Mohon tunggu...
Sri Hardianti
Sri Hardianti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Berita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Determinan (Faktor yang Mempengaruhi) Perkembangan Sosial-Emosional

17 Januari 2025   15:19 Diperbarui: 17 Januari 2025   15:19 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

      Masyarakat dan Budaya: Lingkungan sosial yang lebih luas, seperti budaya dan norma masyarakat, juga memainkan peran penting. Dalam beberapa budaya, nilai-nilai seperti kerjasama, rasa hormat, dan toleransi sangat dihargai, yang dapat membentuk pola pikir sosial-emosional anak. Sebaliknya, budaya yang lebih individualistik dapat menekankan pentingnya kebebasan pribadi dan pencapaian diri, yang juga memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain.

3. Faktor Genetik dan Biologis

     Selain faktor lingkungan, faktor genetik dan biologis juga berperan dalam perkembangan sosial-emosional. Setiap individu membawa kecenderungan genetik yang mempengaruhi temperamen dan cara mereka merespons dunia sosial.

     Temperamen: Temperamen seseorang adalah kecenderungan bawaan untuk bereaksi terhadap lingkungan. Beberapa anak mungkin memiliki temperamen yang lebih tenang dan mudah beradaptasi, sementara yang lain mungkin lebih sensitif atau mudah marah. Perbedaan temperamen ini memengaruhi bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain dan mengelola perasaan mereka. Anak dengan temperamen yang lebih mudah beradaptasi mungkin lebih mudah mengembangkan keterampilan sosial, sementara anak dengan temperamen yang lebih cemas atau agresif mungkin membutuhkan lebih banyak dukungan untuk mengelola emosi mereka.

     Kesehatan Mental dan Fisiologi: Kondisi kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi, dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, faktor biologis seperti kadar hormon juga dapat memengaruhi mood dan emosi seseorang, yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan sosial mereka.

4. Pengalaman Hidup dan Stres

     Pengalaman hidup yang dialami seseorang, baik yang positif maupun negatif, dapat membentuk kemampuan mereka untuk mengelola emosi dan berhubungan dengan orang lain.

     Pengalaman Trauma: Pengalaman traumatis, seperti kekerasan dalam rumah tangga, kehilangan orang yang dikasihi, atau pelecehan emosional, dapat mengganggu perkembangan sosial-emosional. Anak-anak yang mengalami trauma cenderung mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan mengelola perasaan mereka dengan baik. Namun, dengan dukungan yang tepat, individu dapat pulih dan belajar mengelola emosi mereka.

     Krisis atau Stres: Stres yang berkepanjangan, seperti masalah keuangan keluarga atau ketidakstabilan sosial, juga dapat memengaruhi perkembangan sosial-emosional. Stres dapat menurunkan kemampuan seseorang untuk berfokus pada kebutuhan emosional orang lain dan membangun hubungan yang sehat.

5. Pendidikan dan Pembelajaran Sosial

     Pendidikan formal dan informal memainkan peran penting dalam membentuk keterampilan sosial-emosional. Program pendidikan yang mengajarkan keterampilan sosial, pengelolaan emosi, dan pemecahan masalah dapat membantu individu mengembangkan kemampuan sosial-emosional yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun