Makanya sering kali yang kami lakukan adalah mengambil HP, membuka google dan mempersilahkan anak wedok membaca sendiri. Tentu saja artikel artikel yang sudah kami seleksi.Â
Yang sering menjadi sasaran emosinya adalah adik cowoknya. Salah sedikit, bisa terkena berondongan omelannya.
Maka terjadilah bantah bantahan. Sering kami hanya tertawa melihat mereka saling bersahutan.
Dia juga sering menasihati adiknya. Kalimatnya sudah terlihat dewasa. Katanya kalau tidak nurut orang tua, adiknya akan susah masuk surga. Padahal dia sendiri suka membantah kami. He he he.Â
Anak wedhok juga semakin mengerti pentingnya barang barang pribadi. Kalau dulu beberapa barang masih bisa joinan sama mami dan adiknya, sekarang dia mulai membagi bagi. Ini barangku dan ini barangmu. Jangan dipakai atau dicampur lagi.Â
Perubahan yang lain adalah tingkah lakunya. Anak wedhok kami mulai suka membaca. Komik remaja ataupun membuka WAG saja. Dia mulai suka tersenyum sendiri. Kalau saya goda, jawabnya adalah, " Apa, apa " Sambil tersenyum malu.Â
Saya memang suka menggoda dia. Sering sering saya berkata,Â
"Kamu itu cantik cantik kok jorok, buang sampah sembarangan".
" Kamu tu cantik cantik kok cerewet, sering ngomel tanpa alasan".
Anak perempuan kami memang cantik. Begitu kata guru dan teman temannya (Kalau kami jelas memujinya cantik jelita). Kulitnya putih, wajahnya lonjong, mulutnya hidungnya sedikit mancung dan matanya agak besar. Cantiknya tidak kalah dengan artis Korea.Â
Hal itu yang membuat saya harus lebih waspada. Pernah sekali saya menemukan kertas mainan pesawat pesawatan di halaman rumah. Si situ tertera tulisan xxxin cantik (demi keamanan saya samarkan nama anak saya).Â