Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Waspada Kejahatan di Media Sosial

15 Maret 2022   08:38 Diperbarui: 18 Maret 2022   03:59 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini media sosial menjadi salah satu alat yang paling ampuh untuk bisa menunjukkan eksistensi diri dan menemukan informasi, baik informasi tentang seseorang maupun informasi tentang ilmu pengetahuan. 

Di samping banyaknya manfaat yang bisa kita dapat, tapi ingat tidak sedikit pula dampak buruk yang akan kita peroleh akibat kurang berhati-hati kita dalam menggunakan media sosial.

Dampak positif serta manfaatnya akan kita peroleh apabila kita bisa dengan bijak menggunakan media sosial. Misalnya adalah untuk pemasaran barang, untuk sarana kritik sosial, untuk mencari sesuatu atau orang yang hilang, untuk sumber informasi (jangan lupa untuk memastikan kalau informasi yang kita peroleh bukan hoax), sarana melakukan tugas tertentu dan masih banyak lagi manfaat lainnya.

Bagi sejumlah pegawai, mengumpulkan tugas tidak perlu dalam bentuk print out berkas lagi tetapi cukup dengan mengumpulkan dalam bentuk file saja. Di samping lebih hemat biaya (tidak perlu banyak kertas) juga akan lebih simpel karena bisa memangkas biaya untuk transportasi.

Seiring dengan banyaknya aplikasi dari media sosial yang bisa dimiliki dan diunduh oleh siapa saja, tentunya sebagai pengguna, kita harus bisa memilih dan memilah, aplikasi apa saja yang sekiranya tidak menimbulkan efek negatif bagi kita serta memberikan manfaat bagi kita.

Bermedia sosial juga bisa dilakukan oleh siapapun dan kapanpun, karena tidak ada pembatasan kepemilikan telepon pintar bagi masyarakat.

Begitu juga, harga telepon selular serta pulsa yang relatif murah, membuat siapa saja bisa menggunakannya, tanpa merasa keberatan, karena memang media sosial dan telepon saat ini menjadi semacam kebutuhan pokok di samping sandang, pangan dan papan.

Ini berbeda dengan keadaan kira-kira 20 tahun yang lalu. Pada saat itu, harga telepon selular masih mahal, artinya hanya orang yang berduit dan orang tertentu saja yang mampu membelinya, di samping harga kartu telepon dan  pulsa telepon juga relatif mahal. 

Perbandingannya adalah, kalau dulu, untuk satu kartu, bisa seharga kurang lebih satu juta, saat ini, kartu telepon hanya ada dikisaran lima ribu rupiah saja.

Pun fitur yang ada dalam telepon selular, sangat beda sekali antara dulu dan sekarang. Sebelum ada fitur yang beraneka macam, dulu telepon selular hanya terbatas berfungsi sebagai alat komunikasi yaitu untuk telepon dan kirim pesan atau SMS (Short Message System) saja.

Seiring berkembangnya teknologi dan sistem informasi, bermunculanlah berbagai macam fitur dan aplikasi yang bisa digunakan oleh siapapun. 

Kalau dulu telepon hanya sebatas panggilan suara atau audio saja, sekarang telepon sudah bisa menggunakan panggilan video. Jadi kita akan bisa mengetahui dengan jelas seperti apa ekspresi orang yang sedang menghubungi kita dan lain-lain.

Kita juga bisa dengan mudah mengakses berbagai permasalahan yang kita hadapi sehari-hari dengan konsultasi secara online, atau periksa dokter secara online, bahkan kesulitan mengerjakan PR di sekolah pun cukup dengan scan soalnya. Sangat membantu sekali bukan?

Teringat sekali saat mengerjakan skripsi beberapa puluh tahun yang lalu, di mana harus mencari buku referensi sampai ke berbagai perpustakaan di lain kampus, karena kesulitan menemukan buku yang diinginkan di toko buku atau di perpustakaan kampus.

Dan sekarang? Cukup klik kata kunci yang ingin dicari, akan muncul banyak referensi buku online dan kita tinggal menulis sumber informasinya dari link atau alamat di mana kita menemukan informasi tersebut.

Di samping banyaknya manfaat serta kemudahan yang kita peroleh, tak sedikit pula bahaya serta kejahatan yang akan kita temui dari media sosial.

Beberapa waktu yang lalu, media dihebohkan dengan laporan salah seorang wanita ke pihak kepolisian karena merasa tertipu di dunia maya.

Cerita berawal ketika Santi (sebut saja begitu) berkenalan dengan seorang lelaki yang bernama Andi (bukan nama sebenarnya) melalui Facebook. 

Keduanya sudah sangat akrab karena memang mereka berkomunikasi secara intens baik pagi, siang maupun malan hari.

Sumber ilustrasi gambar: www.cnnindonesia.com
Sumber ilustrasi gambar: www.cnnindonesia.com

Mereka merasa, seakan-akan mereka sudah menemukan kecocokan dan berjodoh. Santi adalah seorang Sales Promotion Girl (SPG) di salah satu produk kosmetik yang ternama, sedangkan Andi mengaku sebagai seorang pekerja kantoran di salah satu bank ternama. 

Dari foto profilnya bisa dilihat kalau Santi adalah seorang gadis manis. Begitupun Andi, adalah seorang pemuda yang ganteng serta mapan pula. Disebut mapan karena Andi selalu berpose di depan rumah mewah serta bermobil pula. Ehmmm...

Siapa sih yang tidak "klepek-klepek" didekati pemuda ganteng, mapan baik hati pula?

Akhirnya, dengan bermodalkan tekad yang kuat, Santi nekad mau mendatangi rumah Andi. Dan, betapa terkejutnya Santi saat tiba di rumah Andi. Ternyata Andi bukanlah seorang  pemuda ganteng nan mapan seperti yang dikenalnya di Facebook. 

Andi hanyalah seorang pemuda biasa tanpa pekerjaan tetapi seorang pemuda yang memilki obsesi tinggi. 

Wajahnya pun tidak setampan di foto profilnya, karena yang dipasang di profil Facebooknya adalah foto orang lain yang dicomot dengan asal-asalan. 

Andi menggunakan profil palsu memiliki tujuan agar bisa menemukan seorang pasangan hidup yang berkelas.

Lain Santi lain pula yang terjadi dengan Dian (bukan nama sebenarnya).

Dian adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Awal mula perkenalan dengan Agus (juga bukan nama sebenarnya) adalah secara tidak sengaja.

Suatu hari, Dian mendapati kalau di beranda muncul nama seseorang yang mengirimkan pertemanan. 

Setelah "dikepoin", Dian mengambil kesimpulan kalau Agus adalah seorang Polisi. Dan akhirnya, dikonfirmasilah permintaan pertemanan Agus. 

Dian tidak menelisik terlalu dalam tentang "siapa" Agus sebenarnya. Benarkah dia seorang polisi seperti yang ditulis di profilnya atau hanya "polisi abal-abal alias polisi gadungan".

Singkat cerita, Dian dan Agus menjadi berteman meskipun sebatas di dunia maya. Pertemanan mereka meningkat menjadi lebih intens, dan selanjutnya saling bertukar nomor WhatsApp.

Agus, pemuda tampan yang "mengaku" menjadi seorang polisi semakin memberikan perhatian yang lebih kepada Dian, hingga Dian pun merasa tersanjung, karena suami Dian yang juga sama-sama menjadi seorang PNS terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk memberikan perhatian yang lebih kepada Dian.

Suatu hari, entah bagaimana awal mulanya, antara Dian dan Agus terlibat dalam satu pembicaraan yang serius melalui video call. 

Dan yang terjadi kemudian, Dian mau melakukan apa yang diminta Agus dan bersedia melakukan perintahnya untuk melucuti pakaiannya dengan dalih "serius" dalam menjalin satu hubungan.

Ada sesuatu yang tidak diketahui Dian di balik itu semua. Secara diam-diam Agus merekam semua percakapan mereka berdua dan berhasil men-screenshoot gambar Dian.

Bukti percakapan mereka dijadikan alat untuk  mengancam Dian, dan Agus pun akan menyebarluaskan gambar serta video mesum mereka berdua apabila Dian tidak menuruti kemauan Agus untuk mentransfer sejumlah uang ke rekeningnya.

Dan itu ternyata bukan ancaman terakhir Agus. Meskipun sudah berhasil memoroti uang dari Dian, ternyata Agus terus mengancam dengan cara yang sama.

Ternyata "Agus" tidak betul-betul ingin menjalin hubungan serius dengan Dian, tetapi hanya memanfaatkan Dian sebagai ATM yang bisa dikeruknya.

Dan masih banyak kasus lain selain seperti kasus Santi dan Dian. Masih banyak Santi dan Dian lain yang terjebak dalam permainan nakal dan penipuan  di media sosial.

Bukan media sosialnya yang salah sih, tapi kita sebagai pengguna yang kurang waspada serta bijak dalam menggunakannya.

Jangan sampai kasus seperti yang dialami Santi dan Dian itu menimpa kita serta teman kita. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan antara lain:

  1. Selektif menerima permintaan pertemanan terutama dari orang yang tidak kita kenal
  2. Jangan tertipu dengan foto profil di media sosial
  3. Jangan sekali-kali mentransfer uang kepada orang yang baru kenal di dunia maya karena bukan jaminan mereka akan berhenti di situ.
  4. Berhati-hati apabila diminta melakukan sesuatu di luar batas kewajaran
  5. Jangan segan melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila merasa ada kejanggalan yang mengarah kepada penipuan

Semoga tips sederhana dan pengalaman yang kurang menyenangkan dari Santi dan Dian bisa kita ambil  pelajaran serta hikmahnya, untuk selanjutnya bisa lebih berhati-hati serta waspada dalam bergaul dan bermedia sosial.

Blitar, 15 Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun