Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memanfaatkan Lahan Rumah untuk Menambah Income keluarga

30 Oktober 2023   08:26 Diperbarui: 30 Oktober 2023   08:38 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokpri

Tinggal di pelosok desa, jauh dari hiruk pikuk dan hingar bingarnya suasana perkotaan tidak selamanya membuat hati nelangsa.

Meskioun seringkali       ketika hati terasa suntuk dan ingin healing, ingin shopping, butuh waktu berjam-jam menuju pusat kota, saat itulah hati menjerit dan berbisik, ehm...enak kali ya kalau tinggal di perkotaan. Butuh apa-apa tidak perlu jauh.

Tetapi disisi lain, tinggal dipedesaan ternyata nyaman sekali. Kita bisa setiap saat menikmati segarnya udara pedesaan yang belum terkontaminasi dengan apapun. Bebas polusi, baik air, udara maupun tanah. Suasananyapun tenang, bebas dari deru mesin kendaraan bermotor maupun corong pabrik.

Apalagi, akhir-akhir ini, negeri kita sedang mengalami kemarau panjang. Krisis pangan dan air tengah melanda. Harga kebutuhan pokok serta barang produksi pabrik melambung naik, sementara, harga hasil panen dari petani anjlok.

Akibat kemarau panjang yang terjadi, banyak sawah gagal panen karena kebutuhan air tidak terpenuhi. Yang terjadi kemudian adalah harga gabah melambung naik dan berakibat harga beras juga mengalami kenaikan yang fantastis. Harga gabah naik dua kali lipat  dari biasanya.  Di toko kelontong langganan kami, harga beras merk lokal yang sebelumnya Rp 235.000,- per 25 kilogram naik ke angka Rp 355.000 per 25 kilogram. 

Selain itu, harga kebutuhan pokok lain seperti gula, telur, minyak, daging, mie instant, serta kebutuhan sehari-hari lain seperti sabun, fashion, perlengkapan sekolah juga mengalami kenaikan.

Akibatnya, nilai mata uang tidak sebanding dengan harga barang kebutuhan pokok. Sedangkan, upah pekerja serta gaji pegawai tidak mengalami kenaikan.

Untuk menyikapi harga kebutuhan pokok yang melambung serta untuk menambah penghasilan, kiranya perlu dicoba untuk memanfaatkan lahan sekitar rumah. Menanam aneka sayur tidak perlu lahan yang luas, karena saat ini, sudah banyak terobosan yang bisa dicoba untuk mengatasi lahan sempit, seperti memanfaatkan polybag, bekas botol atau galon air minum dan lain-lain.

Untuk memanfaatkan lahan yang ada, akhir-akhir ini saya mencoba menanam berbagai macam tanaman, seperti, ketela pohon, cabe, tomat, pare, kangkung dan lain-lain. Menanam di lingkungan rumah akan efektif serta efisien karena bisa dikontrol kapan saja dan tidak membutuhkan banyak waktu.

Banyak manfaat yang bisa kita peroleh bila kita bisa memanfaatkan lahan sekitar rumah, antara lain:

  • Sebagai penghasil oksigen. Semakin banyak tanaman yang kita tanam akan menghasilkan lebih banyak oksigen
  • Bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari
  • Bisa dimanfaatkan sebagai income tambahan.

Tidak bisa dipungkiri, meskipun memanfaatkan lahan kosong sekitar rumah hasilnya tidak bisa maksimal, namun paling tidak bisa menambah penghasilan. Hasil panen cabe atau sayuran bisa ditukar dengan barang lain, seperti gula, telur atau minyak goreng.

Selain itu, ketela pohon yang saya tanam, bisa dijadikan alternatif ketahanan pangan dimusim paceklik seperti ini. Ketela pohon bisa diolah menjadi berbagai macam olahan. 

Bisa hanya dikukus saja, digoreng, dijadikan aneka macam cemilan seperti keripik, jemblem, entho-entho, gethuk dan lain-lain. Bisa juga dibuat gatot, thiwul yang dulu dijadikan sebagai alternatif pengganti nasi. Tetapi sayangnya, saat ini, anak-anak sudah jarang sekali yang mau makan makanan berasal dari ketela pohon. 

Memang, dari segi rasa tidaklah seenak makanan instant olahan pabrik, Akan tetapi bisa dijamin, makanan ini rendah kalori, tanpa pengawet dan pewarna makanan sehingga aman dikonsumsi oleh siapapun dan kapanpun.

Blitar, 30 Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun