Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers. Cerpen pertama Kartini Dari Negeri Kegelapan menjadi Juara III Lomba Menulis Cerpen (Defamedia, Mei 2023); Predikat Top 15 Stories (USK Press, Agustus 2023); Juara II Sayembara Cerpen Pulpen VI (September 2023); Juara II Lomba Menulis Cerpen Bullying (Vlinder Story, Juni 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Agustus 2024); Juara III Lomba Menulis Cerpen The Party's Not Over (Vlinder Story, Agustus 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Oktober 2024). Instagram: @srifirnas; personal website https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Epik Prof. Imam Robandi Sebagai Sumber Inspirasi

19 Januari 2025   17:26 Diperbarui: 19 Januari 2025   17:26 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal kupu-kupu untuk murid Sekolah Dasar di Bantimurung (Sri Nur Aminah, 2017)

Dokumentasi yang digunakan dalam artikel ini adalah kegiatan saya mengenalkan kupu-kupu kepada murid Sekolah Dasar di daerah Bantimurung, Sulawesi Selatan pada tahun 2017. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mengggugah semangat generasi penerus bangsa paham tentang kekayaan alam khususnya jenis hewan dan flora endemik yang terdapat di Bantimurung. Seorang pendidik harus berkiprah secara positif dan memberikan teladan untuk ditiru oleh murid. Pembelajaran tentang kupu-kupu di Sekolah Dasar berlangsung setelah melalui proses panjang berliku, dimulai dengan meminta izin dari Kepala Sekolah untuk presentasi selama 10 menit di dalam kelas. Saya harus bolak-balik dari Makassar ke Kabupaten Maros khusus mengurus perizinan tersebut karena Kepala Sekolah sibuk berkegiatan di Makassar atau tempat lain. Ide merealisasikan kegiatan ini karena batin saya memberontak melihat jumlah kupu-kupu yang terus menurun. Penyebab utama karena terjadi perburuan secara liar yang dilakukan oleh murid Sekolah Dasar saat pulang sekolah. Mereka menjual hasil buruannya kepada pengumpul untuk dibuat menjadi aneka kerajinan tangan. Seekor kupu-kupu endemik kondisi kering dihargai seribu rupiah. Setelah dipoles sedemikian rupa menjadi hiasan dinding, harganya melonjak sampai puluhan bahkan ratusan ribu rupiah. Kenangan yang paling indah saya rasakan saat presentasi di depan murid Sekolah Dasar kelas enam di sekolah itu. Semua murid, Kepala Sekolah dan sebagian guru memandang saya penuh keraguan, mau apa dosen ini dengan poster berisi gambar kupu-kupu di tangannya. Saya menguatkan diri mengedukasi generasi emas di hadapan saya. Ternyata murid-murid itu sangat antusias menjawab pertanyaan saya setelah selesai presentasi. Mereka mengenal kupu-kupu lebih dari yang saya bayangkan sebelumnya. Setelah menutup presentasi- Kepala Sekolah, guru dan semua murid di kelas itu menyalami saya mengucapkan terima kasih. Saya mengunjungi lima Sekolah Dasar untuk melakukan presentasi dan semuanya mendapat poster tersebut untuk ditempel di dinding sekolah. Harapan saya dengan kegiatan ini- semua murid, guru dan pengunjung di sekolah tersebut dapat mengenal dan menjaga alam sekitar. Itulah pengalaman yang telah saya lalui sebelum bertemu dengan seorang Sensei sangat fenomenal, penuh ide brilian dan multi talenta bernama Prof. Imam Robandi.

Terkait dengan presentasi kupu-kupu yang telah saya lakukan di Sekolah Dasar, saya adalah dosen yang wajib melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi di institusi tempat saya bekerja. Seorang guru dan dosen adalah role model murid dan masyarakat yang mengenalnya. Saya bangga menjadi pendidik generasi penerus bangsa dan saya sangat berbahagia menjadi santri Prof. Imam Robandi, Sensei spektakuler kebanggaan IRo-Society. Pertama kali saya mengenal Prof. Imam Robandi melalui percakapan telepon pada tanggal 13 September 2020. Hal itu terjadi setelah pengumuman saya menang sebagai Juara III Lomba Menulis Buku Ilmiah yang diadakan oleh PT. Brilian Internasional Surabaya. Perkenalan saya dengan Prof. Imam Robandi yang menjadi juri di lomba tersebut terlaksana karena budi baik Pak Agus Wijaya sebagai ketua pelaksana acara itu. Pak Agus Wijaya sebagai owner PT. Brilian Internasional,  penerbit buku di Surabaya mengadakan lomba menulis untuk guru dan dosen. Terdapat lima orang juri dalam lomba itu, salah satu jurinya adalah Prof. Imam Robandi, Guru Besar dari ITS Surabaya.

Sebelum berkenalan dengan Prof. Imam Robandi, saya sudah sering menulis di Kompasiana, menghasilkan beberapa artikel ilmiah dan buku ajar bertema kupu-kupu yang diterbitkan secara nasional. Ilmu menulis begitu mahal dan sangat berharga. Saya teringat suatu peristiwa yang sangat membekas dalam jiwa saat masih menjalani pendidikan Doktor di sebuah institusi. Program Pasca Sarjana tempatku belajar mengadakan pelatihan menulis buku untuk Doktor dan Profesor. Bagaikan musafir kehausan, semangatku begitu membara ingin menjadi salah satu partisipan di dalam kegiatan itu. Apa daya, langkahku terkendala hanya karena saya belum meraih gelar Doktor. Saat itu saya baru selesai seminar hasil dan berproses menuju ke ujian tutup. Hatiku remuk, alasan klise karena belum menyelesaikan studi bergelar Doktor, membuat saya terjerat aturan tidak boleh menjadi peserta pelatihan menulis buku. Di situ saya menangis dan merasakan bahwa dunia ini sungguh tidak adil. Mengapa harus terjadi diskriminasi untuk menimba ilmu? Sejak hari itu saya berjanji dalam hati bahwa saya mampu menunjukkan yang terbaik untuk pengembangan karirku di masa depan. Di dalam proses belajar, jangan pernah mengeluh jika mengalami kendala. Ibarat air sungai yang terhalang alirannya oleh batu besar, terdapat dua pilihan, dia tetap berada di tempat itu menunggu matahari menguapkan dirinya ke atmosfer atau berusaha mencari jalan membebaskan diri dari kungkungan batu. Saya tidak mau menjadi aliran air terpenjara oleh kepungan batu karang tajam. Sebuah batu, bagaimanapun kerasnya pasti mempunyai pori mikro yang dapat ditembus air karena sifat air sangat fleksibel. Aku mengibaratkan diriku sebagai aliran air yang ingin menembus batu penghalang yang berjejer di depanku. Pori sekecil apapun pasti kulalui dengan sukses jika saya mampu dan tekun berusaha. Perlahan dan pasti saya menembus satu persatu pori dan celah batu penghalangku. Saya muncul di tempat lain dengan wujud dan semangat baru yang harus tetap menyala.

Pertengahan September tahun 2020 mengubah hidupku secara drastis saat Prof. Imam Robandi mengajak saya bergabung dengan IRo-San Gumi OnlineClass. Saat itu hari Minggu tanggal 13 September 2020 jam 08.59 pagi. Setelah berkomunikasi via telepon dengan beliau, Prof. Imam Robandi menginvite saya dan menulis di WAG IRo-San Gumi- Dr. Sri dari Unhas, welcome. Silahkan for introducing. Saya terkaget-kaget dan speechless. Suatu kebanggaan untuk saya berada di antara santri hebat dari seluruh Nusantara yang dibimbing oleh Prof. Imam Robandi. Berinteraksi bersama santri IRo-Society bagaikan menjadi jamur yang tumbuh di ladang lembab. Tulisan pertamaku di WAG IRo-San berjudul Rintihan Cabe Katokkon mendapat respon sangat positif dari Amak Syofni, bu Elly Jauharah, bu Tri Mulyani dan santri yang duluan bergabung di IRo-Society. Mereka menyambut dengan penuh keramahan. Selama mengenal beliau, sesibuk apapun kegiatannya, tanpa kenal lelah Prof. Imam Robandi membagikan ilmu secara gratis kepada santri IRo-Society. Wadah terbaik bertemu dengan beliau adalah acara KSJM (Kajian Spesial Jumat Malam) yang diadakan setiap hari Jumat malam via daring. KSJM pertama yang saya ikuti sebagai santri baru di IRo-Society bertema Mengasah Kepekaan Berpikir Ranah Kebangsaan dan Antarbangsa. Prof. Imam Robandi sebagai Keynote Speaker dan Invited Speakernya adalah Prof. Sekartedjo, Guru Besar ITS Alumni Tokyo Institute of Technology Japan. Prof. Imam Robandi sebagai founder of IRo-Society adalah  Guru Besar ITS, alumni Tottori University, Japan. 

Prof. Imam Robandi begitu menginspirasi untuk menghasilkan sesuatu yang langka dan spektakuler. Berbagai ide beliau memajukan soft-skill santrinya berlangsung dengan begitu cermat dengan variabel dan target capaian tertentu. Beliau menyelenggarakan secara gratis kelas untuk Youtuber, menulis autobiografi, menulis artikel koran dan saat ini kelas publikasi Scopus/Sinta. Di dalam pelaksanaan suatu kegiatan, Prof. Imam Robandi selalu mengingatkan partisipan untuk meningkatkan etos kerja, jangan aras-arasan. Bagaimana mau menjadi King Cobra jika peserta kegiatan tidak disiplin dan ingin sukses secara instan. Sebagai founder of IRo-Society, Prof. Imam Robandi menghendaki santri menulis dan menghasilkan karya orijinal, bukan dari hasil pemikiran orang lain alias copy-paste. Beliau sangat menghargai proses seorang santri menorehkan personal branding secara mandiri. Selama menjadi santri IRo-Society, saya selalu berusaha melakukan yang terbaik. Saya selalu ingin Sensei Prof. Imam Robandi bangga dengan prestasi dan pencapaianku karena ini adalah output dari tantangannya memasuki kawah Candradimuka. Walaupun saya masih sering ketar ketir jika berhadapan dengan beliau via zoom, namun saya menyadari bahwa setiap untaian kata yang dikeluarkannya mengandung filosofi kehidupan, sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ilustrasi beliau tentang King Cobra sungguh membekas di dalam ingatan santri IRo-Society dan orang-orang yang pernah berinteraksi dengan beliau. Hal itu terbukti seiring dengan perjalanan waktu bahwa tidak semua telur kobra menetas. Setelah menetas, para kobra cilik memang dilengkapi dengan sepasang taring berisi racun mematikan namun itu belum cukup untuk menaklukkan kerasnya alam dunia. Para kobra harus berkompetisi dengan makhluk lain dalam menggunakan sumber daya dan mempunyai strategi masing-masing untuk bertahan hidup. King Cobra adalah gambaran nyata suatu keindahan, kekuatan maha dahsyat dan strategi menjadi survivor terbaik. Begitupun dengan santri IRo-Society, masing-masing mempunyai kemampuan dan talenta untuk eksis di dunia nyata. Kesibukan pekerjaan dan membagi waktu untuk kegiatan ini itu seringkali membuat saya kelabakan harus menyelesaikan semuanya secara on time. Perlu disadari bahwa manusia mempunyai kekuatan terbatas dan timbulnya rasa lelah sehingga membutuhkan strategi untuk tetap eksis dalam menghasilkan karya nyata.  

Prof. Imam Robandi mengajarkan untuk selalu memelihara semangat ganbatte dalam meningkatkan etos kerja. Terkait dengan ganbatte, saya merasakan bagaimana kocar-kacirnya otak saya membaca buku fenomenal karya beliau berjudul Artificial Intelligence: Mengupas Rekayasa Genetika yang diterbitkan oleh Penerbit Andi pada tahun 2019. Buku setebal 564 halaman itu dilengkapi dengan grafik, tabel dan aneka persamaan yang mampu menerbitkan rasa pening di kepala. Saya curhat pada Sensei tentang kesulitan memahami buku itu. Beliau memberikan ilustrasi tentang buah durian, buah favoritnya. Durian mahal harganya namun bagian yang dimakan hanya daging buah, kulitnya jadi penghuni tong sampah. Hal ini bermakna bahwa harga mahal bukan jaminan untuk memakan semua isinya sampai habis. Terkait dengan biji durian yang menjadi perkecualian, sebagian orang merebus dan menyantap karena enak rasanya.  Begitupun dengan menyerap ilmu, pilahlah bagian yang mudah dimengerti. Materi lain cukup diendapkan dulu dan diskusikan kemudian jika kepala sudah siap menerima informasi baru. Hal inilah membuat saya bertambah semangat membaca materi tentang kecerdasan koloni binatang yang ditulis Prof. Imam Robandi dalam buku Artificial Intelligence (AI). Era digital yang ditunjang oleh perangkat berbasis IoT menunjang pencarian kata-kata sulit melalui Google, search engine terpopuler di dunia maya. Kombinasi antara penelusuran via search engine dan pemahaman dari membaca literatur lain menjadi tips ampuh memahami isi buku AI karya Prof. Imam Robandi yang terbungkus dalam formula indah. Kesuksesan membaca tulisan Prof. Imam Robandi yang dihias untaian angka rumit terasa sangat nikmat setara dengan keberhasilan menikmati daging durian setelah melewati proses membelah kulitnya yang keras dan berduri tajam. Di dalam kawah Candradimuka bernama IRo-Society, Prof. Imam Robandi melatih saya berbicara di depan umum dan membawa manfaat sangat besar untuk pengembangan karir sebagai dosen. Saya merasa lebih percaya diri mengemukakan pendapat. Masa awal saya belajar menjadi among tamu dan penutup acara (konklusi) di KSJM. Selanjutnya saya ditunjuk menjadi Moderator di beberapa KSJM. Puncaknya pada KSJM ke 255 pada tanggal 10 Januari 2025, saya dipercaya menjadi Invited Speaker membawakan  materi berjudul Profesional Menulis di Kompasiana. Masya Allah... sungguh kesempatan luar biasa membagikan ilmu di hadapan Prof. Imam Robandi, beberapa orang mahasiswa saya dan santri IRo-Society berasal dari seluruh Indonesia.

Setelah acara KSJM itu, beberapa orang menghubungi saya secara privat untuk meminta saran menjaga mood menulis. Saya menjawab secara sederhana, kuncinya hanya satu, displin dan kerja keras. Prof. Imam Robandi selalu mengingatkan  santri IRo-Society menjaga ritme dan kualitas dalam menghasilkan tulisan. Sebelum publish, bacalah tulisan itu sebanyak 10 kali supaya terjaga untaian kata dan makna di dalamnya. Jerapah berleher panjang mempunyai keistimewaan mampu makan dedaunan segar dan terbaik di tempat tinggi. Hidup jerapah lebih berkualitas dari tikus yang makan sesuatu atau apapun terserak di atas tanah.  Ini merupakan gambaran nyata bahwa seseorang mampu mencapai kemuliaan jika dia  menerapkan disiplin dan selalu bekerja keras dalam menggapai impian masing-masing. Sehat selalu Sensei kebanggaanku (srn).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun