Bebeberapa hari ini saya senang ngrasani atau membicarakan kejelekan orang. Biasa toh, jika order sedang sepi atau tidak ada kerjaan, pikiran orang akan kemana mana.
Daripada mikir teori fisika quantum atau asap dapur yang sedikit mengepul, memang lebih mudah mikir kejelekan orang. Gampang, saya tak harus banyak mengerutkkan dahi.Â
Namun karena takut dosa, apalagi pas bulan Ramadhan, saya memutuskan untuk ngrasani diri sendiri saja. Gratis, tidak menimbulkan masalah dan tidak menghalangi pahala.Â
Ini bukan kontempelasi, tetapi saya memang sedang tidak ada kerjaan. Kontempelasi biasanya dilakukan di tempat sepi dengan suasana hening plus beberapa aksesori seperti lilin atau bau bauan aroma therapy.Â
Sementara lokasi ngrasani saya ada dipinggir jalan, seberang Me Gacoan yang tetap rame di bulan Ramadhan. Bukan bau aroma terapi yang saya hirup, tapi wangi buah pir, jeruk dan semangka. Saya nongkrongnya numpang di sebuah lapak penjual buah.Â
Konsentrasi saya sering terganggu karena harus ber-hai hai dengan rekan ojol lain kala mereka sedang melintas. Sesekali juga melirik dara dara cantik yang lewat di depan mata.Â
Dari hasil ngrasani ini saya menemukan fakta yang sangat mengejutkan, menyedihkan sekaligus membagongkan.Â
Saya seorang Kompasianer yang tidak setia kawan!Â
Ini lebih jelek dari penemuan yang lain bahwa saya terbukti sebagai Kompasianer yang tidak jelas.Â
Akhir akhir ini saya tidak atau jarang membaca, memberi nilai, apalagi berkomentar di artikel Kompasianer lain. Sebuah sikap yang susah diampuni dalam sebuah pertemanan di Kompasiana.Â
Padahal dari pertemanan tersebut banyak hal yang saya dapatkan. Pengetahuan, ide menulis, dukungan, hiburan, pujian adalah beberapa hal yang menambah kualitas diri dan tulisan saya. Tak ada hal negatif yang saya temukan dalam pertemanan di dunia maya ini.Â
Berkat view, penilaian dan komentar teman teman Kompasianer pula saya bisa mencapai status seperti ini. Kompasiner centang hijau yang punya kesempatan mendapat K-reward. Itu sebuah status yang sangat istimewa mengingat banyak kompasianer lain yang tak kunjung centang hijau walaupun sudah tervalidasi berbulan bulan.Â
Walaupun kelak hanya dapat karewar 1.000 rupiah, saya tetap dengan bangga bisa memamerkan kepada istri saya.
 "Ini lho hasil jerih payahku saat memunggungi kamu karena menulis artikel. Sekarang suamimu jadi penulis profesional karena mendapat bayaran.. "
Namun saya seperti lupa kacang akan kulitnya. Kesetiakawanan Anda tidak saya hargai. Saya lebih senang menjadi sombong karena merasa sudah tahu apa saja yang ditulis teman kompasianer. Saya acuh tak acuh kepada cerita, info, humor, pengetahuan yang Anda bagikan. Hal itu hanya karena satu alasan utama... Malas!Â
Sebuah kondisi yang tak adil mengingat masih banyak Kompasianer yang tetap setia membaca dan memberi penilaian artikel saya.Â
Saya meminta maaf yang sebesar besarnya kepada Anda yang telah membantu dan mendukung saya. Penghargaan juga harus saya berikan karena tetap setia sebagai pembaca artikel saya walaupun dicuekin. Hormat dari saya untuk para Kompasianer sejati ini.Â
Namun saya bisa sedikit berbesar hati, ketidak setiakawanan hanya berlaku di dunia maya. Jika di dunia nyata hal itu tidak berlaku. Di dunia nyata saya siap membantu Anda.Â
Mumpung sedang musim liburan, bagi Anda yang ingin singgah atau jalan jalan ke Salatiga dan butuh penunjuk jalan, saya bersedia menemani. Tak perlu uang kopi, uang rokok, uang bensin, atau uang lainnya, semuanya gratis.Â
Jangan kuatir soal pengetahuan dan ketrampilan, saya pernah punya pengalaman menjadi guide amatiran dan pekerja sosial profesional. Hal itu bisa menjadi bekal mendukung kenyamanan Anda ketika jalan jalan di Salatiga. Silahkan hubungi saya di menu percakapan yang ada di profil Anda.Â
Mohon pengertiannya jika s/k atau syarat dan ketentuan harus berlaku. Anda wajib melakukan kontak dengan saya minimal 2 hari sebelum kunjungan.Â
Bukan saya orang sibuk atau sok sibuk, tetapi hal itu untuk menghindari miskomunikasi.Â
Ada hal hal yang bisa menghalangi jika melakukan kontak mendadak. Mungkin saya sedang ada keperluan keluarga. Bisa jadi saya sedang mengantar kompasianer lain. Bisa juga kontak tak terbaca karena belum sempat dibuka.Â
Jika antar mengantar ini terjadi, saya bisa merasa sedikit lega karena dosa akibat ketidak setia kawanan bisa sedikit terhapuskan.Â
Penawaran ini tidak berlaku saat liburan ini saja tetapi juga waktu lain ketika Anda berkenan singgah di Salatiga.Â
Namun jika saya belum beruntung menerima kunjungan Anda, saya hanya bisa mengucapkan lewat artikel ini;
"Ngaturaken Sugeng Riyadi, sedoyo kalepatan kulo nyuwun pangapunten"
Mengucapkan selamat lebaran, semua kesalahan saya mohon dimaafkan.Â
Salatiga 020522.104
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H