"Aku pamit dulu," kubenahi kotak riasku dan membuang tisu bekas ke tong sampah yang berada di dekat ranjang. Aku menyentuh tangan jenazah dan mengucapkan terima kasih kerjasamanya melancarkan pekerjaanku.
"Oh iya Mbak Dewi, terima kasih servisnya. Kami sangat puas melihat penampilan Ibu," Dinda mengangsurkan sebuah amplop ke tanganku. Aku mengucapkan terima kasih dan segera meninggalkan rumah duka yang mulai didatangi banyak pelayat.
Beberapa hari kemudian, aku mendapat panggilan via telepon dari Dinda, putri almarhumah Bu Henny.
"Terima kasih banyak Mbak Dewi, pemakaman Ibu sungguh luar biasa. Semua orang memuji tampilan almarhumah yang cantik rupawan."
"Alhamdulillah, saya senang mendengarnya," hatiku jejerit bahagia mendengar apresiasi pelangganku.
"Sebagai tanda terima kasih dari keluarga, saya sudah transfer uang bonus untuk Mbak. Silahkan cek rekeningnya. Mohon maaf sebelumnya, saya sudah share nomor kontak Mbak ke grup keluarga, siapa tahu mereka butuh jasa Mbak di kemudian hari."
"Terima kasih banyak perhatiannya," aku tertawa gembira membayangkan bonus hasil jerih payahku dapat dinikmati oleh Mamah yang masih berada di Rumah Sakit. Aku berniat mengunjungi Mamah hari ini membawa kue bolu sprite kesukaannya. Kututup pembicaraan dengan hati riang. Rezeki kehidupan seluas lautan dan kamu harus berusaha  memperolehnya dengan bekerja keras (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H