Mohon tunggu...
Sri Rahayu
Sri Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ingin sukses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Antropologi Agama dan Budaya

18 Desember 2023   14:45 Diperbarui: 18 Desember 2023   15:38 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Sri Rahayu

Nim : B 301 21 082

Kelas : A

Materi pertama oleh : Dr. Rismawati, S.Sos., MA

1. Ruang Lingkup Antropologi Agama
Antropologi agama Ilmu yang mempelajari tentang manusia, kebudayaan, dan agama dalam kaitannya dengan bagaimana masyarakat memahami agama dan menghayati keyakinan agamanya dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam bidang antropologi agama. Memahami tempat agama dalam keberadaan manusia adalah tujuan utama dari disiplin penelitian antropologi yang dikenal sebagai ,"antropologi religi", atau "antropologi agama".

Para pakar ilmu yang berspesialisasi dalam ilmu-ilmu sosial menaruh banyak perhatian pada antropologi agama. Banyak pakar Antropologi Keagamaan yang menganggap subbidang ini sebagai metode penelitian yang dapat diandalkan untuk mempelajari interaksi budaya, agama, dan lingkungan sekitar dalam suatu masyarakat. Salah satu aspek pengalaman manusia yang membedakan manusia dengan mahkluk lainnya terungkap melalui antropologi agama, hubungan khusus yang terjalin antara moralitas, hasrat, dan kekuasaan serta kendali dan kebebasan, keduniawian dan asketisme, idealisme dan kekerasan, imajinasi dan inkarnasi, imanensi dan transendensi.

Dunia keagamaan dipandang oleh tradisi keilmuan antropologi sebagai sesuatu yang terlibat dalam suatu kesepakatan yang menawarkan subjektivitas dan objektivitas, serta sebagai sesuatu yang seimbang dalam memediasi ruang sosial atau budaya. Ketika para antropolog mempelajari agama, mereka sangat memperhatikan bagaimana jenis agama, kepercayaan, ritual, dan lembaga keagamaan tertentu muncul sehubungan dengan variabel lingkungan alam, struktur sosial, sistem keluarga, dan sebagainya. Pendekatan antropologis dalam mempelajari agama berupaya mengkaji cara-cara agama dipraktikkan dalam masyarakat, termasuk aktivitas dan perilaku ritual. Meskipun antropologi agama bersifat abstrak, namun ia mempunyai kekuatan untuk membentuk sikap dan perilaku masyarakat, termasuk bagaimana mereka berhubungan dengan hal-hal paranormal.

2. Metode atau cara Mempelajari Antropologi Agama

Antropologi agama dapat dipelajari dengan menggunakan berbagai pendekatan. Observasi partisipatif adalah teknik yang sering digunakan di mana peneliti terlibat dalam kehidupan sehari-hari individu yang menganut agama tertentu untuk mendapatkan pemahaman dan pengamatan langsung terhadap perilaku keagamaan mereka. Salah satu
teknik yang sering digunakan dalam antropologi agama adalah dengan mewawancarai orang atau kelompok yang memiliki keyakinan dan perilaku keagamaan.

3. Antopologi Agama Dan Budaya

Antropologi agama mengungkapkan hubungan antara agama dan budaya. Evolusi dan bentuk agama dalam suatu masyarakat dipengaruhi oleh kebudayaan. Agama mungkin mempunyai peran penting dalam mendefinisikan identitas individu serta mempengaruhi norma, nilai, dan perilaku masyarakat. Kajian agama sebagai antropologi mengkaji hubungan antara agama dan budaya serta hubungan timbal baliknya.

4. Teori Asal Mula Agama

Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan tentang asal usul agama. Menurut beberapa catatan, agama berkembang sebagai produk sampingan dari perkembangan manusia, ketika orang beralih ke agama untuk mencari penjelasan atas misteri yang tidak dapat dijelaskan oleh sains. Menurut sejumlah gagasan berbeda, agama adalah produk kekuatan sosial dan budaya yang muncul dalam masyarakat untuk menjunjung tinggi norma dan nilai utama. Namun, masih terdapat perbedaan pendapat mengenai hipotesis tentang asal mula agama, dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh.

Pendekatan Ilmu Keagamaan:

a) Revelasi Ilahi:
Banyak agama memiliki keyakinan bahwa ajaran-ajaran agama diberikan kepada manusia melalui wahyu ilahi. Misalnya, agama-agama Abrahamik (Yudaisme, Kekristenan, dan Islam) meyakini bahwa Tuhan memberikan ajaranajaran melalui nabi atau rasul.

b) Pertemuan dengan Ilahi:
Beberapa agama mungkin berasal dari pengalaman spiritual individu atau kelompok yang percaya telah berhubungan langsung dengan kekuatan ilahi atau alam gaib.

Pendekatan Ilmiah:

a) Teori Evolusi Agama: Beberapa ilmuwan antropologi dan sosiologi memandang agama sebagai hasil dari evolusi sosial manusia. Mereka berpendapat bahwa agama muncul sebagai respons terhadap kebutuhan sosial dan kognitif manusia.

b) Teori Fungsionalisme:
Pemikiran fungsionalis menyatakan bahwa agama muncul untuk memenuhi kebutuhan sosial tertentu, seperti
memberikan struktur moral, mengatasi ketidakpastian, dan memberikan legitimasi bagi otoritas.

c) Teori Psikologis:
Beberapa teori menghubungkan munculnya agama dengan aspek psikologis manusia, seperti kebutuhan akan arti hidup, rasa takut terhadap kematian, atau keinginan untuk mengontrol lingkungan.

d) Teori Sosial:
Teori sosial mencoba menjelaskan bahwa agama muncul sebagai hasil dari interaksi sosial manusia dan kebutuhan untuk menjaga kohesi sosial di dalam masyarakat.

e) Teori Kognitif:
Beberapa penelitian kognitif mencoba menjelaskan bahwa kecenderungan manusia untuk berpikir secara agensi (atribusi tindakan kepada entitas yang sadar) dapat memberikan dasar untuk munculnya keyakinan akan keberadaan entitas ilahi.

5. Agama Purba yang menjadi agama nenek moyang indonesia

Sebelum penyebaran agama-agama dunia seperti Hindu, Buddha, dan Islam di Indonesia, terdapat berbagai kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarakat pribumi. Agama-agama ini seringkali disebut sebagai "agama nenek moyang" atau "agama purba" Indonesia.

Beberapa ciri khas agama-agama ini antara lain:

a) Animisme dan Dinamisme: Keyakinan bahwa segala sesuatu, baik benda mati maupun hidup, memiliki roh atau kekuatan spiritual. Alam semesta dianggap penuh dengan roh atau kekuatan yang bisa memengaruhi kehidupan manusia.

b) Kepercayaan pada Nenek Moyang dan Roh Leluhur: Penghormatan terhadap nenek moyang dan roh leluhur dianggap penting. Ritual-ritual dilakukan untuk memuliakan mereka dan memohon perlindungan serta berkat.

c) Pemujaan Terhadap Alam: Alam dianggap suci, dan terdapat pemujaan terhadap elemen-elemen alam seperti sungai, gunung, pohon, dan lain sebagainya.

d) Ritual Kehidupan Sehari-hari: Adanya berbagai ritual atau upacara dalam kehidupan sehari-hari, seperti upacara panen, pernikahan, dan kelahiran, yang dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur dan penghormatan kepada kekuatan spiritual.

e) Sistem Kepercayaan Lokal: Setiap suku atau komunitas memiliki sistem kepercayaan sendiri-sendiri yang berkembang sesuai dengan kehidupan dan budaya lokal.

Agama nenek moyang ini tidak memiliki kitab suci tertulis dan tidak terorganisir seperti agama-agama besar yang datang kemudian. Seiring waktu, dengan masuknya agama-agama dari luar, agama-agama nenek moyang ini mengalami transformasi atau bahkan tergantikan oleh agama-agama resmi yang lebih terstruktur.

Perlu diingat bahwa konsep "agama purba" atau "agama nenek moyang" bersifat umum dan tidak merujuk pada satu sistem kepercayaan tertentu, karena keberagaman budaya dan suku di Indonesia menyebabkan adanya variasi dalam sistem kepercayaan ini di berbagai daerah.

Materi kedua Oleh : Yulianti Bakari, S.Sos.,MA

MEMAHAMI BUKU YANG BERJUDUL " ORANG DAYAK, PEMBAGUNAN DAN AGAMA RESMI"

Mill Rokaert menegaskan bahwa Linden dan Vert adalah antropolog kolonial yang salah kaprah. Meskipun demikian, penilaian ini diterima oleh masyarakat Dayak non-Dayak. Memang, alih-alih memerintah diri mereka sendiri selama ratusan tahun, suku Dayak-lah yang berada di bawah kekuasaan. Berbagai bentuk penindasan, penganiayaan, eksploitasi, dan prasangka terhadap mereka dapat ditemukan dalam catatan sejarah dan politik serta dalam wacana ilmiah. Di sekolah formal, pernyataan resmi, penelitian keagamaan, artikel media misi, dan lain-lain. Mungkin Anda terkejut ketika mengetahui bahwa mayoritas orang Dayak tidak hanya setuju dengan gambaran diri yang tidak menyenangkan, namun juga menjadi termakan oleh hal tersebut. Selain mencoba memberikan penjelasan, artikel ini juga mencari pengaruh luar yang telah terinternalisasi dan mungkin menjadi katalisator perubahan sosial, budaya, dan politik. Ekonomi dan agama suku Dayak.

Dayak merupakan istilah yang merendahkan pada masa pra kemerdekaan dan sangat memprihatinkan. Salah satunya disebut "Dayak" jika mereka menyimpang dari aturan yang berlaku, seperti norma Islam dan penjajahan Belanda. Dayak adalah istilah yang digunakan untuk ikan busuk dan belacan di toko. Nama lain dari anjing jalanan kurus dan banyak kurap adalah Dayak. Dayak merupakan eufemisme untuk kata kotor, kafir, jahil, biadab, liar, gila, terbelakang, dan tak berbudaya. Masyarakat liar berekor di Kalimantan disebut dayak. Hal ini benar karena diyakini bahwa laki-laki Dayak memakai ekor di depan, bukan di belakang. Dunia aktual dan ingatan hidup berdampingan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak yang realistis. Suku Dayak pada hakikatnya dahulu mempunyai struktur sosial, komponen budaya, sistem pemerintahan, sistem keagamaan, dan sarana penghidupan. Namun, sebagiannya kini hanya diingat; bahkan generasi muda Dayak pun hampir melupakannya. "Faktor eksternal mempengaruhi tatanan asli, mendorong perubahan sosial budaya dan, akibatnya, mengubah status masyarakat Dayak." Komunitas yang mandiri akan kehilangan kedudukannya dan menjadi terpinggirkan. Di negara asalnya, para bangsawan kehilangan kedudukannya dan menjadi kuli.

Pembangunan : Modernisasi dan Pembangunan

Model pembangunan berdasarkan teori modernisasi Mc dan teori pertumbuhan Rostow. Masyarakat adat (orang kulit berwarna) tidak diberi kesempatan oleh Clelland untuk menciptakan ide dan metode pembangunan yang sesuai dengan siapa mereka. Masyarakat Adat dipandang sebagai masyarakat tradisional, dan oleh karena itu, agar gagasan reformasi dapat berkembang, masyarakat adat harus diubah atau diganggu. Pada tahap ini, masyarakat bersifat primitif, barbar, atau precivile; itu belum logis. Mereka kemudian perlu diubah agar mereka "menjadi lebih seperti kita (Barat)". Dan institusi sosial adalah sarana transformasi. Negara dan komunitas adat mempunyai sejarah yang panjang, namun sejarah juga menunjukkan bahwa model pembangunan padat modal tidak pernah berhasil memberikan kesejahteraan bagi entitas-entitas tersebut. Namun, karena sifatnya yang otoriter secara politik, eksploitatif secara ekonomi, dan dominan secara budaya, yang terjadi justru sebaliknya.

Hagemoni Agama Resmi

Hagemoni Agama Resmi di mana satu agama tertentu mendominasi dan memegang posisi kekuasaan dan pengaruh dalam suatu masyarakat atau negara. Konsep hegemoni agama mengeksplorasi hubungan dinamis antara agama dan negara, termasuk dominasi keyakinan dan praktik agama tertentu terhadap agama lain.

1. Hegemoni Islam

Dayak bahkan dicirikan dalam kerangka keagamaan sebelum tahun 1980an. Beberapa penulis menyebut suku Dayak sebagai "Masyarakat Adat Kalimantan NonMuslim". Dayak mengacu pada penduduk asli Kalimantan yang non-Muslim. Keadaan ini mulai berubah dalam beberapa tahun terakhir. Tidak semua orang Dayak yang menjadi Muslim mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Melayu. Pada kenyataannya, suku Dayak Bakumpai yang sepenuhnya Muslim di Kalimantan Tengah tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai Banjar; sebaliknya, mereka adalah orang Dayak.

2. Integrasi Kekristenan

Penjajah dari Belanda dan Inggris memperkenalkan agama Kristen (Katolik, Protestan, dan Anglikan). Misionaris Katolik telah melayani Kalimantan Barat sejak tahun 1905, sedangkan misionaris Protestan telah beroperasi di Kalimantan Tengah sejak tahun 1835. Jika ekspansi Islam terjadi di dekat kekuasaan Sultan, pertumbuhan agama Kristen lebih menekankan pada antropologi dan metode "kemanusiaan". Para misionaris pindah ke komunitas Dayak, di mana mereka hidup berdampingan, berbicara, dan "membantu" penduduk setempat. Mereka mendirikan sekolah dan memberikan keterampilan membaca dan menulis kepada anak-anak Dayak. Mereka membawa modernitas dan budaya Eropa kepada masyarakat Dayak. Mereka membagikan pakaian bekas, obat-obatan, karya seni, dan mainan anak-anak lainnya dari Eropa. Doktrin Kristen tertanam secara bertahap.

Materi ketiga oleh: Muh. Zainuddin Badollahi., M.Si

Umumnya ajaran agama diberikan kepada mereka yang benar-benar mengamalkannya. Dalam bahasa Inggris, "religius" atau "religius" mengacu pada konsep yang secara umum berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan pada agama. Sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta, agama adalah percaya kepada Tuhan atau kekuatan manusia super yang paling disembah. Ungkapan pengampunan ini merupakan gabungan antara doa dan cintaan, atau pengampunan, terhadap Tuhan. Sikap dan perilaku sesuai dengan hukum agama yang ditetapkan.

Aspek agama atau aspek-aspek agama mencakup berbagai dimensi dan karakteristik praktik dan kepercayaan keagamaan. Berikut beberapa aspek penting yang sering dibahas dalam konteks agama:

Keyakinan agama: Aspek ini berkaitan dengan seperangkat keyakinan, doktrin, dan prinsip yang dianut individu mengenai entitas supernatural atau ketuhanan, hakikat realitas, dan tempat mereka di dunia.

Praktik keagamaan: Aspek praktik keagamaan mencakup ritual, upacara, dan perayaan yang dilakukan individu atau komunitas sebagai bagian dari tradisi keagamaan mereka. Praktik-praktik ini mungkin melibatkan doa, meditasi, sakramen, ibadah, atau bentuk ekspresi keagamaan lainnya.

Perasaan religius: Aspek ini berkaitan dengan dimensi emosional dan pengalaman agama. Ini mencakup pertemuan pribadi dan subyektif dengan yang ilahi atau yang transenden, sering kali melibatkan perasaan kagum, pengabdian, hormat, atau pengalaman spiritual.

Pengetahuan agama: Aspek ini menekankan pada dimensi intelektual dan kognitif agama. Ini melibatkan pemahaman dan pemahaman ajaran agama, kitab suci, doktrin, teologi, etika, dan eksplorasi intelektual konsep dan gagasan agama.

Efek keagamaan: Aspek efek keagamaan berfokus pada pengaruh agama terhadap individu dan masyarakat. Hal ini mencakup dampak moral, etika, dan perilaku dari keyakinan dan praktik keagamaan, serta kontribusi agama terhadap kohesi sosial, nilai-nilai, norma, dan kesejahteraan individu dan komunitas secara keseluruhan.

Kesimpulan

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, antropologi agama dapat disimpulkan sebagai bidang keilmuan yang menarik minat besar para pakar ilmu sosial. Instrumen penelitian yang tepat untuk mengkaji interaksi antara agama, budaya, dan lingkungan sekitar adalah bidang antropologi agama. Salah satu aspek dunia manusia yang membedakannya dari spesies lain adalah hubungannya yang unik dengan moralitas, hasrat, dan kekuasaan dengan kendali dan kemandirian, keduniawian dan asketisme, idealisme dan kekerasan, imajinasi dan inkarnasi, imanensi dan transendensi. Hubungan ini disorot oleh antropologi agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun