Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Disabilitas, Bukan Alasan untuk Tidak Bisa Meraih Sukses

13 Desember 2021   21:37 Diperbarui: 13 Desember 2021   21:39 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://asset-a.grid.id/

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disabilitas memiliki dua arti, yaitu:

1. Disabilitas diartikan sebagai ketidakmampuan atau adanya kekurangan  (fisik atau mental) sehingga ada keterbatasan untuk melakukan sesuatu

2. Disabilitas diartikan sebagai keadaan tidak mampu melakukan sesuatu dengan cara yang biasa.

Dilihat dari sebabnya, ada dua sebab seseorang mengalami disabilitas, pertama karena cacat sejak lahir dan yang kedua adalah cacat karena sebab tertentu, seperti kecelakaan.

Ada beberapa sebab seorang bayi terlahir dalam keadaan cacat, yaitu:

1. faktor genetik. Ibu atau ayah bisa menjadi pembawa kelainan genetik pada bayi. Kelainan pada faktor genetik bisa terjadi ketika satu atau lebih gen tidak bekerja dengan baik.

2. Masalah kromosom. Dalam beberapa kasus tertentu, bayi lahir cacat bisa disebabkan karena ada bagian dari kromosom yang hilang atau karena kelebihan kromosom.

3. Faktor gaya hidup. Faktor gaya hidup bisa menjadi penyebab bayi lahir cacat, seperti penggunaan obat, merokok juga minum alkohol.

4. Infeksi pada ibu hamil. Ibu hamil yang mengalami infeksi beresiko melahirkan bayi yang cacat.

5. Hamil dengan resiko tinggi atau hamil diatas usia 35 tahun. Sebaiknya rencanakan kehamilan dengan sebaik-baiknya. Sebaiknya, jangan hamil pada usia terlalu muda atau terlalu tua.

6. Ibu obesitas. Kondisi ibu yang mengalami obesitas atau memiliki berat badan berlebih menjadi salah satu penyebab melahiran bayi cacat. Oleh karena itu, jika sebelum hamil sudah memiliki berat badan yang berlebih, maka konsultasikan dengan dokter supaya bisa memiliki berat badan yang ideal sebelum merencanakan untuk hamil.

Pada umumnya, penderita disabilitas merasa kalau hidupnya hanya menjadi beban bagi orang lain. Bagaimana tidak? Karena mereka tidak bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Mereka selalu membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. Makan, minum, mandi semuanya membutuhkan bantuan orang lain.

Berbicara tentang penyandang disabilitas, saya memiliki pengalaman yang sangat menarik. Adalah seorang tetangga saya menderita disabilitas. Sebut saja namanya Fariz. Dia menderita kelainan pada kaki (lumpuh) sejak lahir. Selain kaki, tangannya juga sangat lemah bila harus memegang sesuatu. Berbicaranyapun sangat kesulitan. Usianya saat ini kira-kira 19 tahun. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, tetapi semangat belajarnya sangat tinggi. Dia memiliki kemampuan mengingat dan menganalisa suatu masalah dengan sangat baik. Saya mengetahui hal ini karena saya pernah memiliki kesempatan untuk mengajarnya ketika masih ditingkat Sekolah Dasar. Meskipun sekolah tempat dia belajar bukan sekolah inklusi, tetapi dia bisa menyelesaikan sekolahnya sampai selesai.

Sebenarnya pemerintah sudah memberikan kesempatan yang luas bagi para penyandang disabilitas. Pemerintah memberikan formasi di pemerintahan  bagi para penyandang disabilitas agar mereka bisa berkembang dan kemampuannya bisa dihargai serta diakui. Selain di pemerintahan, penyandang disabilitas juga bisa mengembangkan kemampuannya dalam bidang lain yang diminati seperti bidang olah raga, bidang seni, maupun pendidikan.

Ada beberapa contoh para penyandang disabilitas yang bisa meraih sukses dalam usianya yang masih muda, seperti: Putri Ariani , penderita ROP (Retina Of Premature) yang sukses dalam bidang tarik suara, Angkie Yudistira, Penderita tuna rungu yang sukses menjadi staf khusus Presiden, Panji Surya Sahetapy, penyandang tuli yang menjadi edukator yang menjadi pengajar di Universitas Indonesia, Eman sulaeman, meskipun hanya memiliki satu kaki tapi telah menjadi kiper terbaik di kancah Internasional, Ade Irawan,meskipun  tuna netra tapi sukses menjadi maestro pianis dengan banyak prestasi dan masih banyak contoh-contoh yang lain.

Menjadi penyandang disabilitas bukanlah sebuah  pilihan tapi itu adalah sebuah ketentuan dari Allah Swt yang tidak bisa ditolak serta dihindari. Oleh karena itu, menyesali keadaan bukanlah sebuah solusi. Yang terbaik dilakukan adalah berusaha keras untuk bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain meskipun dengan segala keterbatasan yang dimiliki.

Blitar, 13 Desember 2021

Sumber: https://hellosehat.com/

Sumber: https://kbbi.lektur.id/

Sumber: https://www.ruangguru.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun