Kami sengaja mampir disebuah warung tradisional yang menjual bubur tumpang koyor untuk sarapan. Wadah yang digunakan menyajikan makanannya masih memakai pincuk dan suru.Â
Pincuk adalah wadah yang terbuat dari daun pisang yang ditekuk menjadi sebuah cekungan.Â
Sedangkan suru adalah alat makan pengganti sendok yang juga  terbuat dari daun pisang. Cara membuat suru hanya melipat daun pisang berdiameter 8 cm kemudian ditekuk dan dijepit memakai jempol dan jari tengah. Sementara jarik telunjuk ada ditengah tekukan agar bisa menyendok makanannya.Â
Bubur tumpang koyor lebih enak dinikmati jika berkuah banyak. Spesial untuk Sidney, kami mintakan kuah lebih banyak lagi. Kami yakin Sidney akan kena batunya karena belum pernah makan memakai pincuk dan suru.
Bubur tumpang koyor dalam pincuk segera kami nikmati.Â
Dengan cepat saya dan teman teman menghabiskan bubur.Â
Sidney tampak kesulitan mengambil buburnya dengan suru. Beberapa kali kuah tumpang tumpah dari surunya. Tangannya juga ikut belepotan.Â
Yang lucu adalah mulutnya celemotan oleh bubur dan kuah sampai ke dagunya. Karena tak ada tisu, Sidney mengelap dagu memakai punggung tangannya.Â
Kini hampir seluruh tangan Sidney terkena kuah tumpang koyor.Â
Kami tertawa melihatnya. Sambil mengacungkan jempol kearahnya saya berkata,Â
" Hmm.. Its very Delicious.. Isn't it? "