Duh Gusti, nasib saya kok begini.Â
Belakangan dari bisik bisik dosen, saya baru tahu kalau saya diterima kuliah hanya untuk menggenapi kuota. Dan sekalian jadi penjaga kalau ada kegiatan disana.Â
What! Ternyata saya diterima hanya untuk jadi satpam saja. Hiks..Â
Sebenarnya ada juga yang naksir saya. Orangnya cantik dan sederhana. Dia adik angkatan, sering kirim salam lewat temannya. Kalau ketemu sering tersipu malu. Teman temannya selalu bersorak, cie cie cie.... Â
Saya ada rasa sama dia juga. Berhubung saya orang tidak punya, saya membayangkan, kalau kami menikah, akan butuh banyak biaya. Dia orang luar Jawa, rumahnya jauh, akan berat di ongkos. Akhirnya saya tidak berani nembak dia. Takut duluan sebelum dijalani. Saya bodoh dan penakut.Â
Akhirnya kami lulus bersama. Kami berdua tetap jomblo. Saya tidak tahu kemana dia pergi sesudahnya.Â
Dua tahun kemudian, secara tak sengaja, kami bertemu di Jakarta. Dia sudah bekerja di perusahaan ternama. Dia terlihat modis dan riang gembira. Kami sempat mengobrol dan bertukar alamat.Â
Hati saya berbunga bunga. Mengira kesempatan berdua kembali ada.Â
Eh ternyata,dia sudah ada yang punya. Cowoknya lebih ganteng dari saya.Â
Hati ini kembali merana. Saya masih jomblo di usia 25 tahun!Â
Saya jomblo karena membuang kesempatan!Â