ternyata jantan semua. Si pedagang tidak teliti mengenali jenis kelamin mereka, padahal kami inginnya beli jantan dan betina. Akhirnya kami beli 2 kelinci berjenis kelamin betina untuk dipasangkan.Â
Selain kami sediakan kandang, keempat kelinci tersebut sering dibawa masuk rumah untuk dielus, digendong dan diajak main. Mereka sangat jinak dan tak melukai anak anak kami. Hanya saja rumah kami jadi kotor karena kelinci sering kencing dan pup dimana mana.Â
Pelihara kelinci jilid dua ini berlangsung sukses. Kedua pasang mahluk itu silih berganti melahirkan. Jumlah sekali melahirkan antara 6 hingga 9 bayi kelinci.Â
Tak sampai setahun total kelinci kami berjumlah 50an ekor. Sebagian kelinci tersebut kami jual untuk membeli pelet dan sebagian lagi kami berikan kepada teman yang ingin memelihara.Â
Karena semakin bertambah banyak, saya kewalahan mencari rumput dan sayur untuk makanannya. Nafsu makan kelinci itu luar biasa. Mereka akan makan dan makan terus pagi siang malam. Akhirnya saya mencari sayur dari sisa jualan para pedagang pasar. Disinilah awal bencana peliharaan kami.Â
Karena sayurannya tidak bersih dan mungkin kena semprotan bahan kimia, kelinci kami kena scabies atau penyakit kulit. Hal itu diperparah dengan kondisi halaman rumah yang tidak bersih.Â
Akibat sibuk kerja, saya jarang bersih bersih rumah. Walaupun ada anak anak, tetapi mereka lebih sering bermain daripada bantu bantu.Â
Mula mula 1 ekor kena penyakit lalu menulari yang lain. Kami mencoba mengobatinya dengan salep dan suntikan. Beberapa bisa sembuh tetapi tertular lagi. Satu persatu kami bergiliran mati.
Akhirnya tersisa 5 ekor lalu saya berikan ke tetangga yang pingin memeliharanya. Sebelumnya kami pastikan dulu bahwa kelinci kelinci tersebut sudah sembuh dari scabies.Â
Memelihata kelinci, jika bukan peternak, harus punya lahan luas dan bersih untuk mengantisipasi perkembang biakan mereka yang cepat.Â
Induk kelinci, setelah melahirkan, akan cepat hamil jika disatukan dengan pejantan. Hanya dalam waktu beberapa Minggu, sang induk  akan melahirkan lagi.Â
Seperti yang kami alami, kurang dari setahun, 2 pasang kelinci peliharaan sudah berkembang menjadi 50an. Kali ini kami bisa dibilang lebih berhasil memelihara kelinci daripada memeliharanya di jilid 1.
Tak banyak yang harus saya ceritakan soal memelihara kucing. Binatang berbulu yang mengeong ini umum dipelihara orang. Negatip dan positip memelihara kucing banyak yang sudah paham.Â
Beberapa bulan lalu kami kedatangan satu kucing liar. Karena diberi makan akhirnya kucing yang diberi nama Putih itu betah di rumah dan tak mau pergi.Â
Putih bukan hewan yang sengaja kami pelihara, tetapi karena kelucuan dan kegemarannya bermain, dia untuk sementara kami rawat sebelum diadopsi orang lain.Â
Kelinci, hamster dan kucing adalah hewan yang biasa dipelihara mayarakat. Namun setiap orang punya pilihan masing masing dan tak bisa dipaksakan. Semua punya kelebihan dan kekurangannya.
Ibaratnya pilih jengkol atau pete, makan tahu apa tempe, suka suka Anda lah. Pilih semuanya juga boleh.Â
Salatiga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H