Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Siaran Radio dan Kenangan Manisnya

12 Desember 2022   10:42 Diperbarui: 14 Desember 2022   19:25 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu acara radio yang paling diminati saat itu adalah sandiwara radio. Meskipun hanya menggunakan sisi audio saja, namun pendengar seakan-akan turut larut dan masuk dalam kisah yang disajikan. 

Judul sandiwara radio yang paling ngetrend saat itu adalah "Saur sepuh" dan Misteri Gunung Merapi". Acara ini tayang mulai jam 13.30 sampai jam 14.000 setiap hari dengan durasi setengah jam ditambah dengan iklan yang sedemikian banyak. 

Kita merasa sangat menyesal sekali, apabila ketinggalan cerita, dan berusaha mencari tahu jalan ceritanya dengan bertanya kepada teman atau tetangga demi tidak ketinggalan alur ceritanya.

Dengan berkelompok-kelompok, duduk mengelilingi radio kecil yang terkadang batterynya hampir habis menjadi satu kegiatan yang mengasyikkan bagi warga masyarakat yang memang minim dengan hiburan. 

Apalagi, ketika suara tertawa mak lampir yang diperankan oleh Farida Pasya dengan tertawanya yang memiliki ciri khas tersendiri, bisa membuat merinding bulu kuduk meskipun hanya lewat suara saja. Apalagi ketika adegan laga "Sembara" yang sedang duel melawan maklampir dengan sajian "Cemeti Amal Rasuli", membuat kita seakan-akan turut masuk dalam medan pertempuran. Dan tanpa sadar, kita ikut berteriak memberikan semangat kepada "Sembara" yang merupakan tokoh protagonis yang dielu-elukan pendengar.

Selain sandiwara radio, ada lagi satu acara radio yang menjadi favorit pendengar yaitu saling berkirim salam antar pendengar radio, baik melalui kartu pos maupun menggunakan telepon koin di kotak telepon pinggir jalan. 

Dengan modal uang receh atau koin Rp100,00, kita sudah bisa mengudara sekitar satu menit, dan ketika ada notifikasi kalau waktu hampir habis (biasanya 7 detik sebelum waktu habis), kita bisa memasukkan koin kembali dengan harapan telepon tidak terputus. Sekedar untuk info saja, telepon umum koin ini hanya berlaku untuk sambungan telepon lokal saja.

Lain lagi cerita, ketika kita saling berkirim atensi (istilah saat itu) menggunakan kartu pos. Kita tidak tahu kapan kartu pos kita akan dibacakan oleh penyiar radio. Jadi, kita akan stand by menunggu kartu pos kita dibaca. 

Kartu pos bisa menjadi salah satu media pendekatan dengan seseorang bahkan menjadi satu cara mengungkapkan perasaan kita kepada orang yang kita sukai.

Ketika kita menyukai satu lagu dan ingin menghafal liriknya, kita akan berlari-lari mencari buku catatan, sekedar untuk bisa mencatat lagu tersebut yang selanjutnya akan dihafalkan liriknya.

Beberapa stasiun radio memiliki ciri khasnya masing-masing. Ada yang identik dengan memutar musik sepanjang siarannya, ada yang identik dengan berita-berita lokal dan ada pula yang identik dengan menonjolkan kearifan lokalnya seperti ludruk, wayang kulit, uyon-uyon dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun