Bulan Juni, identik dengan bulan untuk perpisahan. Sementara itu, bulan Juli, identik dengan bulan untuk pendaftaran siswa baru. Pada bulan-bulan  tersebut merupakan bulan dimana para wali murid harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membiayai kedua moment tersebut.
Dulu, saat saya masih menjadi siswa, tidak ada istilah wisuda untuk proses kelulusan siswa. Setelah melewati serangkaian ujian akhir, dan puncaknya adalah ujian nasional, sekolah menyelenggarakan acara perpisahan bagi siswa tingkat akhir untuk semua jenjang, baik tingkat dasar, menengah maupun menengah atas. Diacara ini, diisi dengan berbagai macam kreasi siswa terutama dari para adik kelas.
Penyelenggaraanannya pun dikonsep dengan sangat sederhana. Bagi sekolah yang memiliki aula, digelar cukup didalam aula, sedangkan bagi sekolah yang tidak memiliki aula, acara diadakan didalam ruang kelas dengan membuka  sekat antar kelasnya. Beberapa sekolah memang telah menyiapkan kelas dengan hanya memberikan sekat antar ruang kelas, dengan tujuan, apabila membutuhkan ruangan yang lebih luas bisa  membuka sekat tersebut.
Dengan begitu, orangtua maupun wali murid tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk moment yang sebenarnya bisa dihelat secara sederhana tersebut.
Saat ini, acara pelepasan siswa diadakan dengan besar besaran. Secara tersirat, antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain memiliki kesan saling berlomba untuk adu "wah".
Anak-anak akan  mengenakan toga dan gordon kebesaran layaknya di Perguruan tinggi. Selain kostum yang digunakan, perpisahan juga dihelat dengan mendirikan terop besar layaknya wisuda di perguruan tinggi. Bahkan, tak sedikit dari sekolah elit yang malah menghelat acara perpisahan dengan menyewa gedung pertemuan yang saya yakin itu memakan biaya yang tidak sedikit.
Ternyata, prosesi wisuda bagi jenjang TK sampai SMA tersebut menuai pro dan kontra. Sebagian wali murid mengeluh keberatan dengan acara yang menelan biaya besar tersebut karena acara itu sebenarnya tidak wajib ada dan seandainya tidak diadakanpun tidak mengurangi nilai dari sebuah acara perpisahan.
Namun, dengan adanya acara tersebut, baik sekolah maupun para siswa merasa bangga telah menjadi bagian dari sebuah "prosesi" yang sebenarnya kurang memiliki nilai.