Saat memberikan tausiyah, seringkali diselingi dengan bahasa jawa ngoko ciri khas Cilacap atau kerap di kenal dengan istilah bahasa ngapak. Materinya yang tergolong ringan serta selalu diiringi dengan joke-joke (guyonan) membuat jamaah selalu bisa tertawa renyah di tengah-tengah penyampaian tausiyahnya.
Salah satu tausiyah yang paling mengena adalah saat beliau menyampaikan kalau baru saja di lamar oleh seorang pengusaha batu bara dari Kalimantan dengan syarat, setelah nanti menjadi istrinya, Mumpuni tidak diperkenankan lagi berpidato didepan umum karena secara materi sudah dipenuhi. Sang pengusaha mengatakan, dia tidak membutuhkan istri yang cantik, asal siap di rumah, masak, mendidik anak, melayani suami.
Nah, lak pengen mbojo wong sing putih, ayu mulus, mbojo o ambi bihun (kalau ingin istri yang putih, mulus, silahkan menikah dengan bihun/mi putih). Lak pengen mbojo ambi wong wadon sing pinter masak, mbojo o ambi magic com (kalau ingin istri yang pandai masak, silahkan menikah dengan magic com).
Memang seperti itulah sebaiknya seorang da'i atau da'iyah, bisa membaca apa yang dibutuhkan oleh banyak orang serta mesti diselingi dengan guyonan ringan agar pendengar tidak bosan mendengarnya.
Blitar, 9 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H