Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Rio de Cautivo

30 Desember 2024   22:54 Diperbarui: 1 Januari 2025   16:02 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Sumber: MARADIVA UNTUK KOMPAS)

"Nantilah setelah saya tiba di Rio de Cautivo, saya segera berkirim kabar kepada Ibuku," Ayi menjawab pendek.

"Apapun kondisimu, tetaplah meminta restu Ibumu," ibunya Mirah mengelus punggung gadis itu. Ayi terdiam dan menggelengkan kepalanya. Mirah dan ibunya saling berpandangan. Ibunya Mirah mengangkat bahunya. Dia menahu betapa sakit perasaan Ayi ditindas sedemikian rupa oleh ibunya karena dia telah menjadi saksi mata berbagai peristiwa tidak mengenakkan hati. Seorang gadis umur 26 tahun yang diatur ibunya mulai dari menu makanan, jenis kosmetik, berat badan, pertemanan, tas, sepatu, jenis pekerjaan sampai pada semua atribut yang dipakainya tentulah sangat menyesakkan dada. Bu Manggar sudah kapok menasihati ibunya Ayi supaya mengubah pola pengasuhan kepada gadis itu. Namun Ibunya Ayi salah menafsirkan. Dia mengamuk membabi buta di rumah keluarga Manggar dan mengancam mengadukannya ke polisi jika mereka berani memberinya lagi nasihat mendidik Ayi, putri semata wayangnya.

*

Dinihari dingin membeku, Ayi berangkat ke Rio de Cautivo dengan cara melompat jendela kamarnya. Sehari sebelumnya, semua barang perlengkapannya telah dititip di rumah Diki yang menjadi pemimpin rombongan. Ayi hanya meninggalkan sepucuk surat singkat untuk Ibu yang ditaruh di atas tempat tidurnya. Pagi harinya sang Ibu baru menyadari anaknya telah kabur saat membaca surat itu.

"Buka pintunya," terdengar suara Ibu menggelegar sambil menggedor pintu rumah keluarga Manggar, tetangga sebelah rumah. Tampaknya belum terjadi aktivitas di dalam rumah itu. Pintu terbuka dan ibunya Ayi menerobos masuk ke dalam.

"Dimana kamu sembunyikan anakku?" Ibunya Ayi maju dan tangannya mau mencekik leher Bu Manggar -ibunya Mirah, sang pemilik rumah. Refleks perempuan itu menjauh dari ibunya Ayi.

"Aku tidak menahu dimana anakmu berada."

"Kamu berbohong padaku," maki ibunya Ayi.

"Benar, aku tidak menahu kemana Ayi pergi," desis ibunya Mirah. Dia mematuhi janjinya kepada Ayi untuk tidak memberitahukan lokasi kemana gadis itu pergi.

"Kalian pasti bersekongkol dengan komplotan penjahat untuk menculik anakku," ibunya Ayi berteriak histeris dan berlari ke halaman. Tangannya menunjuk ibunya Mirah. Teriakan ibunya Ayi mengundang tetangga yang lewat untuk menonton sandiwara gratis itu.

"Aku tidak mengerti apapun yang kamu ucapkan," ibunya Mirah terus berkelit dari tuduhan menyembunyikan Ayi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun