Mohon tunggu...
Sri Handoko Sakti
Sri Handoko Sakti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN STEI RAWAMANGUN JAKARTA

HOBY MUSIC, MEMBACA , HIKING

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Rakyat dan Oligarki: Ketika Pemodal Mengatur Kebijakan

21 Oktober 2024   10:28 Diperbarui: 21 Oktober 2024   10:28 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai politik di Indonesia sering beroperasi layaknya kerajaan keluarga. Jabatan pimpinan diwariskan kepada keluarga atau kroni dekat, menghambat regenerasi kader dan partisipasi politik yang sehat. Figur-figur baru yang muncul biasanya sudah ditentukan jauh sebelum rakyat mengenal mereka. Dalam analogi lain, "restoran keluarga" menggambarkan bahwa meskipun kepemimpinan tampak berubah, ideologi dan strategi tetap dikendalikan oleh elit lama.

Dampak Oligarki pada Kebijakan Publik

Oligarki sangat memengaruhi kebijakan publik di Indonesia. Banyak kebijakan lebih menguntungkan korporasi besar atau investor asing, sementara rakyat kecil harus berjuang tanpa banyak dukungan. Contoh nyata adalah ketika harga kebutuhan pokok naik, rakyat diminta bersabar, tapi saat saham jatuh, pemerintah langsung bertindak cepat.

Kebijakan publik yang lahir dari sistem oligarki mencerminkan kepentingan elit, bukan kepentingan masyarakat. Meskipun Indonesia adalah negara demokrasi, keputusan penting sering diambil dalam rapat-rapat tertutup, tanpa keterlibatan rakyat. Seperti sindiran, "Nasib kita ditentukan di ruang rapat yang tak ada rakyatnya."

Oligarki dan Ilusi Demokrasi

Proses politik sering kali hanya menciptakan ilusi partisipasi. Pemilu dan janji kampanye digunakan untuk meyakinkan rakyat bahwa mereka memiliki suara. Namun, begitu pemilu usai, kepentingan elit kembali mendominasi. Seperti badut sirkus yang berganti kostum menjadi direktur setelah pertunjukan selesai, janji-janji kampanye hanyalah sekadar hiburan sementara.

Narasi populis, seperti subsidi mendadak dan janji reformasi, sering digunakan menjelang pemilu untuk menarik simpati rakyat. Namun, begitu pemilu selesai, fokus kebijakan kembali kepada kepentingan elit ekonomi dan politik. Pemilu adalah pesta besar, tapi menu utama sudah dipilih jauh sebelum undangan sampai ke tangan rakyat.

Mengurangi Pengaruh Oligarki: Solusi dan Harapan

Mengurangi dominasi oligarki membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat. Rakyat harus berperan tidak hanya saat pemilu, tapi juga dalam proses pengawasan dan pengambilan kebijakan. Literasi politik perlu ditingkatkan agar masyarakat mampu mengenali dan melawan manuver oligarki.

Berikut beberapa langkah untuk mengurangi pengaruh oligarki:

  1. Peningkatan Literasi Politik: Pendidikan politik perlu diperkuat agar masyarakat lebih kritis terhadap manuver elit.
  2. Gerakan Masyarakat Sipil: Organisasi masyarakat dapat menjadi alat kontrol dan pengawas kebijakan publik.
  3. Partisipasi Aktif dalam Legislasi: Rakyat harus terlibat dalam proses pembuatan kebijakan, bukan hanya memilih pemimpin.
  4. Transparansi dan Akuntabilitas: Pemerintah harus didorong untuk terbuka agar ruang bagi oligarki semakin sempit.

Kesimpulan: Harapan bagi Masa Depan Demokrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun