Mohon tunggu...
Sri Mustari Handayani
Sri Mustari Handayani Mohon Tunggu... Guru - Guru selalu belajar sepanjang hayat

Guru, belajar menulis, berbagi ilmu dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bersamamu

13 Oktober 2022   00:20 Diperbarui: 13 Oktober 2022   00:23 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulir padi merunduk seraya mengucapkan selamat pagi kepada para pejalan kaki, hari yang cerah ini aku berjalan dengan derap langkah yang pasti menuju ke tempat yang tidak asing lagi bagi kedua kaki ini. 

Sekolah Dasar Negeri di daerah perkampungan, dekat daerah persawahan, tak jauh dari tempat tinggal ku, yah... disitulah tempat tujuan hari - hariku selama ini. 

Susah, senang, pedih dan perih Kulalui dengan penuh rasa syukur dan kesabaran. Dengan semangat dan penuh percaya diri ku manfaatkan segala daya dan kemampuan yang ada pada diriku ini,

Walau terkadang kerikil - kerikil tajam menghalangi, luka derita membebani, canda dan tawa menemani  tak ada rasa lelah jika sudah waktunya tiba menghadapi seluruh siswa siswi dengan berbagai karakter dan kemampuan yang mereka miliki. Bersama dengannya adalah hari - hari yang dulu ku impikan, bersama merekalah ilmu dan kemampuan ku kembangkan. 

Hadir di tengah - tengah mereka adalah kesabaran, namun aku harus tetap kuat bertahan menjalani dan menghadapinya. 

Siswa-siswi kelas bawah, kelas  awal adalah peserta didik ku. Di depan gerbang sekolah aku menunggu dan menjemput kehadiran dirinya dengan salam dan sapa penuh hormat mereka tunjukan, aku pun membalas dengan senyum dan penuh kasih sayang untuknya. 

Rini adalah siswi yang paling rajin setiap hari selalu datang paling awal dengan penampilan yang rapi, bersih dan selalu wangi. Terlihat kedua orang tuanya selalu sabar mengantarkan sampai depan pintu gerbang sekolah, di kelas pun terlihat lebih cerdas, aktif dan selalu rajin mengerjakan tugas yang aku berikan, itu semua berkat dorongan dan motivasi dari kedua orang tuanya. 

Lain halnya dengan Anton, siswa yang satu ini selalu berangkat kesiangan, dengan penampilan yang kurang rapi, terkadang buku dan alat tulisnya selalu saja ada yang tertinggal dan tak pernah nampak terlihat salah satu orang tua ataupun keluarganya terlihat mengantarnya. 

Ku coba dekati dan bertanya "mengapa dirinya demikian?" Tak pernah mau menjawab dia hanya tersenyum sambil menatap hangat, semakin membuat penasaran maka ku telusuri dari kanan kiri teman terdekatnya ternyata Anton tinggal hanya bersama neneknya yang sudah jompo, kedua orang tuanya sudah meninggal akibat kecelakaan saat Anton berumur 5 tahun, terharu dan sedih aku mendengar cerita temannya. 

Suatu hari Anton di sekolah sakit, ku pegang keningnya suhunya panas, pantaslah dia kurang semangat dan terlihat lesu.  Ku antar dia pulang ke rumahnya, dan apa yang ku bayangkan ternyata benar, nenek jompo yang merawat dan menemani Anton pun sakit parah tergeletak di kasur tanpa tikar tepatnya di ruangan tamu hanya ada segelas air minum di dekatnya.

Semakin sedih hati ini melihat kenyataan yang nampak jelas sangat membutuhkan pertolongan, tanpa pikir panjang ku bawa keduanya ke klinik terdekat dan Anton bersama neneknya akhirnya di rawat, dengan bantuan tetangga dan rekan sejawat di sekolah semua masalah Anton pun dapat diatasi dan terselesaikan. 

Begitu banyak kisah dari berbagai siswa siswi yang selama ini belajar bersamaku, sebagai guru tentulah harus bisa mengetahui dan memahami latar mereka yang berbeda-beda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun