Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mysterious Shake Hands

30 September 2023   19:33 Diperbarui: 30 September 2023   19:37 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapangan bulu tangkis (Sri NurAminah, Oktober 2022)

"Yakin?"

"Jika Tuhan berkehendak, manusia mana yang mampu mematahkan kuasanya?" Satria menepis ribuan keraguan yang terpancar di mata Emaknya. Sang ibu mendengus pelan, diusapnya kepala Satria, lelaki tanggung penuh semangat. Tidak tega dia memadamkan keinginan anaknya untuk ikut pertandingan bulu tangkis melawan Jody, sang juara.  Di atas tilam lusuh dilihatnya Yatim, anak perempuannya yang tertidur lelap sambil tersenyum. Tampaknya Yatim sedang bermimpi mengejar kupu-kupu, seperti kebiasaan Empus, kucing peliharaan mereka yang tidak dapat diam melihat obyek bergerak.

"Kamu seperti almarhum bapakmu, selalu bersemangat dan punya cita-cita yang tinggi," Emak menyentil hidung bangir Satria. Tiba-tiba terbersit rasa rindu luar biasa pada almarhum suaminya yang telah meninggal dunia saat Yatim baru nongol menghirup pengapnya hawa dunia. Malang tidak dapat ditolak, rumah makan tempat suaminya bekerja mengalami kebocoran gas di dapur. Angin musim kemarau mempercepat si jago merah melalap apapun yang berada di dekatnya. Suaminya terperangkap dalam gudang tua saat mengambil beras untuk ditanak menjadi nasi. Dia menjadi tumbal kobaran api di siang bolong nan gersang. Tidak ada pesangon maupun uang duka dari pemilik rumah makan yang melarikan diri dari tanggung jawab. Sebagai perempuan single parent, Emak pantang mengemis minta belas kasihan. Dia berjuang sendirian menghidupi seorang bocil dan bayi merah yang baru dilahirkannya.

Sosok Jody bukan bayangan yang dapat dibawa berandai-andai dalam angan, dia adalah realitas. Lelaki favorit ciwi-ciwi dengan segudang pengalaman adalah sosok juara lapangan hijau di berbagai event. Orang tuanya mampu membelikannya sepatu, raket maupun perangkat lainnya dengan branded terkenal. Pernak-pernik bawaan Jody  sukses membuat sakit mata dan hati lawannya di lapangan. Di dalam mewujudkan impiannya, Satria  harus mampu mematahkan diskriminasi masyarakat bahwa orang miskin tidak berhak mendapat kehidupan layak. Setiap hari saat bangun pagi, Emak selalu menanamkan di otaknya supaya mencari pekerjaan halal dan tidak perlu malu karenanya.

"Hidup ini keras Satria, kamu harus berjuang untuk menggapai cita-citamu," tangan lincah Emak sibuk menggunting daun pisang untuk alas tampah. Tidak dipedulikannya lagi keringat bercucuran membasahi keningnya. Hari ini Emak mendapat order jajanan pasar sebelas rupa untuk selamatan anak pak RT lulus masuk ke Perguruan Tinggi. Terdapat dua tampah yang harus diisi penuh dengan jajanan pasar yang rasa dan penampilannya menarik selera.

"Istirahat dululah Mak, sini aku yang kerjakan," Satria menggeser posisi Emaknya ke tepi.

"Ehhh...kamu tahu apa? Lebih baik kamu ambil piring dan segera bersarap. Setelah itu kamu mandi dan antarkan jajanan pasar ini ke rumah pak RT," Emak  menggeser pelan tubuh Satria yang berusaha mengambil posisinya.

"Duitnya bagaimana Mak?"

"Sudah dilunasi kemarin."

"Itu kue warna warni masih ada sisanya untukku?" Satria menunjuk jejeran kue lapis warna merah hijau putih  yang tersusun rapi di dalam tampah.

"Masih banyak di sana," Emak menunjuk ke arah dapur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun