"Tampaknya adikmu kemasukan arwah penasaran," Daeng Kawali meraba dahi adikku yang terasa panas.
"Entahlah, sejak kemarin Puni mengamuk dan menyebut nama Salim..."
"Itu bukan nama Bapakmu kan?" Daeng Kawali memandang wajahku yang kebingungan. Kulihat Mak  masih meringkuk sambil menangis di sudut ruangan. Segera Daeng Kawali membakar lilin dan setanggi di dekat peraduan tempat Puni berbaring. Mulut Daeng Kawali komat-kamit membaca doa. Tiba-tiba Puni terbangun dan memandang tajam wajah Daeng Kawali.
"Mengapa kamu mengganggu tidurku, hai perempuan tua?"
"Aku mau engkau kembali ke asalmu, jangan kamu ganggu keluarga ini. Siapakah kamu?"
"Aku datang untuk meminta pertanggung jawaban nasib Salim kepada perempuan itu, akan kubunuh dia..." Puni menunjuk Mak yang ketakutan.
"Ceritakanlah padaku apa yang telah terjadi, semoga aku dapat membantumu," Daeng Kawali mengelus lembut lengan Puni. Mata adikku memandang tajam wajah Daeng Kawali.
"Apakah kamu dapat dipercaya?"
"Ya, aku akan membantumu pulang ke tempat asalmu supaya kamu dapat beristirahat dengan tenang. Sekarang ceritakan padaku apa yang telah terjadi, dan siapakah kamu ini."
"Aku adalah ibunda dari pemuda bernama Salim yang meregang nyawa karena ulah perempuan itu," Puni kembali menunjuk ke arah Mak. Sambil menggeram, Puni mulai bercerita. Sesekali tangannya menunjuk ke arah Mak dengan suara melengking. Mak menjerit tertahan, tidak kuat mendengar realitas masa lalu yang terbuka lebar di hadapannya. Saat itu Mak masih belia. Orang tua Salim dan orang tua Mak bertetangga di kampung. Mereka berniat menjodohkan Salim dan Mak yang merupakan kembang desa. Saat itu Mak telah berpacaran dengan Daeng Dayat. Ikatan cinta antara Mak dan Daeng Dayat begitu kuat dan mereka telah berjanji sehidup semati. Salim yang sejak dulu menyimpan rasa kepada Mak segera datang melamar. Pemuda itu datang bersama ibu dan pamannya. Mereka membawa seserahan serta aneka perhiasan emas dan berunding tanggal pernikahan. Orang tua Mak spontan menerima lamaran ibunda Salim karena mereka telah menahu perilaku calon menantu itu sejak kecil. Mak yang tidak mau menikah dengan Salim, diam-diam membawa kabur seserahan itu bersama Daeng Dayat. Mereka menikah di kampung yang jauh dari daerah asalnya dengan modal seserahan dari Salim. Ibunda Salim sangat marah karena Mak kabur bersama lelaki lain dengan membawa seserahan dan perhiasan emas pemberiannya. Salim yang tidak kuat dirundung malu segera mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di kamarnya. Di hadapan jenazah anaknya, ibunda Salim  bersumpah akan menuntut balas sakit hati dan kematian Salim kepada Mak.
"Apa yang kamu inginkan saat ini?"