Mohon tunggu...
Sri Ayuni
Sri Ayuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SSC

Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Film

Interpretasi Dalam Flim Budi Pekerti

22 Oktober 2024   21:53 Diperbarui: 22 Oktober 2024   22:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi komunikasi memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi dengan sangat cepat sehingga dapat menghubungkan pada setiap wilayah di Indonesia, terutama perdesaan, perkotaan bahkan hingga pelosok wilayah di Indonesia.  flim merupakan satu media yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian informasi, dalam sebuah flim memiliki pesan moral  sosial yang dapat mempengaruhi pola pikir serta sudut pandang dalam kemasyarakatan. Di Indonesia sendiri telah banyak sekali flim yang dirilis dengan tema kehidupan masyarakat yang bisa mempengaruhi kehidupan sosial, budaya dalam masyarakat.

Dalam flim yang berjudul Budi pekerti mengisahkan sosok ibu Prani seorang guru BK disalah satu sekolah yang ada di Yogyakarta. Dalam permasalahan tersebut ibu Prani terjerat pada perselisihan ketika sedang mengantre membeli kue putu yang viral dipasar daerah  yang ada Yogyakarta. Hal tersebut  berdampak pada dirinya {ibu Prani } keluarga serta kariernya, sebagai guru yang memiliki teladan yang baik dan  tegas menjadi salah satu komponen karakteristik kepribadian sosial disekolah  yang digandrungi masyarakat luas sehingga berpengaruh juga ketika ia mau diangkat sebagai kepala sekolah.

Melalui flim ini, sebagai masyarakat kita dapat merasakan suasana yang tentunya sering terjadi  di lingkungan sekitaran kita. Yang di mana awal perjuangan Bu Prani untuk menjadi wakil kepala kesiswaan terlibat dalam video yang menjadi trending di dunia maya, yang sebenarnya terjadi adalah Bu Prani hanya menegur seorang pelanggan kue yang dinilai menerobos antrean dengan cara menitipkan nomor antrean kepada orang lain yang sudah datang terlebih dahulu. Tetapi yang terjadi pada media sosial justru Bu Prani terkesan hilang kendali atas dirinya dan mengucapkan kata - kata yang sebenarnya tidak layak di layangkan oleh seorang guru.

Titik ini menjadi sebuah bom bagi keluarga Bu Prani, usaha yang mereka bangun selama ini untuk menghidupi keluarga mulai goyah. Berbagai masalah mulai menimpa Keluarga Bu Prani, namun ada secerah asa ketika ikatan alumni sekolah yang kagum akan cara mengajar Bu Prani bersedia membantu untuk keluar dari masalah ini.  Salah satu alumni ada yang bekerja di suatu lembaga hukum, dan adanya bantuan dari alumni tersebut menyelamatkan posisi Bu Prani dengan setitik nyaman. Dalam flim memang benar di ceritakan bahwa gora sering mengunjungi psikiater bahkan psikiater yang sama dengan Pak Didit.

Dalam flim ini menceritakan harapan wakil kepala kesiswaan harus pupus bahkan status Bu Prani sebagai guru harus dia tinggalkan. Layaknya peribahasa karena nila setitik rusak susu sebelanga walaupun tujuan Bu Prani sebenarnya adalah bentuk baik berupa teguran bagi penyerobot antrean namun, media sosial menangkapnya lain. Hal ini memiliki pesan yang terkandung bahwasanya perlu berhati - hati  dalam bertindak dan bertutur kata secara lisan maupun Tulisan belajar bijak dalam media sosial, jejak digital dapat terekam untuk masa panjang saat kehidupan yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun