Jody yang dielu-elukan penonton berusaha tampil maksimal namun tidak sesuai dengan harapan. Seorang juara yang selalu menang dalam pertandingan tidak berlaku saat yang bersangkutan mengabaikan latihan. Â Euforia kesombongan yang menganggap remeh setiap lawannya membuat Jody terperangkap di dalamnya. Dia lupa bahwa mempertahankan sesuatu lebih sulit daripada memperolehnya. Siang dan malam menjelang hari H, Satria berlatih bulu tangkis di gudang tua ditemani Pak Malik, pensiunan ramah yang selalu memberinya kok bekas di gedung olah raga. Satria juga rutin melakukan jogging untuk memperkuat staminanya. Aktivitas Satria sangat berlainan dengan Jody yang hari-harinya hanya diisi dengan update status di media sosial. Aneka cemilan manis dan minuman bersoda di kafe semakin menaikkan berat badan Jody sehingga timbul gelambir di bagian tertentu. Penampilan Jody kurang prima menjadi pertanda buruk bakal menuai badai.
Satria memukul kok sebagai tanda mulainya pertandingan. Jody tersenyum sinis melihat pukulan lawannya dan membiarkan bola itu lewat di hadapan hidungnya. Satria yang aktif mengamati teknik bermain lawan akhirnya melihat peluang untuk memperoleh banyak poin. Berat badan Jody yang terus bertambah dan malas latihan memberikan peluang emas kepada Satria mematahkan perlawanannya. Saat masuk babak penentuan juara, Jody mulai merasakan dadanya sesak bagaikan orang tenggelam. Dua babak sebelumnya melawan Jody telah dimenangkan Satria. Saat ini skor 11 -- 2 untuk Satria dan Jody. Tiba-tiba pandangan Jody menjadi gelap gulita, dia tersungkur mencium permukaan bumi.
Semua garis kehidupan manusia di muka bumi telah diatur, tidak ada peluang untuk tertukar seperti kasus dua orang bayi yang lahir di rumah sakit. Jody yang tangguh, punya jejeran trofi dari berbagai kejuaraan lokal dan nasional tinggal kenangan semata. Akibat meremehkan kemampuan lawan, Jody yang fenomenal tumbang melawan pemain bulu tangkis pendatang baru, anak penjual jajanan pasar. Penonton terperangah, tim kesehatan turun gelanggang menolong Jody. Peluit panjang wasit membawa paksa khayalan penonton kembali ke realitas. Â Euforia menyambut juara baru membahana di lapangan.
Manusia harus yakin bahwa di sekitarnya terdapat makhluk astral yang tidak dapat dilihat oleh indra jasmani. Begitupun yang terjadi dengan Satria. Di tengah riuh rendah tepukan kemenangan juara baru ini, entah darimana datangnya  sebuah tangan kekar berbulu warna hitam legam ikut menyalami lelaki muda itu dengan erat. Satria tidak menyadari hal itu karena tubuh pemiliknya tertutup oleh gerombolan orang yang menikmati keberhasilannya mematahkan langkah sang juara (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H