Digitalisasi dapat didefenisikan bahwa keadaan jaman untuk kemajuan teknologinya meningkat hingga kebutuhan SDM (Sumber Daya Manusia) telah digantikan oleh komputer (robot). Perkembangan teknologi yang terus menerus memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai proses kehidupan manusia. Dampak perkembangan tersebut dapat berupa dampak positif yang dapat berkontribusi secara efisiensi dan efektivitas  kegiatan manusia, atau bahkan berdampak negatif, dimana penyalahgunaan teknologi untuk keuntungan pribadi dan dampak negatif yang dapat merugikan pihak lain.
Dalam hal ini, digitalisasi menjadikan pekerjaan dalam semua sektor relatif lebih cepat, akurat dan tentunya dapat menghindari kecelakkan kerja, oleh sebab itu penggunaan teknologi robot sudah masuk dalam semua aspek industri diseluruh dunia. Dampak dari kemajuan teknologi di era digitalisasi yang diantisipasi terhadap akuntansi juga merupakan implementasi era digital yang teknologinya semakin berkembang sangat pesat. Akuntansi di era digital memungkinkan informasi dan data diolah, disimpan, dan dibagikan secara efisien, cepat, dan akurat.
Akuntansi adalah suatu proses pencatatan transaksi keuangan dengan cara sistematis, guna untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang tertata rapi dan dapat dibutuhkan oleh pihak pihak yang membutuhkan sistem akuntansi. Pihak yang dimaksud yaitu pihak yang berkepentingan disetiap organisasi, perusahaan, dan pemerintah. Seorang akuntan perlu memakai prinsip dasar etika akuntansi yang berstandard profesional. Prinsip dasar akuntansi juga merupakan hal terpenting dalam menerapkan semua proses proses pencatatan transaksi keuangan.
Seorang akuntan perlu memakai prinsip dasar etika akuntansi yang berstandard profesional. Prinsip dasar akuntansi adalah hal terpenting dalam menerapkan semua proses proses pencatatan transaksi keuangan.
Salah satu manfaat dalam menerapkan sistem informasi yang baik yaitu dapat mencegah dan mendeteksi fraud atau kecurangan akuntansi. Namun dengan adanya kecanggihan teknologi di era digitalisasi ini sering disalahgunakan untuk melakukan manipulasi data dan semakin sering terjadinya kecurangan atau fraud yang dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab dan hanya ingin menguntungkan diri sendiri.
Peluang aktif dan penggunaan teknologi yang tepat sasaran dalam proses akuntansi akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Namun disisi lain, kemampuan untuk menetapkan tujuan negatif, yaitu untuk mengejar kepentingan pripabdi, yang akan lebih mengarah kepada fraud.
Fraud secara garis besar dapat digolongkan ke dalam tiga jenis tindakan, yaitu penyelewengan aset, pernyataan palsu dalam laporan keuangan, dan korupsi.
Menurut Omar et al. (2016), fraud digambarkan sebagai bahaya atau risiko bisnis yang dapat terjadi di entitas bisnis mana pun, termasuk organisasi perdagangan publik dan bisnis swasta. Selain itu, ketidakmerataan teknologi digitalisasi yang disebabkan karena pengetahuan dan kemampuan mengoperasikan teknologi yang belum dimiliki oleh semua perusahaan, termasuk sektor publik dan pemerintahan, menghadirkan tingginya peluang yang menyebabkan yang namanya fraud atau kecurangan. Fraud sendiri secara garis besar dikelompokkan dalam tiga kategori tindakan, antara lain penyelewengan aset, pernyataan palsu dalam laporan keuangan, dan korupsi.
Menurut ACFE's Occupational Fraud 2024: A Report to the Nations, dari ketiga kategori, penyelewengan aset terjadi pada tingkat yang lebih tinggi yaitu 89% dari kasus penipuan dibandingkan dengan korupsi 48% dan penipuan laporan keuangan yaitu 5%. Kemudian Fraud juga tidak mengenal yang namanya tempat dan waktu, fraud bisa terjadi di mana saja, dan kapan saja. Fraud juga tidak mengenal subjek pelakunya bahkan siapa saja bisa melakukan fraud, baik itu dari lower level manajemen bawah, maupun lower level manajemen atas.
Fraud berdampak serius untuk individu ataupun  bisnis  yang lagi dijalankan, dan ini dapat merugikan secara financial merusak reputasi dan bahkan menyebabkan kegagalan bisnis selain itu fraud juga dapat berdampak negative pada kepercayaan dan stabilitas operasional secara keseluruhan.
Dengan adanya pemikiran dari artikel ini dapat dikaji bahwa model akuntansi pemerintah yang diterapkan untuk memerangi penipuan sektor publik di era digital. Penerapan akuntansi sektor publik di sektor publik dilatarbelakangi oleh teori akuntansi perilaku, yang menemukan keterkaitan antara perilaku negatif yang berupa fraud atau kecurangan. Dengan adanya Era digitalisasi dapat diketahui bahwa pola baru dalam dunia akuntansi, serta kemajuan teknologi dan semua produk sangat cocok untuk mengetahui peran kritis seorang akuntan dalam melakukan berbagai transaksi akuntansi penting disuatu perusahaan. Dari catatan keuangan hingga analisis data keuangan, dan ada juga yang di outsource ke app akuntansi dan perangkat komputer tanpa mengandalkan keakuratan dan keakuratan seorang akuntan. Namun di sisi lainnya, hal ini dapat menimbulkan tantangan dan ancaman baru yang memiliki potensi besar. Lebih Singkatnya, kemungkinan fraud atau kecurangan digital adalah kilah atau alasan yang samar dan tegas tentang perlunya menggunakan teknologi digital untuk membuat penipuan yang menjadi sulit dan terus-menerus.
Dan dapat kita ketahui bahwa teknologi digitalisasi dapat memberikan keuntungan efisiensi yang signifikan, yang juga dapat menyebabkan fraud karena semua informasi aset ditentukan selama proses entri data. Apabila terjadi kesalahan kecil pada saat memasukkan data dapat memengaruhi informasi yang dihasilkan oleh aplikasi. Dalam hal ini, kegagalan mungkin karena kelalaian teknis atau tidak dapat dioperasikan, atau bisa juga dikarenakan fraud. Fraud diyakini terjadi karena kemampuan untuk melakukannya. Dengan demikian, menurut (Kemenristekdikti dan Kemenristekdikti, Teknologi  Indonesia, 2019), menjelaskan bahwa untuk pencegahan fraud dapat dilakukan dengan menghilangkan kemungkinan terjadinya fraud melalui penerapan sistem pengendalian internal secara luas, penggunaan jasa audit internal dan eksternal, investigasi fraud, dan penggunaan akuntansi forensik manual dan digital. Atau juga dengan mengembangkan sistem deteksi dan pengendalian penipuan serta sistem yang dapat menyimpan dan menganalisis informasi tentang metode dan karakteristik fraud atau kecurangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H