Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Setiap Hari Tanggal Tua

2 November 2021   08:15 Diperbarui: 2 November 2021   08:32 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar Pinterest

Jika pekerja kantor mengalami kebingungan setiap tanggal tua karena keuangan mereka menipis, kami tidak mengalaminya. Maksudnya tidak mengalaminya di setiap tanggal tua tetapi setiap hari. 

Sejak pandemi melanda, penghasilan kami menurun, tidak hanya drastis tetapi anjlok! 

Apalagi ketika sistem baru diterapkan di Salatiga oleh aplikator, dari order terdekat menjadi random, banyak teman teman yang kesulitan mendapat order. 

Bagi mereka yang akunnya gacor ( istilah kami untuk akun yang mudah mendapat order) penghasilan mereka stabil. Uang 150 - 200 ribu bisa didapat dalam sehari. 

Namun bagi kami yang akunnya gablug (istilah bagi akun yang susah order) mendapat 5 order perhari saja sudah lumayan. Itu artinya kami hanya berpenghasilan 50 ribuan sehari.

Penghasilan itu merupakan pendapatan kotor, belum dipotong biaya bensin dan pengeluaran ini itu, seperti makan, minum dan rokok bagi mereka yang merokok. 

Jika demikian, ada rekan yang sehari hanya membawa pulang 10 ribu. Tetapi tak jarang yang harus nombok. Pengeluaran mereka lebih besar daripada pendapatan hari itu. 

Saya sekeluarga juga terkena efek pandemi. Biasanya saya bisa membawa pulang 150 ribuan bersih perhari. Penghasilan itu masih ditambah pendapatan istri dari jualan snack di sekolah sekolah. Kami bisa berbagi peran memenuhi kebutuhan keluarga. 

Untuk makan sehari hari dicukupi oleh istri. Sementara untuk cicilan bank, listrik, biaya sekolah anak saya yang menanggung. 

Setelah pandemi melanda, istri sudah tidak berjualan lagi karena semua kantin sekolah tutup. Ada keinginan jualan online namun rumah kami yang berada di gang sempit akan menyebabkan kesulitan alat transportasi keluar masuk. Otomatis istri tidak berpendapatan sama sekali. 

Saya sendiri sempat mengalami akun gablug. Pernah sehari narik hanya mendapat 3 orderan. Artinya hari itu saya hanya mendapat uang 24 ribu bruto. 

Jika akun sudah gablug, sulit bagi kami untuk 'menyembuhkannya'. Walaupun sudah mencoba berbagai cara yang disarankan oleh aplikator, tetapi hasilnya tetap nihil. Akun tetap gablug. Jika orang lain capai karena bekerja, saya capai karena menunggu order. 

Dengan penghasilan sekecil itu, otomatis kami hanya mencoba bertahan hidup. Makan seadanya. Kebutuhan lain kalau tidak diundur ya dibatalkan. Prioritas utama adalah kebutuhan anak. 

Rencana pulang kampung ke mertua masih tetap menjadi rencana . Anak anak harus menunggu untuk mendapatkan sepeda baru. Tak juga ada baju lebaran atau tahun baru. 

Rekreasi ke luar kota jelas ditiadakan. Kalau mau cari hiburan, saya hanya mengajak anak anak ke Rawa Pening melihat indahnya gunung dan matahari terbenam diatas puncak bukit. 

Yang paling parah adalah cicilan bank untuk renovasi rumah. Sudah beberapa bulan saya keluar masuk bank hanya untuk memberitahukan bahwa bulan itu saya belum bisa membayar cicilan. 

Dalam kondisi seperti itu, ada saja situasi yang meringankan beban kami. 

Sekolah libur berarti tidak ada uang saku, tidak ada kebutuhannya sekolah. Ada pula bantuan pulsa dari pemerintah untuk pelajaran daring. Anak saya juga mendapat uang tabungan dari pemda Salatiga. 

Sembako dari pemerintah, saudara maupun aplikator juga kami dapatkan. Adapula pihak warung maupun kastamer ikut memberi bantuan. 

Sementara cicilan bank sampai saat ini masih aman. Disebut aman, walau belum membayar 8 bulan, kami masih belum di satroni debt collector. 

Mungkin karena beberapa pinjaman bank sebelumya bisa kami selesaikan dengan lancar, pihak bank melihat kami sebagai peminjam yang baik. Hanya pandemi yang menyebabkan cicilan kami terlambat. 

Teman teman ojol saya lihat juga mengalami perubahan gaya hidupnya. Mereka terlihat lebih irit. 

Yang biasanya jajan saat sarapan atau makan siang, sekarang banyak dari mereka yang pulang dahulu untuk makan di rumah. Beberapa diantara bahkan membawa bekal makanan. Dulu mungkin malu, tetapi sekarang tetap harus mau. 

Teman ojol yang merokok juga mengalami 'degradasi kualitas'. Jika dahulu mereka maunya hanya merokok halusan (filter) yang mahal, sekarang rokok kretek cebanan dihisap juga. 

Kata mereka, "Yang penting ada asapnya.. "

Efek positif dari situasi ini, mereka banyak mengurangi rokok, ada juga beberapa rekan bisa berhenti merokok. 

Namun beberapa rekan lain harus bernasib malang. Motor barunya ditarik dealer karena telat bayar beberapa bulan. 

Walaupun kondisinya seperti itu, kami pasukan ojol setiap hari tetap bekerja. Meskipun orderan masih sepi dan pendapatan tak mencukupi, kami tetap berkumpul bercanda ria. 

Yang penting bagi kami tetap selalu sehat sekeluarga. Kami yakin bahwa pandemi akan berakhir. Kami akan bisa mendapatkan kembali rejeki yang cukup seperti semula. 

Pandemi telah membuat kami teliti dan berhati hati dalam mengatur keuangan rumah tangga. 

Ada yang diprioritaskan ada yang tak perlu dihamburkan. Bagi kami, masa pandemi adalah masa tanggal tua setiap hari. 

Bersyukurlah Anda yang mempunyai penghasilan tetap.

Banyak sedikit uang yang didapat, Anda mempunyai kepastian adanya dana tetap setiap bulan. 

Cukup atau tidaknya uang itu, semua tergantung seberapa bijak Anda mengaturnya. 

Salatiga 021121.60.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun