Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Cerita Kertas Pembungkus Teh

1 Oktober 2023   08:19 Diperbarui: 1 Oktober 2023   08:31 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya sayang  membuang bungkus berwarna warni indah dan menyimpan banyak sekali kenangan. Sebagian orang menganggap koleksi saya itu  terlalu sentimentil dan sangat kekanak-kanakan. Masa iya sampai membawa pulang bungkus teh bekas made in Holland dan menyimpannya dalam lemari. Saya merasakan kenangan sangat indah tentang kota Wageningen saat  saya memandang kotak berisi bungkus teh Pickwick. I just thinking, this is silent witness of my journey, and  I love them much.

Saking cintanya saya pada Pickwick, saat Paksu melaksanakan kunjungan singkat ke Amsterdam tahun 2016, setiap kali beliau menelpon, saya selalu ingatkan untuk membeli ole-ole Pickwick. Waktu itu sedang bulan Ramadan, Paksu bercerita bahwa periode puasa di Belanda luar biasa panjang karena summer. Saya yang berpuasa di Indonesia selalu menyeduh secangkir Pickwick dan menikmati keindahan rasa aslinya tanpa ditambahi gula. Saat buka puasa, sungguh nikmat aliran teh hangat membasahi kerongkongan yang dahaga ditemani takjil aneka rasa. 

My favourite Pickwick (Sri NurAminah, 2015)
My favourite Pickwick (Sri NurAminah, 2015)
Sambil memandang kotak kosong teh buatan Londo, saya mengingat kembali Sensei IRo Society, Prof. Imam Robandi. Sosok guru multi talenta  bersuara bariton nan merdu. Seorang figur pendidik yang tidak kenal lelah mendampingi dan mengobarkan semangat para IRoTizen. 

Beliau selalu mengatakan durian harganya mahal namun tidak semua bagian dapat dimakan. Saya  menganalogikan kalimat di atas dengan minum teh. Air seduhan bubuk teh terasa sangat kaya cita rasa, dinikmati dengan mata merem melek sambil mengunyah jajanan pasar. Ampas teh yang tidak dapat dimakan penuh dengan kandungan karbon organik,  magnesium dan kalsium. Semua komponen ini menjadi pupuk yang bermanfaat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Masa pandemi Covid-19 telah membuat kehidupan di seluruh dunia jungkir balik, penuh rasa ketakutan, tidak percaya dan pesimis. Semua kendala ini harus dihadapi dengan senyum dan pikiran positif untuk menghasilkan karya yang menebar manfaat. Kehidupan yang dijalani, pahit atau manis harus selalu dinikmati dengan penuh rasa syukur kepada Allah Subhana Wa Ta'ala, sang pencipta alam semesta (srn).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun