Di sisi sosial, hal yang serupa terjadi. Misalnya di sebuah komunitas, ada seorang tetangga yang hanya suka mengeluh, "Wah, kok acara lingkungan kita kali ini nggak asyik ya, nggak ada musiknya!" Padahal, acara tersebut bertujuan untuk membersihkan lingkungan dan bikin penghijauan. Si Mata Lalat hanya melihat kekurangan dalam acara tersebut, tanpa memahami tujuan besar dari kegiatan itu. Sedangkan si Mata Lebah akan berusaha melibatkan diri dalam acara tersebut, nyari solusi buat bikin acara lebih meriah, dan tetap menjaga tujuan utamanya agar bermanfaat bagi komunitas. Jadi, si Mata Lebah bukan cuma mengkritik, tapi ikut beraksi!
Kesimpulan: Jadi, Kamu Pilih Mata Lalat atau Mata Lebah?
Di dunia yang penuh tantangan ini, kita dituntut untuk memilih perspektif mana yang mau kita bawa. Apakah kita ingin jadi pengkritik yang cuma bisa nyari kesalahan tanpa memberi solusi---mata lalat yang hanya fokus pada kekurangan dan kesalahan? Atau, kita lebih memilih menjadi agen perubahan, orang yang tidak hanya melihat masalah, tapi juga melihat harapan dan solusi di baliknya---seperti si mata lebah yang selalu melihat dunia dengan optimisme dan tindakan positif?
Mungkin sih, dalam kehidupan sehari-hari, kita semua pernah jadi mata lalat---nyinyir, kritis, atau cenderung fokus pada hal-hal yang nggak beres. Tapi, coba deh sesekali jadi mata lebah yang penuh harapan, melihat setiap masalah dengan pikiran terbuka, dan mencari cara untuk mengatasinya.
Pesan terakhir yang harus kita ingat: walaupun si mata lalat kadang muncul dalam kehidupan kita---baik itu dari diri sendiri maupun orang lain---sebaiknya kita lebih banyak mencari kebaikan dan potensi, seperti mata lebah. Dunia ini, apalagi di dunia politik dan sosial, butuh lebih banyak pemimpin dan individu yang fokus pada solusi ketimbang masalah semata. Jadi, mari kita jadi lebah yang membawa perubahan, bukan lalat yang hanya sibuk mencari celah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI