Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lalat Buah Pengancam Kehilangan Pangan Bermanfaat

25 Maret 2024   14:12 Diperbarui: 25 Maret 2024   14:16 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara tropis hanya mempunyai dua musim yaitu: musim hujan dan kemarau. Situasi Indonesia yang tidak dibatasi oleh kondisi lingkungan ekstrim seperti di negara empat musim menyebabkan banyak tanaman dapat dinikmati hasilnya sepanjang tahun, salah satunya adalah cabai. Kondisi ini juga menguntungkan serangga yang hidup di alam Nusantara karena tidak terjadi diapause (tidur panjang saat musim dingin). Hal ini memungkinkan serangga menghasilkan 3 sampai dengan 4 generasi per tahun.

Tanaman cabai atau nama ilmiahnya Capsicum annuum L. merupakan buah penghasil rasa pedas yang banyak digunakan dalam masakan. Tanaman berbuah warna merah yang dinamakan cabai (untuk buah berukuran besar), cabai keriting (varian buahnya keriting memanjang) dan cabai rawit. Buah ini sungguh berasa panas dan menggigit lidah karena adanya kandungan capsaicin di dalamnya. Jika Pembaca mengunjungi pasar tradisional di kota Makassar, buah cabai  disebut pula sebagai lombok besar, lombok kecil atau lombok keriting tergantung pada varian yang diinginkan pembeli. Di dalam menunjang perkembangannya, tanaman cabai membutuhkan banyak cahaya, air dan pupuk. Namun demikian, tersedianya nutrisi yang baik bukan jaminan tanaman cabai akan berproduksi secara maksimal. Serangan serangga hama utamanya berasal dari ordo Diptera yang dicirikan dengan sepasang sayap depan transparan terbentuk sempurna dan sayap belakang yang tereduksi menjadi halter yang berperan penting sebagai alat keseimbangan saat terbang.

Lalat buah hama yang umum menyerang tanaman cabai adalah Bactrocera spp., ordo Diptera famili Tephritidae. Serangga ini dinamakan lalat buah hama karena ada pula jenis lalat buah yang digunakan untuk mempelajari genetika yaitu Drosophila melanogaster, ordo Diptera famili Drosophilidae. Alasan penggunaan Drosophila melanogaster di bidang genetika karena lalat ini mudah berkembang biak, kromosomnya besar dan mudah diamati perkembangannya. Selain tanaman cabai, lalat buah hama dari genus Bactrocera juga menyerang jeruk, pepaya, belimbing, melon dan lain-lain. Menurut Nawawi (2018), terdapat empat jenis lalat buah yang menyerang buah jeruk di Indonesia yaitu: Bactrocera carambolae, Bactrocera papaya, Bactrocera dorsalis dan Bactrocera cucurbitae.

Pradewasa lalat buah Bactrocera berupa ulat atau belatung yang menghuni buah tanaman cabai. Belatung warna kuning itu berpindah tempat dengan cara melenting karena tidak mempunyai kaki dilengkapi dengan alat mulut menggigit mengunyah yang mampu mengoyak daging buah. Selanjutnya belatung atau ulat keluar dari buah dan mencari tanah/pasir kering untuk membuat kepompong berbentuk tong warna coklat yang menutup tubuhnya. Di dalam tong mungil ini terjadi perubahan besar-besaran belatung menjadi lalat buah dengan terbentuknya sayap dan reduksi alat mulut yang dulunya tajam menjadi semacam spons yang dapat menyerap cairan. Lalat buah jantan menetas dari kepompong dan mencari lalat betina untuk kawin. Jika lahan terus menyediakan tanaman yang menjadi inang lalat buah,  siklus itu  berulang kembali dan lalat buah terus menghasilkan banyak keturunan yang menurunkan produktivitas tanaman.

Perangkap merah (Bagas Wijanarko, 2023)
Perangkap merah (Bagas Wijanarko, 2023)

Keberadaan lalat buah yang menjadi hama tanaman cabai di Desa Wiwitan Timur, Kecamatan Lamasi, Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan telah diteliti oleh Bagas Wijanarko, mahasiswa Departemen HPT, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. Hasil penelitian ini menemukan dua jenis lalat buah yang tertangkap dengan menggunakan perangkap berbagai warna yaitu: Bactrocera dorsalis dan Bactrocera umbrosa. Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan perangkap dari botol bekas kemasan air minum yang dicat sesuai warna perlakuan untuk menangkap lalat buah, diperoleh hasil  perangkap berwarna kuning menunjukkan tangkapan terbanyak 29,3 ekor. Selain warna kuning, warna lain yang disukai oleh lalat buah adalah warna merah dengan jumlah tangkapan sebanyak 27,2 ekor. Perangkap berwarna oranye memberikan hasil terendah yaitu 14,3 ekor. Penangkapan ini dilakukan selama delapan minggu berturut-turut di lahan cabai milik petani yang tidak disemprot dengan pestisida. Berdasarkan hasil identifikasi di laboratorium menggunakan buku The Australian Handbook for The Identification of Fruit Flies versi 3.1 (2018), jenis lalat buah yang ditemukan di kebun cabai milik petani di Luwu adalah: Bactrocera umbrosa dan Bactrocera dorsalis. Perbedaan mendasar kedua jenis lalat buah ini adalah terdapat tiga pita warna coklat yang dapat dilihat pada sayap Bactrocera umbrosa dan sayap polos transparan ditemukan pada Bactrocera dorsalis.

Bactrocera dorsalis (Bagas Wijanarko, 2023)
Bactrocera dorsalis (Bagas Wijanarko, 2023)

Seperti mata serangga pada umumnya, lalat buah mempunyai sepasang mata majemuk berukuran besar yang dapat digunakan untuk mendeteksi cahaya dan warna. Mata majemuk ini tersusun dalam rangkaian berisi ratusan ommatidium atau lensa pendeteksi cahaya yang terhubung ke otak serangga. Secara umum mata lalat buah mampu mendeteksi warna kuning dibandingkan warna lainnya karena warna tersebut identik dengan warna bunga penghasil nektar. Hasil penelitian Hasyim et al. (2020) menunjukkan bahwa banyaknya lalat buah yang tertangkap di perangkap kuning  dibandingkan warna lain merupakan indikasi warna ini mudah terdeteksi oleh lalat buah. Penggunaan perangkap warna di lahan pertanian untuk memerangkap lalat buah mempunyai banyak manfaat antara lain: deteksi jenis lalat buah di lapangan, mengurangi jumlah populasi lalat buah secara ramah lingkungan karena perangkap warna berbasis pada penglihatan serangga. Kurangnya jumlah lalat buah jantan dan betina di lapangan memberikan indikasi keselamatan hasil panen cabai di waktu tanam berikutnya (srn).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun